Rahasia di Balik Kesuksesan Perusahaan: Menguak Kekuatan Lingkungan Internal

Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa ada perusahaan yang bisa bertahan puluhan tahun, sementara yang lain gulung tikar dalam hitungan bulan?Atau kenapa beberapa startup bisa tumbuh pesat, sementara yang lain stagnan meski punya produk bagus?

Jawabannya ternyata gak cuma soal produk atau modal besar. Ada satu hal fundamental yang sering dilupakan yaitu kekuatan dari dalam. 

Yup, sama seperti kamu yang perlu tahu kelebihan dan kekuranganmu sendiri sebelum bersaing, perusahaan juga begitu.

Nah, setelah sebelumnya kita telah membahas Lingkungan Eksternal Bisnis pada artikel ini kita akan menguak karakteristik lingkungan internal perusahaan mulai dari cara menganalisisnya, peran sumber daya manusia, sampai tools praktis yang dipakai para strategist profesional.

Lingkungan Internal Perusahaan

Apa sih Lingkungan Internal Perusahaan itu?

Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita mulai dengan analogi sederhana sekarang coba kamu bayangkan kamu lagi main game RPG.

Nah, sebelum bertarung melawan monster, kamu pasti cek dulu kan senjata apa yang kamu punya, skill apa yang udah kebuka, seberapa kuat armor-mu. Nah, lingkungan internal perusahaan itu mirip-mirip kayak gitu.

Lingkungan internal adalah semua hal yang ada di dalam perusahaan mulai dari sumber daya manusia, teknologi, keuangan, budaya kerja, sampai struktur organisasi.

Semua hal tersebut adalah faktor yang bisa dikontrol langsung oleh perusahaan, berbeda dengan faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah atau tren pasar yang gak bisa dikendalikan sepenuhnya.

Kenapa ini penting? Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan internal, perusahaan bisa bikin strategi yang lebih realistis dan applicable. Percuma dong punya ambisi besar kalau ternyata sumber daya yang ada gak mendukung.

Delapan Pilar Kekuatan Internal yang Wajib Dipahami

Kalau kita mau ngobrol soal lingkungan internal, ada beberapa elemen kunci yang perlu diperhatikan. Ini dia breakdown-nya:

1. Sumber Daya Manusia: Aset Paling Berharga

Pernah denger istilah "people are our greatest asset"? Itu bukan cuma jargon kosong. Kualitas, keahlian, dan motivasi karyawan adalah fondasi utama kesuksesan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tim kompeten dan semangat tinggi punya peluang jauh lebih besar untuk mencapai target strategisnya dibandingkan perusahaan yang tidak.

Bayangin aja, mau punya strategi secanggih apapun, kalau yang ngejalanin gak punya skill atau gak termotivasi, ya hasilnya bakal mengecewakan. Makanya banyak perusahaan besar yang rela investasi besar-besaran untuk training dan development karyawan.

2. Budaya Organisasi: DNA Perusahaan

Setiap perusahaan punya "kepribadian" sendiri. Ada yang santai dan fleksibel, ada yang formal dan hierarkis. Inilah yang disebut dengan budaya organisasi nilai-nilai, norma, dan cara kerja yang dianut oleh semua orang di perusahaan.

Budaya ini gak cuma soal dress code atau jam kerja lho. Ini tentang bagaimana keputusan dibuat, bagaimana orang berkomunikasi, dan bagaimana perusahaan merespons masalah. Budaya yang kuat dan positif bisa jadi keunggulan kompetitif yang sulit ditiru kompetitor.

3. Struktur Organisasi: Siapa Ngapain dan Hubungannya Gimana

Struktur organisasi yang efisien bisa bikin pekerjaan jalan lebih smooth. Ini soal pembagian tugas, tanggung jawab, dan alur informasi dalam perusahaan. Struktur yang baik memastikan gak ada duplikasi pekerjaan atau bottleneck yang bikin proses jadi lambat.

Perusahaan startup biasanya punya struktur yang flat dan fleksibel, sementara korporasi besar cenderung lebih hierarkis. gak ada yang salah atau benar, yang terpenting adalah struktur itu sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan perusahaan.

