5 Dasar dalam Pengambilan Keputusan serta Faktor dan Jenisnya

Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas tentang kenapa pengambilan keputusan penting dan teori serta pola pikir di baliknya.

Pada artikel itu kita telah memahami jika kemampuan mengambil keputusan itu adalah skill yang bisa dipelajari? Nah, sekarang saatnya kita masuk lebih dalam lagi.

Pada artikel kali ini kita akan membahas dasar-dasar apa saja yang biasanya dipakai orang dalam mengambil keputusan, faktor-faktor apa yang mempengaruhinya, sampai berbagai jenis keputusan yang mungkin kamu hadapi dalam kehidupan sehari-hari atau di dunia kerja.

Trust me, setelah baca artikel ini, kamu akan punya perspektif yang jauh lebih lengkap tentang decision making!

Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

Lima Dasar Pengambilan Keputusan Menurut George R. Terry

George R. Terry, salah satu ahli manajemen terkemuka, mengidentifikasi lima dasar utama yang sering digunakan orang dalam mengambil keputusan. Kelima dasar ini punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mari kita bahas satu per satu!

1. Intuisi

Intuisi adalah proses bawah sadar yang terbentuk dari akumulasi pengalaman yang kamu alami sepanjang hidup.

Misalnya kamu mungkin pernah mengalamai tiba-tiba "merasa" kalau suatu pilihan itu tepat atau salah, meskipun secara logika belum tentu bisa dijelaskan? Nah, itu yang namanya intuisi.

Keputusan berdasarkan intuisi memang bersifat subjektif dan mudah terpengaruh oleh emosi atau bias pribadi. Tapi jangan salah, intuisi juga punya beberapa kelebihan yang tidak bisa kamu abaikan begitu saja.

Kelebihan Menggunakan Intuisi:

Pertama, waktu pengambilan keputusannya relatif lebih cepat. Kamu tidak perlu mengumpulkan data bertumpuk-tumpuk atau melakukan analisis yang ribet. Untuk situasi yang butuh keputusan cepat, ini sangat berguna.

Kedua, untuk masalah yang pengaruhnya terbatas atau tidak terlalu krusial, keputusan berdasarkan intuisi biasanya sudah cukup memuaskan. Misalnya memilih menu makan siang atau warna baju yang mau dipakai, jadi tidak perlu terlalu dipikirkan secara mendalam.

Ketiga, kemampuan intuisi seorang decision maker yang sudah berpengalaman itu sangat berharga dan perlu dimanfaatkan. Expert intuition atau intuisi yang dimiliki oleh para ahli di bidangnya seringkali lebih akurat daripada analisis formal karena mereka sudah punya "database" pengalaman yang sangat kaya.

Kelemahan Menggunakan Intuisi:

Di sisi lain, keputusan yang dihasilkan dari intuisi cenderung kurang baik untuk masalah yang kompleks atau berdampak jangka panjang.

Kenapa? Karena intuisi itu sulit diukur kebenarannya artinya dalam menggunakan intuisi kamu tidak akan punya standar atau alat pembanding yang objektif.

Masalah lainnya, ketika kamu terlalu mengandalkan intuisi, dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seperti data, fakta, atau analisis rasional sering diabaikan. Ini bisa berbahaya, terutama untuk keputusan bisnis atau organisasi yang membutuhkan akuntabilitas.

2. Pengalaman

"Experience is the best teacher" pepatah ini memang tidak salah. Pengalaman memberikan kita pengetahuan praktis yang sangat berharga dalam mengambil keputusan.

Seseorang yang sudah sering menghadapi situasi tertentu biasanya bisa memperkirakan keadaan, menghitung untung-rugi, dan menilai baik-buruknya suatu pilihan dengan lebih akurat.

Yang menarik dari pengalaman adalah kemampuannya untuk membuat kita "membaca" situasi dengan cepat. Kamu mungkin cuma perlu lihat sekilas suatu masalah, tapi karena pengalaman, kamu sudah bisa menduga cara penyelesaiannya.

Hal inilah yang sering disebut sebagai "pattern recognition" atau kondisi dimana otak kita mengenali pola dari pengalaman masa lalu dan menerapkannya ke situasi saat ini.

Tapi ingat, pengalaman juga punya keterbatasan. Pengalaman masa lalu belum tentu relevan untuk situasi yang benar-benar baru atau unik.

Dan kadang, pengalaman juga bisa bikin kita stuck dalam cara berpikir yang itu-itu aja atau comfort zone, sehingga susah untuk berpikir inovatif atau thinking outside the box.

