Perubahan Organisasi : Pengertian, Faktor, Tahap, dan Cara Mengatasi Penolakannya

Perubahan organisasi

Perubahan merupakan proses tak terhindarkan yang pasti akan terjadi pada setiap orang, hal ini juga berlaku pada sebuah organisasi. Kini sebuah organisasi dituntut untuk mampu beradaptasi pada segala transformasi yang terjadi, baik dari ruang lingkup internal maupun eksternal organisasi.

Sayangnya perubahan dalam organisasi seringkali mengalami kegagalan karena kurangnya kesiapan dan pemahaman dalam mengelola proses transisi. hal ini menunjukkan bahwa sebuah perubahan perlu adanya keterlibatan dari setiap unsur dalam organisasi.

Namun, dibalik semua tentangan tersebut terdapat sebuah peluang tersembunyi. Ketika setiap unsur organisasi mampu memahami dan menerapkan prinsip manajemen perubahan yang efektif, transformasi yang tadinya tantangan dapat berubah menjadi katalis untuk pertumbuhan dan inovasi yang berkelanjutan.

Pada artikel ini mari kita bahas apa itu perubahan dalam organisasi dan bagimana mengatasi penolakan dalam perubahan terjadi. Dengan pemahaman yang tepat, setiap tantangan perubahan dapat diubah menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.

Apa itu perubahan?

Pertama-tama mari kita pahami dahulu apa sih perubahan itu? Secara umum perubahan merupakan sebuah transformasi atau peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya yang berbeda dari sebelumnya. Fenomena mengenai perubahan ini biasa terjadi pada setiap aspek kehidupan.

Nah, dalam organisasi, perubahan adalah proses transformasi yang terjadi di dalam organisasi, baik direncanakan atau tidak direncanakan yang dapat mempengaruhi bagaimana cara organisasi beroperasi.

Perubahan di dalam organisasi umumnya di inisiasi oleh seorang manajer atau pimpinan organisasi, hal ini karena perubahan organisasi membutuhkan seseorang untuk bertindak sebagai katalis dan memikul tanggung jawab untuk mengelola proses perubahan atau dapat disebut juga agen perubahan.

Lalu apakah seorang manajer atau pimpinan dapat menolak untuk melakukan perubahan? Jawabannya bisa saja namun masalahnya adalah faktor internal dan eksternal pasti berubah, maka dari itu perlu adanya langah adaptasi untuk menyelaraskan organisasi dengan perubahan tersebut.

Faktor pendorong perubahan

Lalu apa saja sih faktor pendorong perubahan? Untuk faktor-faktor pendorong perubahan umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua faktor yakni faktor internal dan eksternal, mari kita bahas kedua faktor tersebut.

Faktor internal

Pertama ada faktor internal atau faktor dorongan yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Lalu apa saja sih faktor internal yang menjadi pendorong perubahan itu? Berikut adalah beberapa diantaranya.

1. Perubahan strategi organisasi.

Adanya dinamika pasar dan persaingan yang semakin kompetitif  mengharuskan perusahaan mengembangkan strategi yang relevan agar dapat tetap bersaing.

2. Perubahan komposisi tenaga kerja.

Faktor selanjutnya adalah perubahan komposisi tenaga kerja, seiring dengan perkembangan zaman masuknya generasi baru dalam dunia kerja akan membawa pandangan dan cara kerja yang berbeda.

3. Peralatan dan teknologi baru.

Penggunaan peralatan dan teknologi baru dapat menjadi faktor pendorong, hal ini karena dengan mengadopsi peralatan dan teknologi baru dapat meningkatkan efisiensi kinerja organisasi.

4. Upaya mengubah sikap karyawan.

Upaya ini dilakukan untuk mendorong pola pikir adaptif dan inovatif serta membangun budaya kerja yang lebih positif di dalam organisasi.

Faktor eksternal

Faktor eksternal atau faktor dorongan yang berasal dari luar organisasi, berikut adalah beberapa contoh faktor eksternal yang menjadi pendorong perubahan organisasi.

1. Perubahan dan kebutuhan konsumen.

Adanya perubahan tersebut mengharuskan organisasi untuk segera menyesuaikan produk dan layanannya guna merespons perubahan preferensi konsumen.

2. Peraturan dan regulasi baru pemerintah.

Regulasi baru dari pemerintah sangat berpengaruh terhadap bagaimana sebuah organisasi akan berjalan. Terkadang beberapa regulasi mengharuskan organisasi untuk menyesuaikan kebijakan internal agar sesuai dengan regulasi tersebut.

3. Perubahan teknologi.

Perkembangan teknologi akan mempengaruhi berbagai hal tak terkecuali bagaimana cara organisasi beroperasi, perkembangan ini seringkali memaksa organisasi untuk mengadopsi teknologi baru dan mengubah sistem operasional agar tetap kompetitif.

4. Perubahan situasi ekonomi

Ketidakpastian situasi ekonomi akan sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen, dalam keadaan sepeti ini organisasi membutuhkan penyesuaian strategi yang mumpuni agar tetap bertahan.

Area tempat perubahan terjadi

Setelah kita membahas mengenai faktor apa saja yang menjadi pendorong perubahan dalam organisasi selanjutnya mari kita uraikan mengenai area tempat perubahan terjadi dalam organisasi.

