Pernahkah kamu bingung menentukan komposisi produk yang harus diproduksi? Punya bahan baku terbatas, mesin terbatas, tenaga kerja terbatas tapi mau maksimalkan profit?
Atau malah sebaliknya, mau minimalisir biaya dengan berbagai
constraint yang ada? Welcome to the world of optimization problems.
Kabar baiknya: kalau kamu punya informasi yang lengkap dan
pasti tentang semua variabel yang terlibat, ada tools matematis powerful yang
bisa membantu mengambil keputusan optimal atau namanya Linear Programming.
Ini adalah kelanjutan dari pembahasan kita di artikel Manajemen Manajemen Risiko : Memahami Risiko dalam Pengambilan Keputusan,
dimana kita sudah explore bagaimana menghadapi risiko. Sekarang, mari kita
fokus pada skenario yang lebih "ramah" yaitu kondisi kepastian.
Tapi tunggu dulu, apa sih artinya kondisi kepastian? Apa
bedanya dengan kondisi risiko dan ketidakpastian? Dan yang paling penting
adalah bagaimana cara menggunakan Linear Programming untuk membuat keputusan
yang benar-benar optimal? So mari kita kupas tuntas.
Tiga Dunia Pengambilan Keputusan: Certainty, Risk, dan
Uncertainty
Sebelum kita menyelam lebih dalam ke Linear Programming,
penting untuk memahami konteks dimana alat ini digunakan. Dalam teori
pengambilan keputusan manajerial, ada tiga kondisi utama yang dihadapi decision
maker:
1. Certainty
Kondisi kepastian atau certainty adalah sebuah situasi ideal
dimana segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan dapat diprediksi dengan
pasti.
Artinya kamu tahu persis berapa input yang dibutuhkan,
berapa output yang dihasilkan, berapa biaya yang terlibat, dan berapa revenue
yang akan diperoleh. Tidak ada variabilitas, tidak ada surprise. Setiap
keputusan hanya menghasilkan satu outcome yang deterministik.
2. Risk
Kemudian kondisi yang kedua yaitu kondisi beresiko atau risk
merupakan situasi dimana setiap keputusan menghasilkan beberapa kemungkinan
outcome, tapi probabilitas masing-masing outcome dapat dihitung atau diestimasi
berdasarkan data historis.
Misalnya saja, kamu tahu bahwa produk baru punya 60%
kemungkinan sukses dan 40% kemungkinan gagal berdasarkan track record pada produk
serupa.
3. Uncertainty
Dan yang terakhir ketidakpastian atau uncertainty merupakan situasi paling menantang dimana tidak hanya
outcome-nya bervariasi, tapi probabilitas masing-masing outcome juga tidak
diketahui. Ini terjadi ketika menghadapi sesuatu yang benar-benar baru tanpa
adanya precedent.
Linear Programming adalah sebuah alat yang didesain khusus
untuk kondisi kepastian. Kalau informasi yang kamu punya lengkap dan reliable,
Linear Programming bisa memberikan solusi optimal yang matematis terbukti.
Kondisi Kepastian: Surga bagi Decision Maker?
Kondisi kepastian berarti tersedianya informasi yang akurat,
terpercaya, dan dapat diukur sebagai dasar keputusan. Manajer yang membuat
keputusan dalam kondisi kepastian berarti ia sudah mengetahui secara pasti apa
yang akan terjadi di masa depan.
Contoh konkretnya seorang manajer akan melakukan investasi
berskala besar jika sudah ada kepastian tentang pasokan bahan baku yang lancar,
jaminan penjualan produk dengan kontrak yang solid, serta perjanjian dengan
supplier dan distributor yang legally binding.
Dalam kondisi seperti itu, uncertainty-nya sangat minimal
sehingga yang tersisa adalah optimization problem.