4. Kemampuan Keuangan: Amunisi untuk Bergerak

Modal yang tersedia, arus kas, dan tingkat hutang sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi dan mengambil risiko. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang sehat punya lebih banyak ruang untuk berinovasi dan ekspansi.

Sebaliknya, perusahaan yang cash flow-nya tipis harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan strategis. Kadang strategi bagus harus ditunda karena keterbatasan dana dan ini sesuatu yang wajar dan perlu dipahami dengan jernih.

5. Teknologi dan Sistem Informasi: Enabler di Era Digital

Di zaman sekarang, teknologi bukan lagi nice to have, tapi must have. Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang canggih bisa meningkatkan efisiensi operasional secara signifikan dan memberikan keunggulan kompetitif.

Mulai dari sistem manajemen database, software akuntansi, sampai tools kolaborasi online. Semua ini membantu perusahaan bekerja lebih cepat dan akurat. Perusahaan yang lambat beradaptasi dengan teknologi baru berisiko tertinggal jauh dari kompetitor.

6. Rantai Pasokan: Backbone Operasional

Efisiensi rantai pasokan internal perusahaan memainkan peran penting dalam pengendalian biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan tepat waktu. Kalau supply chain-nya berantakan, dampaknya bisa kemana-mana dari biaya membengkak sampai pelanggan kabur.

Perusahaan manufaktur, misalnya, sangat bergantung pada kelancaran supply chain. Keterlambatan bahan baku bisa menghentikan produksi dan bikin pelanggan kecewa. Makanya, sistem supply chain yang solid adalah investasi yang worthwhile.

7. Kapabilitas Inovasi: Kemampuan Berevolusi

Kemampuan perusahaan untuk berinovasi dalam produk, layanan, atau prosesnya dapat memengaruhi daya saing jangka panjang. Perusahaan yang stagnan dan gak pernah inovasi lama-lama bakal ketinggalan zaman.

Inovasi gak harus selalu breakthrough yang mengubah dunia. Kadang improvement kecil tapi konsisten justru lebih sustainable dan berdampak besar dalam jangka panjang.

8. Kepemimpinan dan Manajemen: Nahkoda Kapal

Gaya kepemimpinan dan kemampuan manajemen eksekutif dapat mempengaruhi arah strategis perusahaan dan budaya organisasi. seorang pemimpin yang visioner dan inspiring bisa membawa perusahaan ke level yang lebih tinggi.

Sebaliknya, kepemimpinan yang toxic atau tidak kompeten bisa menghancurkan perusahaan dari dalam, meski secara eksternal semuanya terlihat baik-baik saja.

Analisis SWOT: Senjata Ampuh Strategist

Nah, setelah tahu apa aja elemen penting dalam lingkungan internal, pertanyaan selanjutnya: gimana sih caranya menganalisis semua itu? Jawabannya adalah analisis SWOT.

SWOT itu singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Dua yang pertama S dan W fokus ke internal, sementara dua yang terakhir O dan T fokus ke eksternal.

Kenapa SWOT Masih Relevan Sampai Sekarang?

Meski sudah ada sejak tahun 1960-an, analisis SWOT masih jadi tools favorit karena simpel tapi powerful. Dengan SWOT, kamu bisa:

Pertama, mengidentifikasi kekuatan yang bisa dimaksimalkan. Misalnya kalau perusahaanmu punya tim engineering yang kuat, mungkin fokusnya ke product development.

Kedua, kamu bisa mengenali kelemahan yang perlu diperbaiki atau diatasi. Kalau misalnya brand awareness-mu lemah, mungkin perlu lebih agresif di marketing.

Ketiga, menemukan peluang yang seharusnya dimanfaatkan. Ini tentang membaca situasi eksternal dan menyesuaikan dengan kapabilitas internal. Keempat, mengantisipasi ancaman sebelum terlambat. Prevention is better than cure, kan?

Yang menarik dari analisis SWOT adalah kemampuannya menunjukkan peluang yang bisa dimanfaatkan dengan mengembangkan faktor-faktor pendukung internal. Perusahaan yang jago memanfaatkan peluang biasanya adalah perusahaan yang betul-betul paham kekuatan internalnya.

