Pernahkah kamu merasa bingung saat harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama menarik? Atau justru panik karena keputusan yang kamu ambil ternyata berdampak besar ke masa depan?
Tenang saja, kamu tidak sendirian kok. Setiap hari, kita
semua dihadapkan pada berbagai keputusan mulai dari yang sederhana seperti mau
sarapan apa, sampai yang kompleks seperti memilih jurusan kuliah atau
pekerjaan.
Kabar baiknya, mengambil keputusan itu sebenarnya adalah skill
yang bisa dipelajari dan diasah. Yah, sama seperti saat kamu belajar
mengendarai motor atau memasak, kemampuan mengambil keputusan juga bisa terus
ditingkatkan.
Nah, pada artikel ini akan membahas tentang pengambilan
keputusan mulai dari fungsinya, tujuannya, sampai pada unsur-unsur penting yang
perlu kamu perhatikan. Siap? Mari kita mulai pembahasannya ini!
Kenapa Pengambilan Keputusan Itu Penting?
Sebelum masuk lebih dalam, kita perlu paham dulu mengapa
pengambilan keputusan ini jadi hal yang krusial dalam hidup kita. Bayangkan
kalau kita tidak bisa mengambil keputusan sama sekali pasti hidup jadi stuck
dan tidak akan kemana-mana, kan?
Sebagai Awal dari Semua Aktivitas
Pengambilan keputusan itu sebenarnya adalah titik awal dari
semua aktivitas yang kita lakukan secara sadar dan terarah. Baik itu aktivitas
personal seperti memilih gaya hidup, atau aktivitas dalam konteks kelompok
seperti proyek bersama teman.
Tanpa keputusan, tidak aksi ada aksi. Tanpa aksi, tidak akan
ada perubahan. Sesederhana itu. Jadi bisa dibilang, kemampuan mengambil
keputusan adalah fondasi dari segala bentuk kemajuan dalam hidup kita.
Berorientasi pada Masa Depan
Kemudian fungsi kedua yang tidak kalah penting adalah sifatnya yang
futuristik. Maksudnya gimana? Setiap keputusan yang kamu ambil hari ini akan
membawa efek jangka panjang untuk masa depanmu.
Misalnya saja nih, keputusan kamu untuk mulai rajin olahraga
hari ini akan berdampak pada kesehatanmu 10 tahun ke depan. Atau keputusan
untuk serius belajar coding sekarang bisa membuka peluang karier yang lebih
luas nanti.
Makanya, pengambilan keputusan itu bukan cuma soal
"sekarang", tapi juga tentang bagaimana kamu membentuk masa depanmu
sendiri.
Apa Sih Tujuan Kita Mengambil Keputusan?
Nah, setelah tahu fungsinya, sekarang kita bahas tujuannya.
Ternyata, tujuan pengambilan keputusan itu bisa dibagi menjadi dua kategori
utama. Yuk, kita kupas satu per satu.
Tujuan Tunggal: Fokus pada Satu Masalah
Tujuan pertama adalah tujuan tunggal, ini terjadi ketika
keputusan yang kamu ambil hanya untuk menyelesaikan satu masalah spesifik, dan
keputusan itu tidak akan berpengaruh ke masalah lain.
Contoh sederhananya, kamu memutuskan untuk membeli laptop
baru karena laptop lama sudah rusak. Keputusan ini fokusnya jelas yaitu untuk mengatasi
masalah laptop yang rusak. Setelah beli, selesai, tidak ada dampak ke masalah
lain.
Keputusan dengan tujuan tunggal biasanya lebih
straightforward dan lebih mudah untuk diambil karena variabelnya terbatas. Kamu
cuma perlu fokus pada satu hal dan menyelesaikannya dengan baik.
Tujuan Ganda: Menyelesaikan Banyak Masalah Sekaligus
Berbeda dengan tujuan tunggal, tujuan ganda terjadi ketika
satu keputusan yang kamu ambil bisa menyelesaikan dua masalah atau lebih
sekaligus. Masalah-masalah ini bisa saling bertentangan atau malah justru
sejalan.