Tapi realistis kah kondisi seperti ini? Jawabannya sayangnya
jarang sekali, tapi bukan berarti tidak ada. Kondisi mendekati kepastian bisa
terjadi dalam beberapa skenario:
Kontrak jangka panjang dengan harga tetap akan membuat
revenue dan cost relatif pasti. Misalnya, perusahaan konstruksi yang sudah
menang tender dengan fixed price contract, atau supplier yang sudah locked in
dengan perjanjian pembayaran multi-tahun.
Merupakan kondisi dimana setiap produk diproduksi setelah
ada order pasti. Misalnya, pabrik furniture custom atau konveksi yang terima
order dalam jumlah spesifik dengan spesifikasi jelas.
3. Operasi internal
Adanya operasi internal yang sudah well-established dengan
historical data lengkap. Misalnya, penjadwalan produksi di pabrik yang sudah
operasi puluhan tahun dengan pola permintaan yang sudah stabil.
4. Jangka pendek
Kondisi jangka pendek dimana variabilitas minimal. Keputusan
untuk minggu atau bulan depan biasanya lebih pasti dibanding keputusan untuk 5
tahun ke depan.
Intinya, meskipun kondisi kepastian 100% jarang ada, banyak
keputusan operasional sehari-hari yang bisa didekati dengan asumsi kepastian terutama
jika jangka waktunya pendek dan kamu punya data yang solid.
Prinsip Keputusan Optimal dalam Kondisi Kepastian
Ketika dihadapkan pada banyak pilihan dalam kondisi
kepastian, pengambil keputusan yang rasional akan memilih keputusan yang
terbaik. Tapi apa definisi "terbaik"? Tergantung pada apa yang ingin kamu
optimalkan:
Kalau pilihan menyangkut biaya yang dapat diperkirakan
secara pasti, maka keputusan terbaik adalah yang biayanya paling murah.
Misalnya, memilih supplier dari tiga vendor dengan harga berbeda ya pilih yang
paling murah, dengan asumsi kualitas sama.
Kalau pilihan berkaitan dengan manfaat atau keuntungan yang
dapat diperkirakan secara pasti, maka keputusan terbaik adalah yang memberikan
benefit paling tinggi. Misalnya, memilih produk yang akan diluncurkan pilih
yang projected profitnya paling besar.
Kalau keputusan berkaitan dengan kombinasi berbagai
alternatif dengan multiple constraints, maka yang dicari adalah kombinasi yang
menghasilkan nilai optimal. Ini adalah domain dari Linear Programming.
Masalah optimalisasi pada dasarnya berkaitan dengan dua hal
yaitu maksimalisasi untuk manfaat yakni laba, revenue, efisiensi dan
minimalisasi untuk pengorbanan seperti biaya, waktu, dan pemborosan.
Linear Programming adalah metode matematis yang powerful
untuk menyelesaikan kedua jenis masalah ini.
Linear Programming: Dari Konsep ke Aplikasi
Linear Programming (LP) adalah teknik matematis yang
digunakan untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan dalam kondisi
deterministik atau mendasarkan pada asumsi-asumsi kepastian.
Ciri khasnya dari teknik ini adalah mencari solusi yang
memaksimalkan atau meminimalkan suatu fungsi objektif dengan mempertimbangkan
berbagai batasan (constraints).
Contoh aplikasi LP sangat luas:
- Product
mix optimization: Menentukan komposisi produk yang harus diproduksi untuk
maksimalkan profit dengan keterbatasan sumber daya.
- Diet
problem: Menentukan komposisi makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan biaya minimal
- Transportation
problem: Menentukan rute pengiriman yang meminimalkan biaya atau waktu
- Resource
allocation: Mengalokasikan budget marketing ke berbagai channel untuk
maksimalkan jangkauan atau conversion
- Production
scheduling: Menentukan jadwal produksi yang meminimalkan overtime atau
inventory cost
- Blending
problem: Menentukan komposisi bahan campuran misalnya saja bensin, pakan
ternak, atau cat yang memenuhi spesifikasi dengan biaya minimal
Yang menarik, LP tidak hanya untuk bisnis akan tapi juga
dapat dipakai dalam banyak domain baik logistics, finance, healthcare,
agriculture, bahkan military planning.