3. Fakta

Kalau kamu mau keputusan yang sehat, solid, dan bisa dipertanggungjawabkan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta adalah jawabannya. Dengan mendasarkan keputusan pada data dan fakta yang objektif, tingkat kepercayaan terhadap keputusan tersebut akan jauh lebih tinggi.

Keputusan berbasis fakta juga lebih mudah diterima oleh orang lain. Kenapa? Karena ada bukti konkret yang mendukungnya.

Hal ini karena orang akan lebih rela dan lapang dada menerima keputusan kalau mereka tahu keputusan itu diambil berdasarkan data yang valid, bukan cuma asumsi atau keinginan pribadi.

Di era digital seperti sekarang, akses ke data dan fakta jadi lebih mudah. Tapi challenge-nya adalah bagaimana memilah mana data yang relevan dan kredibel, serta bagaimana menginterpretasikan data tersebut dengan benar.

4. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya terjadi dalam konteks hierarki dimana pimpinan membuat keputusan untuk bawahannya, atau orang yang lebih tinggi posisinya memberikan arahan kepada yang lebih rendah.

Kelebihan Keputusan Berbasis Wewenang:

Pertama, keputusan ini biasanya diterima oleh bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela atau terpaksa. Ada unsur "keharusan" yang membuat implementasinya lebih mudah.

Kedua, keputusan berdasarkan wewenang cenderung bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama karena ada "stamp of authority" yang memberikan legitimasi.

Ketiga, keputusan ini memiliki sifat otentisitas atau  clear ownership dan accountability-nya jelas, siapa-siapanya yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut.

Kelemahan Keputusan Berbasis Wewenang:

Di sisi lain, keputusan berbasis wewenang bisa menimbulkan sifat rutinitas yang berlebihan maksudnya people just follow orders tanpa berpikir kritis.

Hal Ini juga bisa diasosiasikan dengan praktik diktatorial atau otoriter, terutama jika dalam prosesnya tidak disediakan ruang untuk feedback atau diskusi.

Yang lebih berbahaya, keputusan berbasis wewenang sering melewati analisis mendalam terhadap permasalahan yang seharusnya dipecahkan. Akibatnya, bisa muncul kekaburan atau ketidakjelasan tentang mengapa keputusan tersebut diambil.

5. Rasional

Ini adalah gold standard dalam pengambilan keputusan. Keputusan berdasarkan rasional bersifat objektif, logis, transparan, dan konsisten.

Tujuannya adalah untuk memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, ya bisa dibilang ini adalah pendekatan yang paling mendekati kebenaran atau paling sesuai dengan yang diinginkan.

Nah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan yang rasional diantaranya adalah  

Kejelasan masalah menjadi starting point. Kamu harus paham betul apa masalahnya sebelum mencari solusi. Jangan sampai salah diagnosa.

Orientasi tujuan yang jelas akan memandu seluruh proses pengambilan keputusan. Kamu mau mencapai apa dengan keputusan ini?

Pengetahuan tentang alternatif yang tersedia sangat penting. Kamu perlu eksplorasi semua opsi yang memungkinkan sebelum memilih.

Preferensi yang jelas tentang kriteria evaluasi—apa yang paling penting? Biaya? Kecepatan? Kualitas? Quality of life? Kamu perlu definisikan prioritasnya.

Hasil maksimal adalah target akhir. Keputusan rasional selalu berusaha mencari opsi yang memberikan hasil terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Pendekatan rasional memang terkesan ideal, tapi dalam praktiknya, pure rationality itu sulit dicapai. Kenapa? Bisa banyak hal seperti karena keterbatasan informasi, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan kognitif hingga faktor emosi yang kadang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan tidak terjadi dalam vakum. Ada banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana keputusan dibuat dan hasil akhir yang didapatkan. Mari kita bahas faktor-faktor utamanya.

1. Posisi dan Kedudukan Seseorang

Letak posisi dan tingkatan posisi seseorang dalam organisasi atau kehidupan sosial sangat mempengaruhi jenis keputusan yang bisa dan harus diambil.

Contohnya seorang CEO akan mengambil keputusan yang berbeda dengan seorang supervisor, begitu juga dengan ruang lingkup dan dampak keputusannya.

Posisi juga menentukan akses terhadap informasi, sumber daya, dan wewenang. Semakin tinggi posisi seseorang, biasanya keputusannya lebih strategis dan berdampak luas.

2. Masalah yang Dihadapi

Masalah adalah penghalang dalam mencapai tujuan seperti halnya penyimpangan dari apa yang diharapkan, direncanakan, atau dikehendaki.