Contoh nyatanya? Misalnya kamu memutuskan untuk kuliah
sambil kerja part-time. Keputusan ini sekaligus menyelesaikan dua masalah yaitu
kamu tetap bisa melanjutkan pendidikan sambil menghasilkan uang untuk biaya
hidup.
Atau contoh lainnya, kamu memilih pekerjaan yang gajinya
bagus tapi lokasinya jauh dari keluarga, hal ini adalah contoh tujuan ganda
yang kontradiktif karena ada trade-off antara karier dan kedekatan dengan
keluarga.
Keputusan dengan tujuan ganda biasanya lebih kompleks dan
membutuhkan pertimbangan yang lebih matang karena kamu harus menyeimbangkan
berbagai aspek sekaligus.
Unsur-Unsur Penting dalam Pengambilan Keputusan
Oke, sekarang kita masuk ke bagian yang lebih praktis.
Supaya keputusan yang kamu ambil lebih terarah dan berkualitas, ada beberapa
unsur penting yang perlu kamu perhatikan. Anggap ini sebagai checklist sebelum kamu
mengambil keputusan final.
1. Tentukan Tujuanmu dengan Jelas
Langkah pertama dan paling fundamental adalah mengetahui
dengan jelas apa tujuan dari keputusan yang akan kamu ambil. Tujuan ini akan
jadi kompas yang membimbingmu selama proses pengambilan keputusan.
Misalnya, kalau kamu berencana membeli mobil baru, tujuannya
apa? Apakah untuk kenyamanan sehari-hari? Untuk gengsi? Atau sebagai investasi?
Tujuan yang berbeda akan mengarahkan kamu pada pilihan yang berbeda pula.
Kalau tujuannya kenyamanan, mungkin kamu akan pilih mobil
dengan fitur safety dan kabin yang luas. Kalau untuk investasi, kamu akan fokus
pada mobil dengan nilai jual kembali yang tinggi.
Tanpa tujuan yang jelas, kamu akan mudah terdistraksi oleh
berbagai pilihan dan akhirnya malah bingung sendiri. Jadi, mulailah selalu
dengan pertanyaan "Apa yang sebenarnya ingin aku capai dengan keputusan
ini?"
2. Identifikasi Semua Alternatif yang Tersedia
Setelah tujuan jelas, langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi semua alternatif atau pilihan yang bisa membantumu mencapai
tujuan tersebut. Jangan terburu-buru mengambil keputusan hanya berdasarkan
pilihan pertama yang muncul di pikiran.
Buatlah daftar lengkap dari semua kemungkinan tindakan yang
bisa kamu ambil. Semakin banyak alternatif yang kamu pertimbangkan, semakin
besar peluangmu menemukan solusi terbaik.
Dalam tahap ini, brainstorming adalah teman terbaikmu.
Jangan dulu filter atau menjudge, kamu bisa mulai dengan menulis saja dulu semua
kemungkinan yang terlintas.
Misalnya, kalau kamu ingin meningkatkan skill profesional,
alternatifnya bisa bermacam-macam baik itu ikut kursus online, ambil
sertifikasi, belajar otodidak lewat YouTube, magang di perusahaan tertentu,
atau bahkan melanjutkan S2.
Dengan kamu punya banyak alternatif, kamu bisa membandingkan
dan memilih yang paling sesuai dengan kondisimu dan tujuanmu.
3. Perhitungkan Faktor di Luar Kendali
Ini adalah bagian yang sering dilupakan banyak orang. Setiap
keputusan akan berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal yang kadang berada
di luar jangkauan atau kendali kita. Dan faktor-faktor ini bisa sangat
mempengaruhi keberhasilan keputusan yang kita ambil.
Kembali ke contoh membeli mobil baru tadi. Selain
pertimbangan harga pembelian, kamu juga harus memperhitungkan biaya-biaya lain
yang akan muncul di masa depan misalnya saja, biaya perawatan rutin, pajak
tahunan, hingga risiko depresiasi nilai mobil.