Tiga Komponen Esensial dalam Linear Programming
Setiap model Linear Programming terdiri dari tiga komponen
fundamental yang harus didefinisikan dengan jelas:
1. Variabel Keputusan (Decision Variables)
Ini adalah nilai atau ukuran dari tindakan yang kamu pilih.
Variabel keputusan mewakili quantity yang ingin kamu tentukan, ada berapa
banyak dari masing-masing alternatif yang harus dilakukan.
Untuk memudahkan formulasi matematis, variabel keputusan
biasanya dinyatakan dalam notasi seperti X1, X2, X2, dan seterusnya. Misalnya:
- X1 =
jumlah produk A yang diproduksi per hari
- X2 =
jumlah produk B yang diproduksi per hari
- X3 =
jumlah uang yang dialokasikan ke campaign iklan digital
Penting untuk mendefinisikan variabel keputusan dengan
jelas, termasuk unit pengukurannya. Apakah dalam unit produk, kilogram, rupiah,
jam, atau unit lainnya.
2. Fungsi Tujuan (Objective Function)
Ini adalah fungsi matematis yang menggambarkan sasaran yang
ingin dicapai bisa maksimalisasi baik itu profit, revenue, efisiensi atau
minimalisasi seperti cost, waktu, pemborosan. Fungsi tujuan ini dinyatakan
sebagai fungsi linear dari variabel keputusan.
Format umumnya:
- Maksimalisasi:
Z = C1X1 + C2X2+ C3X3 + ...
- Minimalisasi:
Z = C1X1 + C2X2+ C3X3 + ...
dimana C1, C2, C3 adalah koefisien yang merepresentasikan
kontribusi per unit masing-masing variabel terhadap tujuan. Misalnya:
- Kalau
tujuannya maksimalkan profit maka C1 adalah profit per unit produk 1, C2
adalah profit per unit produk 2
- Kalau
tujuannya minimalkan cost berarti C1 adalah cost per unit aktivitas 1 dan
C2 adalah cost per unit aktivitas 2
3. Fungsi Kendala (Constraints)
Ini adalah batasan-batasan yang membatasi nilai variabel
keputusan. Constraints merefleksikan keterbatasan sumber daya atau requirement
yang harus dipenuhi. Setiap constraint juga dinyatakan sebagai persamaan atau
pertidaksamaan linear.
Format umumnya:
- a11X1
+ a12X2 + a13X3 ≤ b1 (untuk batasan maksimum)
- a21X2
+ a22X2 + a23X3 ≥ b2 (untuk batasan minimum)
- a22X3+
a32X2+ a33X3 = b3 (untuk requirement yang exact)
Jenis constraints yang umum:
- Batasan
kapasitas: mesin hanya bisa operasi maksimal 8 jam per hari
- Batasan
bahan baku: stok material terbatas
- Batasan
tenaga kerja: jumlah pekerja atau jam kerja terbatas
- Batasan
dana: budget yang available terbatas
- Batasan
permintaan: demand minimal yang harus dipenuhi
- Non-negativity
constraint: X1, X1 ≥ 0 (karena tidak mungkin produksi negatif)
Kunci sukses dalam memformulasikan model LP adalah
memastikan ketiga komponen ini didefinisikan dengan benar dan lengkap. Missing
constraint atau salah definisi akan menghasilkan solusi yang tidak applicable
di dunia nyata.
Contoh Kasus: Product Mix Optimization
Untuk mempermudah pemahaman tentang linear programming mari
simak contoh konkret untuk memahami bagaimana LP bekerja dalam praktik. Ini
adalah contoh kasus sederhana yakni klasik product mix optimization.