Tantangan dalam Melakukan Analisis Internal

Harus diakui, analisis internal gak selalu bisa dilakukan secara sistematis dan objektif 100%. Ada faktor subjektivitasnya yang gak bisa dihilangkan sama sekali, misalnya bias kognitif dari pihak manajemen atau politik internal yang mempengaruhi penilaian.

Tapi bukan berarti kita harus nyerah dan cuma andalkan insting. Justru, meski faktor subjektivitas ada, kita tetap harus sebanyak mungkin pakai pendekatan yang objektif, data-driven, dan metodologi yang baku.

Nah dengan melalaui kombinasi antara data kuantitatif dan insight kualitatif biasanya menghasilkan analisis yang paling komprehensif.

Karyawan Sebagai Sumber Daya

Sudut Pandang Sumber Daya: Manusia sebagai Strategic Asset

Kalau bicara lingkungan internal, kita gak bisa lepas dari pembahasan tentang manajemen sumber daya strategis. Ini bukan cuma soal rekrutmen dan gaji loh akan tapi bagaimana SDM dihubungkan dengan tujuan strategis perusahaan.

Strategic Human Resource Management

SHRM adalah pendekatan yang menghubungkan sumber daya manusia dengan tujuan strategis untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan budaya organisasi yang mendorong inovasi, fleksibilitas, dan keunggulan kompetitif.

Dalam praktiknya, fungsi HR gak lagi cuma urusan administratif seperti absensi atau cuti. HR juga menjadi strategic partner yang terlibat aktif dalam perumusan dan pelaksanaan strategi perusahaan.

Hal-hal seperti rekrutmen yang sesuai dengan kebutuhan strategis, program training yang develop kompetensi kunci, sampai sistem kompensasi yang mendorong perilaku yang diinginkan termasuk di dalamnya.

Strategi SDM untuk Keunggulan Kompetitif

Strategi manajemen sumber daya manusia pada dasarnya adalah rumusan mengenai bagaimana perusahaan mendayagunakan SDM-nya untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan terbaiknya dalam bersaing di pasar.

Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang bisa membuat karyawannya jadi aset yang sulit ditiru. Skill dan pengetahuan karyawan bisa dipelajari kompetitor, tapi kultur kerja dan engagement level yang tinggi? Itu jauh lebih sulit untuk diduplikasi.

Makanya, investasi di SDM bukanlah sebuah pengeluaran akan tetapi sebuah investasi. Perusahaan yang pelit di training atau gak peduli sama kepuasan karyawan biasanya bakal keteteran di jangka panjang karena kehilangan talenta terbaik mereka.

Integrasi Strategi dan Budaya

Salah satu kegagalan strategi yang paling sering terjadi adalah disconnect antara strategi perusahaan dengan budaya organisasinya. Misalnya, perusahaan mau jadi inovatif tapi budayanya risk-averse dan menghukum setiap kesalahan. Ya gak nyambung kan?

Integrasi strategi dan budaya adalah tentang memastikan bahwa nilai-nilai inti organisasi sejalan dengan tujuan strategis yang ditetapkan. Ketika keduanya konsisten, keajaiban bisa terjadi dimana karyawan jadi lebih engaged dan termotivasi untuk mencapai tujuan bersama.

Enam Kunci Integrasi yang Efektif

Terdapat enam kunci integrasi efektif dalam budaya organisasi, ini merupakan fondasi yang memastikan setiap fungsi SDM berjalan selaras, saling mendukung, dan menghasilkan kinerja organisasi yang konsisten.

1. Konsistensi Nilai dan Tujuan

Pertama pastikan nilai-nilai inti organisasi sejalan dengan tujuan strategis. Kalau strategi bilang "customer first" tapi budayanya lebih fokus ke internal politics, ya jelas bakal bentrok.

2. Komunikasi yang Efektif dan Konsisten

Kedua, budaya yang mendukung strategi harus dijelaskan dengan jelas dan berulang kali kepada seluruh anggota organisasi. Komunikasi satu arah gak cukup dan harus ada dialog dua arah yang memastikan pemahaman yang tepat.

3. Kepemimpinan yang Walk the Talk

Yang ketiga seorang pemimpin harus jadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai strategis. Percuma ngomong soal integritas kalau CEO-nya sendiri gak jujur. Actions speak louder than words.