Tapi perlu dipahami bahwa semua masalah langsung terlihat jelas. Ada masalah yang butuh analisis mendalam, bahkan ada yang memerlukan riset tersendiri untuk bisa dipahami dengan benar. Masalah seniri ada beberapa jenisnya :

Masalah Terstruktur vs Tidak Terstruktur:

Masalah terstruktur adalah masalah yang sudah familiar, punya pola yang jelas, dan cara penyelesaiannya relatif sudah tersedia. Contohnya, proses rekrutmen karyawan baru di perusahaan yang sudah ada SOP-nya.

Masalah tidak terstruktur adalah masalah yang unik, kompleks, dan tidak ada precedent yang jelas. Misalnya, bagaimana perusahaan harus merespons krisis reputasi di media sosial? Setiap kasus bisa sangat berbeda dan butuh pendekatan khusus.

Masalah Rutin vs Insidentil:

Masalah rutin adalah masalah yang sering terjadi dan sudah ada handling mechanism-nya. Masalah insidentil adalah masalah yang jarang terjadi atau bahkan baru pertama kali muncul, sehingga butuh kreativitas dan fleksibilitas dalam penyelesaiannya.

3. Situasi dan Kondisi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam suatu keadaan yang saling berkaitan dan secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita dan apa yang hendak kita perbuat.

Faktor-faktor ini bisa dibedakan menjadi faktor konstan atau yang relatif stabil dan faktor tidak konstan artinya faktor yang dinamis dan dapat berubah-ubah.

Kondisi, di sisi lain, lebih fokus pada faktor-faktor yang menentukan daya gerak, daya berbuat, atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor ini merupakan sumber daya yang kita miliki atau bisa kita akses mulai dari dana, tenaga kerja, teknologi, waktu, dan sebagainya.

4.  Tujuan yang Ingin Dicapai

Tujuan baik tujuan personal, unit, organisasi, atau usaha sangat menentukan arah pengambilan keputusan. Dalam konteks pengambilan keputusan, tujuan yang dimaksud biasanya adalah tujuan objective yang spesifik dan terukur.

Clarity of purpose ini penting banget karena akan menjadi filter dalam mengevaluasi alternatif. Tanpa tujuan yang jelas, kamu akan kesulitan menentukan opsi mana yang terbaik.

5. Keadaan Internal dan Eksternal Organisasi

Untuk keputusan dalam konteks organisasi atau bisnis, keadaan internal sangat berpengaruh. Ini mencakup dana yang tersedia, kualitas sumber daya manusia, kemampuan karyawan, kelengkapan peralatan, dan struktur organisasi yang ada.

Keadaan eksternal juga tidak kalah penting kondisi ekonomi makro, dinamika sosial-politik, regulasi hukum yang berlaku, serta faktor budaya yang mempengaruhi penerimaan terhadap keputusan tertentu.

6. Ketersediaan Informasi

Information is power dalam pengambilan keputusan. Kualitas dan kuantitas informasi yang tersedia akan sangat mempengaruhi kualitas keputusan yang diambil.

Di era digital ini, tantangannya bukan lagi kurangnya informasi, tapi justru information overload atau bisa dibilang terlalu banyak informasi sampai susah menentukan mana yang relevan dan kredibel.

7. Kepribadian dan Kecakapan Pengambil Keputusan

Dan yang terakhir, faktor personal dari si pengambil keputusan sendiri sangat berpengaruh. Ini mencakup sistem penilaian yang dimiliki, kebutuhan personal, keterampilan, kapasitas, dan bahkan aspek emosional seperti tingkat stres atau mood saat mengambil keputusan.

Dua orang yang menghadapi masalah yang sama bisa mengambil keputusan yang berbeda karena perbedaan kepribadian dan kecakapan ini. Dan hal itu adalah tidak ada yang namanya one size fits all dalam decision making.

Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

Sekarang kita masuk ke bagian yang super praktis yaitu berbagai jenis pengambilan keputusan yang mungkin kamu hadapi. Pemahaman akan  jenis-jenisnya akan membantu kamu memilih pendekatan yang paling tepat untuk setiap situasi.

1. Berdasarkan Program atau Regularitas

Keputusan Terprogram (Terstruktur):

Ini adalah keputusan yang sifatnya rutin, berulang-ulang, dan cara menanganinya sudah ditentukan. Untuk menangani keputusan terprogram, organisasi biasanya sudah punya tiga hal yakni prosedur, aturan dan kebijakan.

Contohnya Seorang manajer pembelian menerima permintaan dari bagian akuntansi untuk 100 lemari arsip. Ini masalah rutin terstruktur.