Contoh situasinya perusahaan ABC memproduksi dua jenis
produk yaitu SEPATU dan TAS. Untuk memproduksi kedua produk ini, diperlukan
tiga jenis sumber daya yaitu :
- Bahan
baku A (maksimal 60 kg per hari)
- Bahan
baku B (maksimal 30 kg per hari)
- Jam
tenaga kerja (maksimal 40 jam per hari)
Kebutuhan per unit produk :
|
Resource |
SEPATU (per unit) |
TAS (per unit) |
|
Bahan Baku A |
2 kg |
3 kg |
|
Bahan Baku B |
0 kg |
2 kg |
|
Jam Tenaga Kerja |
2 jam |
1 jam |
Kontribusi profit:
- SEPATU:
Rp 40 per unit
- TAS:
Rp 30 per unit
Lalu pertanyaannya berapa unit SEPATU dan TAS yang harus
diproduksi per hari untuk memaksimalkan profit?
Formulasi Model
Nah setelah kita memperoleh semua data dari masalah
tersebut, mari kita terjemahkan masalah ini ke dalam bahasa Linear Programming:
Variabel Keputusan:
- X1 =
jumlah SEPATU yang diproduksi per hari
- X2 =
jumlah TAS yang diproduksi per hari
Fungsi Tujuan: Maksimalkan Z = 40X₁ + 30X₂
Ini artinya kita mau maksimalkan total profit, dimana setiap
SEPATU kontribusi Rp 40 dan setiap TAS kontribusi Rp 30)
Fungsi Kendala:
- 2X1+
3X2 ≤ 60 (batasan bahan baku A)
- 0X!
+ 2X2 ≤ 30 (batasan bahan baku B)
- 2X1 +
1X2 ≤ 40 (batasan jam tenaga kerja)
- X₁,
X₂ ≥ 0 (non-negativity constraint)
Dengan constraint kedua, kita bisa simplify jadi: X2 ≤ 15
Solusi Optimal
Kasus ini bisa diselesaikan dengan dua metode yaitu
Metode ini cocok untuk masalah dengan 2 variabel keputusan.
Kita plot semua constraints di grafik 2 dimensi, identifikasi feasible region atau
area yang memenuhi semua constraints, lalu cari titik di feasible region yang
memberikan nilai Z maksimal.
Metode yang kedua ini mengandalkan Algoritma iteratif yang
cocok untuk masalah dengan 2 atau lebih variabel. Ini adalah metode yang lebih
general dan bisa di-automate dengan software.
Baik menggunakan metode grafik maupun simpleks, solusi
optimal untuk kasus ini adalah
X1 = 15 unit (SEPATU) X2 = 10 unit (TAS) Z
= Rp 900
Interpretasi Hasil
Hasil ini memberikan informasi managerial yang clear yaitu
Keputusan produksi optimal, dengan memproduksi 15 unit
SEPATU dan 10 unit TAS per hari. Kombinasi ini akan menghasilkan profit
maksimal sebesar Rp 900 per hari.
Mari kita verifikasi apakah solusi ini memenuhi semua
constraints:
- Bahan
Baku A: (2×15) + (3×10) = 30 + 30 = 60 kg (tepat di batas maksimal)
- Bahan
Baku B: (0×15) + (2×10) = 0 + 20 = 20 kg (masih ada sisa 10 kg)
- Tenaga
Kerja: (2×15) + (1×10) = 30 + 10 = 40 jam (tepat di batas maksimal)
Sebagai tambahan Bahan Baku A dan Tenaga Kerja adalah
binding constraints (terpakai habis), sementara Bahan Baku B masih ada sisa 10
kg. Ini informasi penting untuk planning ke depan.
Kalau perusahaan mau meningkatkan produksi, mereka perlu
tambah kapasitas Bahan Baku A atau Tenaga Kerja, bukan Bahan Baku B yang masih
surplus. Ini adalah konsep shadow price dalam LP: berapa nilai tambahan profit
jika kita relax constraint tertentu.
Metode Grafik vs Simpleks: Kapan Pakai Yang Mana?
Metode Grafik memiliki keunggulan visualisasi yang
sangat membantu pemahaman. Kamu bisa literally "melihat" feasible
region dan memahami kenapa solusi tertentu adalah optimal. Ini excellent untuk melatih
dan untuk membangun intuisi tentang bagaimana LP bekerja.