4. Sistem Penghargaan yang Aligned

Penghargaan dan pengakuan harus diberikan kepada perilaku yang mendukung strategi organisasi. Kalau kamu mau karyawan fokus ke inovasi, jangan cuma reward mereka yang "main aman".

5. Fleksibilitas dalam Pembelajaran dan Adaptasi

Dan yang keenam organisasi perlu fleksibel dalam mengubah budaya mereka ketika strategi berubah. Dunia bisnis berubah cepat budaya yang kaku bisa jadi penghambat adaptasi.

6. Pengukuran dan Evaluasi Berkelanjutan

Yang terakhir ukur apakah budaya organisasi benar-benar mendukung pencapaian tujuan strategis. Tools seperti employee engagement survey atau culture assessment bisa membantu.

Budaya Sebagai Pedang Bermata Dua

Menariknya, budaya organisasi bisa jadi kekuatan terbesar sekaligus kelemahan terbesar perusahaan. Budaya yang kuat dan positif bisa jadi competitive advantage yang sulit ditiru. Tapi di sisi lain, budaya juga bisa jadi penghambat perubahan yang diperlukan.

Penelitian menunjukkan bahwa budaya bisa menghambat manajemen strategis dalam dua cara. Pertama, manajer secara berkala melupakan pentingnya perubahan eksternal karena terlalu percaya dengan cara yang selama ini berhasil.

Kedua, ketika budaya tertentu efektif di masa lalu, respons natural adalah untuk melakukan hal yang sama lagi di masa depan namun seringkali konteksnya mungkin sudah berubah.

Makanya, strategic leader yang baik adalah mereka yang bisa membaca kapan budaya perlu dipertahankan dan kapan perlu diubah. Ini bukan soal hitam putih, tapi soal balance dan timing.

Analisis Rantai Nilai: Membedah Proses Penciptaan Nilai

Sekarang kita masuk ke tools yang lebih teknis tapi super useful yaitu Value Chain Analysis atau Analisis Rantai Nilai. Ini dikembangkan oleh Michael Porter dan sampai sekarang masih jadi framework favorit untuk menganalisis aktivitas internal perusahaan.

Rantai nilai pada dasarnya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan produk atau layanan mulai dari bahan baku sampai produk jadi sampai ke tangan konsumen.

Setiap aktivitas dalam rantai ini punya potensi untuk menambah nilai atau malah justru menghasilkan waste.

Tiga Tahap Analisis Rantai Nilai

Tiga Tahap Analisis Rantai Nilai membantu perusahaan memetakan aktivitas utamanya secara sistematis, mengidentifikasi sumber nilai, dan menemukan titik peningkatan yang paling berdampak

Tahap Pertama: Pemetaan Proses

Di tahap ini, kamu memetakan setiap proses dalam perusahaan menjadi bagian-bagian aktivitas yang lebih spesifik. Misalnya, proses "produksi" dipecah jadi receiving material, quality check, assembly, finishing, packaging, dan seterusnya.

Semakin detail pemetaannya maka akan semakin baik. Tapi jangan sampai terlalu granular juga sampai malah overwhelmed dengan data.

Tahap Kedua: Analisis Biaya

Telaah lebih lanjut setiap aktivitas berkaitan dengan biaya yang terjadi bisa dalam bentuk waktu yang diperlukan maupun uang yang dikeluarkan. Di tahap ini kamu mulai bisa lihat mana aktivitas yang cost-effective dan mana yang boros.

Kadang kala kita baru sadar kalau ternyata ada aktivitas yang ngabisin sumber daya banyak tapi value yang dihasilkan minimal. Nah, ini kandidat utama untuk improvement atau bahkan eliminasi.

Tahap Ketiga: Identifikasi Keunggulan Kompetitif

Rubah hasil analisis biaya jadi informasi tentang keunggulan atau kelemahan kompetitif perusahaan. Misalnya, kalau ternyata proses distribusimu jauh lebih efisien dibanding kompetitor, ini bisa jadi keunggulan kompetitif yang perlu dimaksimalkan.

Sebaliknya, kalau ada proses yang jauh lebih mahal atau lambat dibanding industri standard, ini perlu jadi prioritas untuk pengembangan.