Sudah ada prosedur pengadaan untuk memenuhi permintaan tersebut. Ada aturan bahwa jika nilai pembelian di atas Rp 100 juta diperlukan tender. Dan ada kebijakan tentang kriteria pemilihan vendor yang tidak cuma soal harga, tapi juga kualitas pelayanan.

Keputusan Tidak Terprogram (Tidak Terstruktur):

Kebalikan dari yang terprogram, ini adalah keputusan yang tidak rutin dan sifatnya unik sehingga memerlukan pemecahan khusus. Artinya dalam pengambilannya tidak ada template atau SOP yang bisa langsung dipakai.

Contoh klasik strategi pemasaran untuk produk yang benar-benar baru. IBM pernah mengalami ini di awal tahun 1980-an ketika pertama kali memasarkan personal komputer yang murah.

Saat itu meskipun perusahaan IBM sudah sangat berpengalaman memasarkan komputer mahal untuk korporat. Tapi dalam memasarkan produk baru tersebut mereka harus benar-benar mendesain ulang pendekatan marketingnya.

2. Berdasarkan Tingkat Kepentingan (Hierarki Manajemen)

Keputusan Strategis (Manajemen Puncak):

Ini adalah keputusan yang berkaitan dengan perencanaan strategis jangka panjang organisasi. Contohnya merger dan akuisisi, ekspansi ke pasar baru, perubahan model bisnis, atau investasi besar dalam teknologi baru.

Keputusan strategis berdampak luas dan jangka panjang, biasanya melibatkan alokasi sumber daya yang sangat signifikan, dan sangat menentukan arah masa depan organisasi.

Keputusan Administratif/Taktis (Manajemen Menengah):

Keputusan ini fokus pada kontrol dan pengawasan, lebih banyak terkait masalah administrasi dan pengelolaan sumber daya. Contohnya alokasi budget antar departemen, sistem evaluasi kinerja, atau program pelatihan karyawan.

Keputusan taktis menjembatani antara strategi besar organisasi dengan operasional harian. Tugasnya adalah menterjemahkan visi strategis menjadi action plan yang konkret.

Keputusan Operasional (Manajemen Operasional):

Ini adalah keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasi sehari-hari. Contohnya penentuan jadwal produksi, pembagian shift kerja, pemesanan bahan baku bulanan, atau handling komplen customer.

Meskipun terkesan sepele, keputusan operasional ini sangat penting karena akumulasi dari keputusan-keputusan operasional yang baik akan menentukan efisiensi dan efektivitas organisasi secara keseluruhan.

3. Berdasarkan Tipe Persoalan dan Jangka Waktu

Keputusan Internal Jangka Pendek:

Keputusan yang berkaitan dengan kegiatan rutin/operasional seperti pembelian bahan baku atau penentuan jadwal produksi. Dampaknya terbatas pada internal organisasi dan time frame-nya pendek.

Keputusan Internal Jangka Panjang:

Keputusan yang berkaitan dengan permasalahan organisasional yang lebih fundamental seperti perombakan struktur organisasi atau perubahan sistem departemen. Dampaknya internal tapi bersifat jangka panjang.

Keputusan Eksternal Jangka Pendek:

Keputusan yang berdampak pada relasi dengan pihak eksternal dalam waktu relatif pendek. Contohnya pencarian subkontraktor untuk permintaan khusus atau kampanye promosi musiman.

Keputusan Eksternal Jangka Panjang:

Keputusan yang berkaitan dengan lingkungan eksternal dan berdampak jangka panjang. Misalanya merger dengan perusahaan lain, pembentukan joint venture, atau ekspansi internasional. Keputusan ini bersifat strategis dan akan membentuk landscape bisnis untuk tahun-tahun mendatang.

4. Berdasarkan Lingkungan Keputusan

Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Pasti (Certainty):

Ini adalah kondisi ideal di mana setiap alternatif yang kamu pilih hanya memiliki satu konsekuensi yang pasti. Kamu didukung oleh informasi yang lengkap sehingga bisa meramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan.

Dalam kondisi ini, kamu secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Biasanya keputusan-keputusan rutin masuk kategori ini karena kejadian tertentu di masa depan dijamin terjadi.

Teknik penyelesaian untuk kondisi pasti biasanya menggunakan model-model deterministik seperti program linear, model transportasi, model penugasan, model inventori, model antrian, atau model network.

Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Risiko (Risk):

Ini adalah kondisi yang lebih umum. Setiap alternatif mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil, tapi kamu bisa memperkirakan probabilitas atau peluang dari setiap kemungkinan tersebut.