Tapi metode grafik punya keterbatasan fundamental yakni hanya
bisa untuk maksimal 2 variabel keputusan. Kalau ada 3 variabel, kamu butuh
grafik 3D yang sudah sulit divisualisasikan. Kalau 4 variabel atau lebih?
Impossible secara grafis.
Metode Simpleks adalah algoritma yang dikembangkan oleh
George Dantzig pada tahun 1947. Ini adalah breakthrough dalam operations
research karena bisa menyelesaikan LP dengan jumlah variabel dan constraints
yang banyak bahkan ratusan atau mungkin ribuan.
Simpleks bekerja dengan cara iteratif yaitu mulai dari satu
titik feasible, lalu move ke titik adjacent yang lebih baik, sampai tidak ada
improvement lagi artinya sudah batas optimal. Metode ini guaranteed converge ke
solusi optimal kalau solusinya exists.
Di era modern, Simpleks sudah di-implement dalam berbagai
software seperti Excel Solver, LINDO, MATLAB, dan software operations research
profesional seperti CPLEX atau Gurobi.
Pada praktiknya untuk masalah real-world dengan banyak
variabel dan constraints, kamu akan pakai software. Manual simpleks hanya untuk
learning purpose atau kasus sederhana.
Limitasi dan Asumsi Linear Programming
Meskipun powerful, LP punya beberapa limitasi atau batasan yang
perlu dipahami:
Semua hubungan harus linear. Artinya, kontribusi
masing-masing variabel terhadap objective function dan constraints harus
proporsional.
Kalau ada economies of scale seperti cost per unit menurun
seiring volume meningkat atau diminishing returns, LP murni tidak akan bisa menanganinya
butuh teknik yang lebih advanced seperti Non-Linear Programming.
Solusi optimal bisa berupa angka pecahan. Misalnya, solusi
LP mungkin menyarankan produksi 15.7 unit, padahal di dunia nyata, kita tidak
bisa produksi 0.7 unit sepatu. Untuk kasus seperti ini, butuh Integer
Programming dimana solusi harus berupa bilangan bulat.
Ini yang paling fundamental yaitu LP berasumsi bahwa semua
parameters baik itu koefisien fungsi tujuan, koefisien constraints, right-hand
side values adalah pasti dan sudah di ketahui kepastiannya.
Di dunia nyata, ada ketidakpastian seperti harga bisa
berubah, demand bisa fluktuasi, yield produksi bisa vary. Untuk handle
uncertainty, ada extension dari LP seperti Stochastic Programming atau Robust
Optimization yang incorporate uncertainty secara explicit.
Total nilai adalah jumlah dari kontribusi individual. Tidak
ada interaction effects atau sinergi antar variabel. Misalnya, LP berasumsi
bahwa profit dari produksi X1 dan X2 adalah independen padahal mungkin saja ada
cannibalization effect di pasar.
Kontribusi per unit konstan. Misalnya, LP berasumsi bahwa profit
per unit produk sama regardless of volume, padahal mungkin ada volume discount
atau harga premium untuk small batches.
Meskipun ada limitasi-limitasi ini, LP tetap extremely
useful karena banyak masalah di dunia nyata yang bisa didekati dengan linear
approximation dan solusi yang dihasilkan sudah "cukup baik" meskipun tidak
ada yang sempurna.
Aplikasi Lanjutan: Dari Teori ke Dunia Nyata
Mari kita lihat beberapa contoh dari pengaplikasian LP atau linear programming yang
lebih rumit di dunia nyata :
Sebuah rumah sakit perlu assign suster atau perawat ke beberapa
shifts baik itu pagi, siang, malam sedemikian rupa sehingga:
- Setiap
shift punya cukup staff atau minimum coverage
- Tidak
ada overtime excessive
- Distribusi
beban kerja yang adil antar perawat atau susterr
- Mempertimbangkan
preferensi individual kalau memungkinkan
Ini adalah kombinasi minimization problem yaitu minimize
total cost atau maximize satisfaction dengan banyak constraints yang kompleks.