Semua hal tersebut adalah faktor-faktor yang perlu kamu
masukkan dalam kalkulasi meskipun beberapa di antaranya tidak bisa kamu kontrol
sepenuhnya.
Atau contoh lain, kalau kamu memutuskan untuk membuka bisnis
online, kamu perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti tren pasar yang
berubah, kompetisi yang makin ketat, perubahan algoritma platform, atau bahkan
kondisi ekonomi makro.
Dengan memperhitungkan semua faktor-faktor yang di luar
kendali ini sejak awal, kamu bisa lebih siap menghadapi berbagai kemungkinan
yang terjadi.
4. Siapkan Alat untuk Evaluasi
Unsur yang terakhir dan tidak kalah penting adalah memiliki
sarana atau alat untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang kamu ambil.
Bagaimana kamu tahu kalau keputusan yang kamu ambil itu berhasil atau tidak?
Kamu butuh parameter atau metrik yang jelas.
Misalnya, kalau kamu memutuskan untuk mengikuti program diet
tertentu, alat evaluasinya bisa berupa penimbangan berat badan rutin,
pengukuran lingkar pinggang, atau bahkan cek kesehatan berkala.
Contoh lainya kalau kamu memutuskan untuk berinvestasi pada saham
tertentu, metriknya jelas yaitu tingkat ROI atau return on investment dalam
periode tertentu.
Dengan memiliki alat evaluasi yang jelas sejak awal, kamu
bisa mengukur efektivitas keputusanmu dan melakukan penyesuaian kalau ternyata
hasilnya belum sesuai harapan. Ini juga membantumu untuk belajar dan
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di masa depan.
Teori dan Pola Pikir dalam Pengambilan Keputusan
Dalam konteks organisasi atau situasi yang lebih kompleks,
ada beberapa pola dasar berpikir yang bisa membantumu mengambil keputusan
dengan lebih sistematis. Empat pola pikir ini saling melengkapi dan bisa kamu
aplikasikan sesuai kebutuhan.
Penilaian Situasi (Situational Approach)
Pola pikir pertama adalah penilaian situasi, yang pada
dasarnya menjawab pertanyaan fundamental "Apa yang sebenarnya
terjadi?" Sebelum kamu bisa mengambil keputusan yang tepat, kamu harus
paham dulu kondisi atau situasi yang sedang kamu hadapi secara objektif.
Ini seperti seorang dokter yang harus melakukan diagnosis
sebelum memberikan resep. Kamu perlu mengumpulkan informasi, mengamati kondisi
terkini, dan memahami konteks secara menyeluruh. Tanpa pemahaman situasi yang
akurat, keputusan yang kamu ambil bisa meleset dari sasaran.
Analisis Persoalan (Problem Analysis)
Setelah memahami situasi, langkah berikutnya adalah
menganalisis persoalan menggunakan pola pikir sebab-akibat. Di sini kamu
mencoba memahami akar masalahnya mengapa masalah ini terjadi? Apa pemicunya?
Dan apa saja faktor-faktor yang berkontribusi pada munculnya masalah ini?
Analisis persoalan yang mendalam akan membantumu menghindari
solusi yang hanya bersifat sementara. Alih-alih cuma "mengobati"
gejala, kamu bisa mengatasi akar masalahnya sehingga solusinya lebih
fundamental dan berkelanjutan.
Analisis Keputusan (Decision Analysis)
Nah, di tahap inilah kamu mulai masuk ke proses pengambilan
pilihan. Setelah paham situasi dan akar masalahnya, sekarang saatnya menimbang
berbagai alternatif solusi dan memilih yang paling optimal.
Dalam analisis keputusan, kamu perlu mempertimbangkan
berbagai faktor seperti efektivitas, efisiensi, risiko, dan dampak dari setiap
pilihan. Gunakan data dan informasi yang sudah kamu kumpulkan untuk membuat
perbandingan yang objektif antar alternatif.