Mengapa Analisis Rantai Nilai Penting?

Dengan memahami value chain secara detail, perusahaan bisa mengidentifikasi mana aktivitas yang benar-benar menciptakan nilai bagi pelanggan dan mana yang cuma "nice to have" atau bahkan waste.

Banyak perusahaan yang kaget ketika melakukan analisis ini dan menemukan bahwa ada aktivitas yang selama ini dianggap penting ternyata gak ngasih nilai signifikan ke produk akhir. Atau sebaliknya, aktivitas yang selama ini diabaikan ternyata punya potensi besar untuk jadi diferensiator.

Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen: Otak Digital Perusahaan

Di era digital ini, sistem informasi manajemen (SIM) udah jadi tulang punggung operasional hampir semua perusahaan. SIM bukan cuma soal komputer atau software akan tapi tentang bagaimana informasi dikumpulkan, diproses, dan didistribusikan untuk mendukung pengambilan keputusan.

Tiga Peran Krusial SIM dalam Bisnis

Menurut O'Brien dan Marakas, ada tiga peran penting yang dimainkan sistem informasi dalam bisnis modern:

Mendukung Proses Bisnis dan Operasi

Pada sebuah hotel dulu, proses check-in dan check-out dilakukan manual pakai buku besar dan kertas. Ribet, lambat, dan rawan error. Sekarang? Semuanya terkomputerisasi. Bahkan pelanggan bisa booking sendiri lewat website tanpa perlu telpon atau datang langsung.

Sistem sekarang sudah dikembangkan sedemikian rupa sehingga departemen-departemen dalam organisasi bisa bekerja sama dengan mudah. Departemen housekeeping bisa kasih update real-time ke front office tentang kamar mana yang siap pakai. Semua jadi lebih cepat dan efisien.

Mendukung Pengambilan Keputusan

SIM punya kemampuan untuk menganalisis data yang udah dikumpulkan, baik dari dalam organisasi maupun dari sumber eksternal. Jadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Keputusan yang lebih baik dibuat ketika informasi yang akurat tersedia. Daripada cuma andalkan gut feeling, manager sekarang bisa lihat data real-time, trend analysis, dan predictive insights sebelum membuat keputusan penting.

Mendukung Strategi untuk Keunggulan Kompetitif

SIM yang canggih bisa jadi sumber keunggulan kompetitif. Amazon, misalnya, punya sistem rekomendasi produk yang super canggih. Netflix punya algoritma content recommendation yang bikin user betah berjam-jam. Ini semua hasil dari investasi besar di sistem informasi.

Tiga Pendekatan dalam Mengembangkan SIM

Umumnya terdapat tiga pendekatan mengembangkan SIM yang memberikan kerangka jelas bagi organisasi untuk membangun sistem yang relevan, terukur, dan mampu mendukung pengambilan keputusan secara efektif

1. Pendekatan Teknis

Pendekatan ini menekankan pada model matematis dan teknologi. Fokusnya ke aspek-aspek seperti komputabilitas, efisiensi akses data, optimasi proses, dan sebagainya. Disiplin ilmu yang berperan adalah ilmu komputer, manajemen, dan riset operasi.

2. Pendekatan Perilaku

Pendekatan ini fokus ke isu-isu pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi dalam jangka panjang yang gak bisa diselesaikan cuma dengan pendekatan teknis. Misalnya: bagaimana strategi integrasi sistem dengan strategi bisnis, bagaimana user adoption, bagaimana change management.

Disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, dan ekonomi memberikan kontribusi penting di sini. Ekonom mempelajari dampak sistem pada struktur biaya, psikolog mempelajari bagaimana manusia menggunakan informasi, dan sosiolog mempelajari bagaimana sistem mempengaruhi dinamika kelompok dan organisasi.

3. Pendekatan Sosioteknis

Ini adalah pendekatan yang mengkombinasikan aspek teknis dan sosial. Sistem informasi berbasis komputer nggak beroperasi dalam vacuum, mereka berinteraksi dengan aspek-aspek non-teknis seperti budaya organisasi, politik internal, dan perilaku manusia.