Investor mau mengalokasikan dana ke berbagai aset seperti saham,
obligasi, emas, property untuk:
- Maksimalkan
expected return
- Dengan
constraint risk tertentu seperti maximum volatility acceptable
- Memenuhi
liquidity requirement
- Comply
dengan regulation misalnya, dana pensiun punya aturan alokasi maksimal per
asset class
Markowitz Portfolio Theory yang memenangkan Nobel Prize
adalah aplikasi dari optimization theory yang terkait dekat dengan LP.
Sebuah perusahaan manufacture yang umumnya punya beberapa
pabrik, gudang dan distribution center. Ingin determine:
- Berapa
produksi di masing-masing pabrik
- Berapa
penyimpanan di masing-masing gundang
- Route
pengiriman dari pabrik ke gudang dan ke pelanggan
Dengan objective minimize total cost yaitu produksi +
inventory + transportation sambil memenuhi permintaan semua pelanggan tepat
waktu.
Masalah rantai pasok di dunia nyata bisa saja punya ribuan
variabel dan constraints. Big companies seperti Amazon, Walmart, atau FedEx
pakai advanced optimization algorithms yang berbasis pada perinsip LP untuk
operasi sehari-hari mereka.
Contohnya marketing agency mau mengalokasikan budget ke
berbagai media channel seperti TV, radio, online, dan print untuk:
- Maksimalkan
jangkauan atau impressions
- Dengan
budget constraint
- Memenuhi
minimum persentase di certain channels misalnya, klien minta harus ada di
TV
- Mempertimbangkan
frequency cap artinya jangan over-expose audience
LP bisa membantu determine optimal media mix yang balances
reach, frequency, dan cost.
Sensitivity Analysis: Beyond the Optimal Solution
Menemukan solusi optimal itu bagus, tapi pertanyaan
lanjutannya sama pentingnya:
Seberapa sensitif solusi optimal terhadap perubahan
parameters? Misalnya, kalau profit per unit berubah 10%, apakah solusi optimal
juga berubah? Kalau kapasitas sumber daya bertambah, berapa tambahan profit yang bisa
dicapai?
Sensitivity analysis atau post-optimality analysis
memberikan insight ini. Ada beberapa konsep penting yaitu
1. Shadow Price (Dual Value)
Ini adalah nilai tambahan objective function jika constraint
tertentu di-relax 1 unit. Misalnya, di contoh SEPATU-TAS tadi.
Shadow price untuk constraint Bahan Baku A menunjukkan kalau
kita tambah 1 kg Bahan Baku A jadi 61 kg sebelumnya 60 kg, berapa rupiah
tambahan profit yang bisa dicapai? Shadow price ini penting untuk decision
making seperti apakah worth it untuk invest tambahan resource?
Semisal kalau shadow price-nya tinggi, artinya ada bottleneck
di sumber daya tersebut maka ada prioritas untuk expansion. Kalau shadow
price-nya nol seperti Bahan Baku B yang masih surplus, tidak perlu tambah
kapasitas.
2. Allowable Increase/Decrease
Ini menunjukkan jarak dimana koefisien bisa berubah tanpa
mengubah solusi optimal. Misalnya, profit SEPATU bisa berubah dari Rp 40
menjadi Rp 35-50 tanpa mengubah solusi optimal tetap produksi 15 SEPATU dan 10
TAS.
Tapi kalau turun di bawah Rp 35 atau naik di atas Rp 50,
optimal mix mungkin perlu ada perubahan. Informasi ini penting untuk risk
assessment seperti seberapa kokoh solusi
optimal terhadap perubahan parameter?
3. Reduced Cost
Untuk variabel yang di solusi optimal bernilai nol, reduced
cost menunjukkan berapa objective function coefficient harus improve sebelum
variabel tersebut enter the solution.
Misalnya, kalau ada produk ketiga DOMPET yang saat ini tidak
diproduksi, reduced cost menunjukkan berapa minimum profit per unit DOMPET yang
dibutuhkan agar masuk akal untuk produksi.