Analisis Persoalan Potensial (Potential Problem Analysis)
Pola pikir terakhir ini bersifat proaktif dan berorientasi
ke masa depan. Setelah kamu mengambil keputusan, apa saja risiko atau masalah
potensial yang mungkin muncul? Apa yang bisa salah? Dan bagaimana kamu akan
mengantisipasinya?
Dengan melakukan analisis persoalan potensial, kamu bisa
menyiapkan rencana cadangan atau plan B sebelum masalah benar-benar terjadi.
Ini akan membuatmu lebih siap dan responsif ketika menghadapi hambatan atau
tantangan dalam implementasi keputusan.
Keputusan Terbaik vs Hasil Terbaik: Perbedaan yang Harus
Dipahami
Ini adalah insight penting yang sering bikin orang frustrasi
yaitu keputusan terbaik tidak selalu menghasilkan hasil terbaik. Dan
sebaliknya, hasil yang baik tidak selalu berasal dari keputusan yang sempurna.
Kenapa bisa begitu? Karena dalam hidup, ada banyak faktor
yang berada di luar kendali kita. Kamu bisa saja sudah melakukan analisis yang
mendalam, mempertimbangkan semua alternatif, dan mengambil keputusan berdasarkan
logika adalah keputusan terbaik.
Akan tetapi pada akhirnya tetap saja hasilnya bisa saja mengecewakan
karena ada faktor eksternal di luar kendali kita yang tidak bisa diprediksi.
Contohnya, kamu memutuskan untuk berinvestasi di bisnis yang
secara fundamental sangat bagus, tapi tiba-tiba ada pandemi yang menghancurkan
industri tersebut. Atau kamu memilih jurusan kuliah yang prospeknya cerah, tapi
setelah lulus ternyata pasar sudah oversaturated.
Sebaliknya, kadang ada orang yang mengambil keputusan secara
impulsif tanpa banyak pertimbangan, tapi karena faktor keberuntungan atau
timing yang tepat, hasilnya justru sangat bagus. Tapi ini bukan berarti proses
pengambilan keputusannya benar ya.
Yang perlu kamu ingat adalah fokus pada proses, bukan hanya
hasil. Selama kamu sudah menggunakan pendekatan yang terstruktur dan
mempertimbangkan semua faktor yang bisa kamu kontrol, kamu sudah melakukan yang
terbaik.
Mengenai hasil itu memang penting, tapi yang lebih penting lagi
adalah kamu belajar dan terus meningkatkan kualitas pengambilan keputusanmu.
Lingkungan Keputusan: Konteks yang Mempengaruhi
Pilihanmu
Setiap keputusan diambil dalam konteks atau lingkungan
tertentu. Dan karakteristik lingkungan ini akan sangat mempengaruhi bagaimana
kamu seharusnya mengambil keputusan. Secara umum, ada tiga jenis lingkungan
keputusan yang perlu kamu pahami.
1. Lingkungan dengan Kepastian
Ini adalah kondisi ideal dalam pengambilan keputusan. Dalam
lingkungan ini, kamu memiliki informasi yang cukup lengkap untuk memprediksi
hasil dari setiap alternatif yang kamu pertimbangkan. Kamu tahu dengan pasti
apa yang akan terjadi jika kamu memilih opsi A, B, atau C.
Misalnya kamu mau nabung di deposito bank maka kamu tahu
persis berapa bunga yang akan kamu dapatkan, berapa lama tenornya, dan berapa
uang yang akan kamu terima di akhir periode. Tidak ada surprise, semua
terkalkulasi dengan jelas.
Dalam lingkungan seperti ini, pengambilan keputusan relatif
lebih mudah karena kamu tinggal membandingkan hasil dari setiap alternatif dan
memilih yang paling menguntungkan berdasarkan kriteria yang kamu tetapkan.
Ini adalah kondisi yang lebih umum kita hadapi dalam
kehidupan nyata. Dalam lingkungan ini, kamu tidak memiliki kepastian penuh
tentang hasil dari setiap alternatif, tapi kamu bisa memperkirakan kemungkinan
atau probabilitas dari berbagai outcome.