Risiko terjadi karena hasil pengambilan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun nilai probabilitasnya diketahui. Ada informasi atau data yang mendukung berupa nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.

Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas seperti model keputusan probabilistik, model inventori probabilistik, atau model antrian probabilistik. Dalam dunia investasi, ini adalah daily bread and butter artinya kamu tahu ada risiko, tapi bisa kalkulasi seberapa besar risikonya.

Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Tidak Pasti (Uncertainty):

Ini adalah kondisi paling menantang. Kamu tidak tahu sama sekali jumlah kondisi yang mungkin timbul serta kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut. Kamu tidak bisa menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau hasil.

Hal yang akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi sebelumnya. Tingkat ketidakpastian ini bisa dikurangi dengan mencari informasi lebih banyak, melakukan riset atau penelitian, atau menggunakan probabilitas subjektif.

Teknik pemecahannya menggunakan beberapa metode seperti maximin (pesimistik), maximax (optimistik), metode Laplace (equally likely), minimax regret (meminimalkan penyesalan), atau metode realisme (kombinasi optimis-pesimis), yang biasanya dibantu dengan payoff table.

Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Konflik:

Ini adalah situasi di mana kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi persaingan. Kamu tidak  cuma menghadapi uncertainty dari alam atau pasar, tapi juga harus dealing dengan kompetitor yang juga rational dan berusaha memenangkan persaingan.

Dalam kondisi ini, pengambil keputusan bertindak seperti pemain dalam suatu permainan. Keputusan yang kamu ambil harus mempertimbangkan bagaimana kompetitor akan bereaksi terhadap keputusanmu, dan sebaliknya.

Teknik pemecahannya dapat menggunakan game theory yaitu teori permainan yang menganalisis situasi strategis di mana hasil untuk setiap partisipan bergantung pada aksi partisipan lainnya. Ini banyak dipakai dalam strategi bisnis, negosiasi, bahkan politik.

Menerapkan Pemahaman Ini dalam Kehidupan Nyata

Setelah memahami berbagai dasar, faktor, dan jenis pengambilan keputusan, pertanyaan besarnya adalah how do you apply this knowledge?

Start with Self-Awareness:

Kenali preferensi dan kecenderunganmu dalam mengambil keputusan. Apakah kamu lebih sering pakai intuisi? Atau lebih nyaman dengan data dan fakta?

Tenang tidak ada yang salah dengan kedua pendekatan, tapi knowing your natural tendency akan membantumu mengidentifikasi kapan kamu perlu menggunakan pendekatan yang berbeda.

Match the Approach to the Situation:

Untuk keputusan rutin dengan risiko rendah, pendekatan yang lebih simple seperti intuisi atau experience-based bisa jadi lebih efisien. Tapi untuk keputusan strategis dengan dampak besar, kamu perlu approach yang lebih comprehensive dengan analisis mendalam.

Build Your Decision-Making Toolkit:

Biasakan dirimu dengan berbagai teknik dan metode pengambilan keputusan. Tidak perlu jadi expert kok di semua teknik, tapi setidaknya tahu kapan teknik tertentu lebih applicable untuk situasi tertentu.

Learn from Every Decision:

Baik atau buruk hasilnya, setiap keputusan adalah learning opportunity. Dokumentasikan proses pengambilan keputusanmu, review hasilnya, dan identifikasi apa yang bisa diperbaiki untuk keputusan berikutnya.

Embrace Complexity:

Dalam dunia nyata, jarang ada keputusan yang purely masuk dalam satu kategori saja. Seringkali kamu menghadapi situasi hybrid misalnya sebagian pasti, sebagian risiko, sebagian uncertain. Jadi Don't oversimplify, acknowledge the complexity dan deal with it accordingly.

Memahami dasar-dasar pengambilan keputusan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta berbagai jenis keputusan yang ada memberikan kamu framework yang solid untuk menjadi decision maker yang lebih baik.

Setiap keputusan yang kamu ambil, baik kecil maupun besar, adalah kesempatan untuk mengasah skill ini. Jangan takut untuk bereksperimen dengan berbagai pendekatan, jangan terlalu keras pada diri sendiri ketika membuat kesalahan, dan most importantly, keep learning and improving.

Pengambilan keputusan adalah seni sekaligus sains. Ada rumus dan metode yang bisa dipelajari, tapi ada juga aspek intuisi, kreativitas, dan wisdom yang berkembang seiring waktu. Kombinasi keduanya akan membuatmu menjadi decision maker yang tangguh dan efektif.

Posting Komentar