Modern LP software seperti Excel Solver akan secara otomatis
membuat sensitivity report yang comprehensive. Memahami sensitivity analysis
adalah kunci untuk mendapatka maximum insight dari model LP.
Tips Praktis Memformulasikan Model LP
Berdasarkan pengalaman praktisi operations research, berikut
beberapa tips untuk sukses menggunakan LP:
1. Start Simple, Then Refine
Jangan langsung bikin model super kompleks dengan puluhan
variabel dan constraints. Start dengan model sederhana yang menangkap esensi dari
masalah. Test, validasi, lalu gradually add complexity kalau dibutuhkan.
2. Define Variables Clearly
Ambiguitas dalam definisi variabel adalah sumber dari error
paling umum. Pastikan secara exsplisit apa unit-nya, apa horizon waktunya, apa
scope-nya. Contohnya "X1= produk A" itu kurang jelas. Lebih baik:
"X1 = jumlah unit produk A yang diproduksi per minggu di pabrik semarang."
3. Check for Completeness
Apakah semua constraints yang relevan sudah dimasukan? Kesalahan
umum adalah lupa constraint yang sebenarnya "obvious" tapi penting misalnya
non-negativity, capacity limits, atau logical dependencies.
4. Validate with Extreme Cases
Tes model dengan input ekstrem. Misalnya, kalau profit salah
satu produk jadi sangat tinggi, apakah solusi make sense? Kalau salah satu sumber
daya jadi unlimited, apakah solusi berubah sesuai ekspektasi? Validasi ini akan
membantu dalam menangkap formulation errors.
5. Interpret in Business Context
Solusi matematis optimal mungkin tidak practical atau
politically feasible. Misalnya, solusi optimal mungkin menyarankan lay off 50% tenaga
kerja akan tapi pada implementasi-nya impossible.
Maka dari itu always put solusi yang dihasilkan dalam
konteks business reality dan pertimbangkan implementasi constraints yang
mungkin tidak di tangkap dalam model matematis.
6. Document Assumptions
Model LP is only as good as its assumptions. Maka dari itu
dokumentasikan semua asumsi yang kamu buat baik itu tentang linearitas, tentang
parameter values, maupun tentang constraints.
Hal ini penting untuk komunikasi dengan stakeholders dan
untuk referensi di masa depan ketika assumpt ions berubah.
Optimisasi dalam Kondisi Kepastian
Linear Programming adalah alat yang elegant dan powerful
untuk optimization problems dalam kondisi kepastian.
Dengan formulasi yang tepat, LP bisa membantu seorang decision
maker menemukan solusi yang matematis terbukti optimal dan bukan hanya
"cukup baik", tapi literally the best possible solution given the
constraints.
Kembali ke artikel kita sebelumnya tentang Persepsi dan Manajemen Risiko dalam pengambilan keputusan,
kita sudah membahas bagaimana persepsi, bias, risiko, dan uncertainty
mempengaruhi decision making.
Linear Programming melengkapi toolkit tersebut dengan
providing systematic approach untuk kondisi dimana informasi cukup lengkap dan
reliable.
Dalam praktik, kebanyakan keputusan ada di spectrum antara
risk dan certainty. Bahkan jika ada uncertainty, kita bisa memperkirakan dengan
expected values dan menggunakan LP untuk expected case, lalu lakukan
sensitivity analysis untuk memahami impact dari uncertainty.
Yang penting diingat, LP adalah tool, bukan magic solution. Garbage
in, garbage out kalau input data atau formulasi model-nya salah, solusi yang
dihasilkan juga misleading. Pemikiran kritis dan business judgment tetap
esensial.
Tapi dengan pemahaman yang solid tentang konsep LP, kemampuan untuk formulasi problem dengan benar, dan skill untuk interpretasi hasil, kamu akan punya powerful advantage dalam decision making.
Kalau kompetitor kamu masih bikin keputusan based on gut feeling atau trial-and-error, sementara kamu sudah pakai optimization yang matematis. So guess who's gonna win in the long run?




Posting Komentar