Umumnya ada beberapa aspek penting dalam organisasi yang menjadi area terjadinya perubahan, berikut beberapa diantaranya :

1. Strategi.

Pertama dan yang paling umum terjadi adalah Strategi, area perubahan pada aspek strategi melibatkan perubahan tujuan organisasi, perubahan target pasar, hingga pengembangan model bisnis baru.

2. Struktur.

Perubahan yang terjadi pada aspek struktur biasanya meliputi perubahan dalam hierarki atau rantai komando, penyesuaian departemen atau divisi hingga pembagian tanggung jawab dan wewenang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi kinerja melalui alur kerja yang lebih efektif.

3. Teknologi.

Perubahan dalam aspek teknologi dapat berupa pembaruan sistem dan peralatan, adopsi software baru dan otomatisasi proses kerja. Hal ini akan membantu organisasi agar tetap relevan dengan zaman.

4. Sumber daya manusia.

Area perubahan sumber daya manusia dapat meliputi pengembangan kompetensi karyawan melalui pembaruan program pelatihan dan pengembangan hingga perubahan sistem kompensasi dan benefit.

Tahapan proses perubahan

Tahapan dalam proses perubahan dapat klasifikasikan menjadi tiga poin utama yakni :

1. Unfreezing.

Tahap pertama adalah Unfreezing, tahap ini merupakan tahap awal organisasi dalam proses transformasi, tahap ini meliputi pencairan status quo dengan membuat orang menyadari perlu l tadanya perubahan pada organisasi.

2.  Change/moving.

Tahap yang kedua yakni Change/moving, tahap ini  merupakan proses implementasi dari perubahan yang sebenarnya. Pada tahap ini organisasi mulai menerapkan sistem baru atau cara kerja baru sebagai bentuk dari proses perubahan organisasi, pada fase ini proses adaptasi akan terjadi.

3. Refreezing.

Ketiga adalah Refreezing, tahap ketiga ini adalah fase dimana organisasi mulai melakukan konsolidasi dan menstabilkan perubahan yang telah di jalankan, tahap ini memastikan bahwa perubahan terjadi akan bersifat permanen dan terintegrasi dengan baik dengan budaya organisasi.

Mengatasi perlawanan terhadap sebuah perubahan

Proses transformasi pada organisasi tentu tidak mudah, ada saja penolakan terhadap perubahan baik oleh individu maupun oleh kelompok dalam organisasi. Penolakan ini  tentu wajar karena mengubah kebiasaan yang telah mengakar lama pasti sulit. Lalu bagaimanakah cara mengatai perlawanan terhadap sebuah perubahan? Berikut adalah beberapa caranya

1. Edukasi dan komunikasi.

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah melalui Edukasi dan komunikasi, edukasi dan komunikasi yang efektif dapat menjadi salah satu cara mengatasi penolakan terhadap sebuah perubahan, apalagi penolakan tersebut terjadi karena kesalahpahaman atau disinformasi. Untuk dapat menggunakan cara ini dengan efektif diperlukan rasa saling percaya dan kredibilitas.

2. Partisipasi.

Cara kedua yang dapat dilakukan adalah melalui Partisipasi, apa maksudnya? caranya adalah dengan meningkatkan keterlibatan dan penerimaan para pihak yang menolak perubahan, hal ini dapat dilakukan jika para pihak yang menolak memiliki keahlian untuk berkontribusi pada perubahan. Sayangnya cara ini memakan waktu dan berpotensi menghasilkan solusi yang buruk.

3. Memfasilitasi dan mendukung

Ketiga adalah dengan Memfasilitasi dan mendukung, dengan melakukan dua hal tersebut kita dapat menghilangkan rasa cemas dan takut para penentang dengan memberikan penyesuaian yang mereka dibutuhkan. Namun cara ini terbilang mahal dan belum tentu akan berhasil.

4.Negosiasi.

Negosiasi dapat menjadi cara yang efektif dalam mengatasi penolakan jika yang menentang adalah kelompok yang kuat dalam organisasi. Dalam hal ini agen perubahan dapat menawarkan insentif untuk mendapatkan kesediaan pihak penolak untuk melaksanakan perubahan. Akan tetapi cara ini membuka keran bagi pihak lain untuk menekan dan berpotensi biaya tinggi.

5. Manipulasi dan kooptasi.

Kelima adalah dengan Manipulasi dan kooptasi, cara ini mungkin terdengar jahat, namun cara ini terbilang cukup efektif baik dari segi biaya dan kemudahan untuk mendapatkan dukungan, tetapi jika tidak di eksekusi dengan baik cara ini dapat menjadi bumerang bagi agen perubahan menyebabkannya kehilangan kepercayaan dan kredibilitas.

6. Paksaan.

Cara yang keenam adalah melalui Paksaan, cara ini adalah opsi terakhir yang dapat digunakan, hampir sama dengan cara keempat cara ini merupakan cara yang efektif, mudah dan murah untuk mendapatkan dukungan. Namun penggunaan cara ini selain dapat menghilangkan kredibilitas juga berpotensi melanggar hukum.

Itulah beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengatasi penolakan terhadap perubahan dalam organisasi, penerapan setiap cara-cara tersebut dapat laksanakan dengan mempertimbangkan situasi yang dihadapi agar berjalan dengan efektif.

Posting Komentar