Misalnya, kamu mau berinvestasi di aset saham. Kamu tidak
tahu pasti aset tersebut akan naik atau turun, tapi berdasarkan analisis
fundamental, teknikal, dan tren pasar, kamu bisa memperkirakan kemungkinannya.
Mungkin saja berdasarkan data historis, ada 70% kemungkinan nilai
aset saham tersebut akan naik 20% dalam setahun, dan 30% kemungkinan turun 10%.
Dalam kondisi seperti ini, pengambilan keputusan membutuhkan
pemahaman tentang manajemen resiko. Kamu perlu menimbang antara potensi
keuntungan dan risiko kerugian, dan memutuskan apakah kamu willing to take that
risk atau tidak.
Kemungkinan ini bisa kamu rumuskan melalui berbagai seperti menggunakan
data statistik, melakukan riset pasar, atau bahkan berdasarkan intuisi dan
pengalaman pribadi. Yang penting adalah kamu sadar dengan risiko yang ada dan
sudah memperhitungkannya dalam keputusanmu.
3. Lingkungan dengan Ketidakpastian
Ini adalah kondisi yang paling menantang. Dalam lingkungan
ini, informasi yang kamu miliki sangat terbatas sehingga kamu bahkan tidak bisa
memperkirakan probabilitas dari berbagai kemungkinan hasil.
Pada lingkungan ini semuanya tidak pasti, dan kamu bisa di
bilang pada dasarnya harus mengambil keputusan dalam kondisi "fog of
war".
Contoh nyata adalah situasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya, seperti di awal pandemi COVID-19. Tidak ada data historis, tidak
ada precedent, semua orang sama-sama tidak tahu apa yang akan terjadi
selanjutnya.
Dalam kondisi seperti ini, bagaimana seorang business owner
harus mengambil keputusan? Tetap buka atau tutup usaha? Berinvestasi lebih
banyak atau justru cut cost?
Ketidakpastian memaksa pembuat keputusan untuk sangat
bergantung pada kreativitas, fleksibilitas, dan kemampuan adaptasi. Kamu perlu
thinking outside the box, mencoba pendekatan-pendekatan baru, dan siap untuk
pivot dengan cepat kalau ternyata strategimu tidak berhasil.
Dalam lingkungan seperti ini, beberapa faktor eksternal yang
perlu kamu perhatikan antara lain seperti kondisi eksternal yang dinamis baik politik,
ekonomi maupun dan kebutuhan akan teknologi dan informasi terkini,.
Perubahan yang sangat cepat dan tidak terprediksi ini kadang
disebut juga sebagai "anarki terorganisir” merupakan sebuah kondisi di
mana chaos dan order berjalan beriringan.
Itulah akhir dari pembahasan kita pada artikel kali ini,
dari pembahasan tersebut kita dapat simpulkan bahwa mengambil keputusan memang
bukan hal yang mudah, tapi juga bukan sesuatu yang harus kita takuti.
Dengan memahami fungsi, tujuan, dan unsur-unsur penting
dalam pengambilan keputusan, kita sudah selangkah lebih maju dalam menjadi
seorang decision maker yang lebih baik.
Ingat, setiap keputusan adalah kesempatan untuk belajar dan
berkembang. Fokus pada proses yang terstruktur, pertimbangkan semua faktor yang
relevan, dan jangan lupa untuk selalu melakukan evaluasi setelah keputusan
diimplementasikan. Dengan latihan dan pengalaman, kemampuan mengambil
keputusanmu akan terus meningkat.



Bener banget, hidup itu kan isinya pilihan dan keputusan terus, ya? Dari bangun tidur mau pakai baju apa, sampai keputusan besar kayak pindah kerja. Kadang, salah pilih satu saja, efeknya bisa ke mana-mana.
BalasHapusMakanya, skill ambil keputusan ini memang wajib diasah. Setuju banget kalau ini tuh skil/ yang paling menentukan quality of life kita.
Btw, kalau kalian sendiri, paling susah ambil keputusan yang kayak gimana? Kalau aku sih, paling susah kalau harus milih menu makanan di resto yang menunya banyak banget 😂😂