Pendekatan ini mungkin yang paling relevan di praktik karena mengakui kompleksitas real-world implementation. Sistem yang secara teknis sempurna bisa gagal total kalau nggak consider aspek sosial dan organisasional.

Matriks IFE: Mengukur Kekuatan Internal Secara Kuantitatif

Setelah ngobrol panjang lebar soal berbagai aspek lingkungan internal, sekarang waktunya kita bahas tools untuk mengevaluasi semuanya secara sistematis: Matriks Internal Factor Evaluation (IFE).

Matriks IFE memungkinkan para strategist untuk merangkum dan mengevaluasi kekuatan serta kelemahan utama perusahaan secara terstruktur. Ini basically cara untuk "mengkuantifikasi" hasil analisis internal yang kamu lakukan.

Lima Langkah Menyusun Matriks IFE

Berikut lima langkah menyusun matriks IFE memberikan proses terstruktur bagi organisasi untuk menilai kekuatan dan kelemahan internal secara objektif sehingga arah strategis dapat ditentukan dengan lebih tepat.

Langkah 1: Identifikasi Faktor Internal Utama

Tuliskan faktor internal utama yang kamu identifikasi dalam audit internal. Biasanya gunakan total 10-20 faktor yang mencakup kekuatan dan kelemahan. Tips: tuliskan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan. Dan buatlah sespesifik mungkin, gunakan persentase, rasio, atau angka komparatif kalau bisa.

Langkah 2: Berikan Bobot

Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 artinya tidak penting hingga 1,0 atau sangat penting untuk masing-masing faktor. 

Total semua bobot harus sama dengan 1,0. Ini adalah tahap yang tricky karena requires judgement, faktor mana yang benar-benar strategis dan mana yang cuma peripheral.

Langkah 3: Berikan Peringkat

Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor:

  • 1 = kelemahan utama
  • 2 = kelemahan minor
  • 3 = kekuatan minor
  • 4 = kekuatan utama

Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4, sedangkan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2.

Langkah 4: Hitung Skor Tertimbang

Kalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang untuk masing-masing faktor. Ini adalah langkah teknis yang straightforward, tinggal perkalian sederhana.

Langkah 5: Jumlahkan Total Skor

Jumlahkan semua skor tertimbang untuk mendapatkan total skor organisasi. Total skor berkisar antara 1,0 terlemah sampai 4,0 terkuat, dengan rata-rata 2,5.

Menginterpretasi Hasil Matriks IFE

Inilah bagian yang paling penting: memahami apa arti skor yang kamu dapatkan. Kalau total skor di bawah 2,5, itu menggambarkan organisasi yang lemah secara internal. Sebaliknya, total skor di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Tapi ingat, angka ini bukan kebenaran absolut. Matriks IFE adalah tools untuk memfasilitasi diskusi strategis, bukan formula ajaib yang ngasih jawaban pasti. Context matters, dan interpretasi harus disesuaikan dengan situasi spesifik perusahaan.

Yang juga penting adalah membandingkan matriks IFE dari waktu ke waktu. Apakah skor internal meningkat atau menurun? Faktor mana yang berubah? Ini bisa jadi early warning system kalau ada masalah internal yang perlu segera diaddress.

Itulah akhir pembahasan kita pada artikel ini, Sun Tzu seorang jenderal militer tiongkok kuno pernah berkata bahwa, "Kenali musuhmu dan kenali dirimu sendiri, maka kamu akan menang dalam seribu pertempuran." 

Dalam konteks bisnis, prinsip ini tetap relevan. Bahkan, beberapa strategist berpendapat bahwa mengenali diri sendiri atau lingkungan internal justru lebih penting daripada mengenali kompetitor.

Kenapa? Karena kamu punya kontrol penuh atas faktor internal, sedangkan faktor eksternal largely beyond your control. Perusahaan yang paham betul kekuatan dan kelemahannya bisa membuat strategi yang realistis, executable, dan sustainable.

Analisis lingkungan internal bukan kegiatan sekali jadi yang dilakukan cuma waktu bikin strategic plan tahunan. Ini harus jadi proses berkelanjutan constantly evaluating and improving. Perusahaan yang jago dalam continuous improvement biasanya adalah perusahaan yang survive dan thrive dalam jangka panjang.


 

Posting Komentar