Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, sangat penting bagi kita untuk dapat memahami perilaku manusia kusunya di tempat kerja. Pemahaman semacam ini sangat krusial, karena hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana organisasi akan beroperasi dengan efektif.
Contohnya saja kasus yang umum terjadi pada organisasi
seperti ada tim yang sebenarnya memiliki potensi menjadi tim yang hebat, namun
sayangnya tim tersebut justru malah berakhir menjadi tim yang gagal dan tidak
efektif.
Dan disisi lain justru ada tim yang sebenarnya dapat
dianggap biasa-biasa saja justru dapat mengeluarkan output kinerja yang sangat memuaskan.
Lalu mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Salah satu jawaban dari pertanyaan tersebut dapat di jawab
dengan perilaku organisasi, mengapa demikian? Hal ini karena organisasi yang mampu
memahami perilaku organisasi dengan baik cenderung dapat mengatur sumber daya
manusianya dengan lebih efektif.
Artinya organisasi yang memiliki pemahaman yang mendalam
mengenai perilaku organisasi akan membantu dalam menciptakan ekosistem yang
sehat dan berorientasi pada perkembangan serta pertumbuhan setiap unit dalam
organisasi.
Oleh karena itu kini pemahaman mengenai organization behavior
atau perilaku organisasi telah menjadi salah satu faktor kunci dalam
pengelolaan sumber daya manusia yang efisien dan efektif.
Nah, pada artikel kali ini kita akan kita akan membahas
konsep dari perilaku organisasi mulai dari ruang lingkupnya, tujuan, hingga
hubungan antara sikap dan kinerja dalam organisasi.
Definisi Organization Behavior (Perilaku Organisasi)
Pertama mari kita bahas apa itu perilaku organisasi? organization
behavior (OB) atau perilaku organisasi merupakan studi tentang bagaimana
individu, kelompok, dan struktur memengaruhi perilaku dalam organisasi, tujuannya
menerapkan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
Perilaku organisasi berfokus pada mempelajari perilaku
manusia dalam pengaturan organisasi, maksudnya yaitu interaksi antara manusia
dengan organisasi itu sendiri, dan organisasi sebagai sebuah entitas mandiri.
Pemahaman mengenai OB sering menjadi bantuan besar bagai
para manajer dalam memahami, memprediksi, dan mengendalikan perilaku karyawan
sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan mencapai tujuan organisasi secara
efektif.
Ruang Lingkup Organization Behavior
Nah untuk ruang lingkup mengenai perilaku organisasi sendiri
sebenarnya sangat luas dan mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan. Maka
dari itu mari kita fokuskan saja ke beberapa komponen inti dari studi perilaku
organisasi :
1. Perilaku Individu
Pertama perilaku individu, perilaku ini mencakup aspek-aspek
seperti kepribadian, persepsi, sikap, motivasi, pembelajaran, dan pengambilan
keputusan. Pemahaman mengenai perilaku ini sangat penting karena setiap
karyawan memiliki karakteristik unik yang memengaruhi cara bagaimana mereka
bekerja dan berinteraksi dengan orang lain dalam organisasi.
2. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok berfokus pada bagaimana individu
berinteraksi dalam kelompok mulai dari pembentukan tim, komunikasi antar
anggota, hingga pengambilan keputusan kelompok. Memahami dinamika kelompok akan
membantu kita dalam membentuk dan mengelola tim yang efektif.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi meliputi desain organisasi, budaya
organisasi, kebijakan dan prosedur, serta sistem manajemen. Sebuah struktur
yang tepat dapat memfasilitasi koordinasi dan memastikan efisiensi dalam
mencapai tujuan organisasi dengan efektif.
4. Proses Organisasi
Keempat proses organisasi dapat mencakup komunikasi,
pengambilan keputusan, manajemen perubahan, dan manajemen konflik di tingkat
organisasi. Proses-proses ini memastikan bahwa organisasi berjalan dengan
lancar dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis.
5. Lingkungan Eksternal
Tujuan Organization Behavior
Seperti yang telah kita singgung diatas dapat dikatakan
bahwa tujuan utama dari mempelajari dan menerapkan konsep perilaku organisasi
adalah untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Namun ada berapa tujuan
spesifik dari mempelajari dan menerapkan konsep perilaku organisasi.
1. Produktivitas Karyawan
Pertama meningkatkan produktivitas karyawan, produktivitas
adalah ukuran efisiensi dan efektivitas suatu organisasi. Melalui pemahaman
perilaku organisasi kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendorong
karyawan untuk bekerja lebih efisien sehingga menghasilkan output lebih tinggi.
Hal tersebut dapat dicapai melalui desain pekerjaan yang
tepat, memberikan pelatihan yang memadai, dan memastikan karyawan memiliki
sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik.
2. Absenteeism (Ketidakhadiran)
Absenteeism mengacu pada kegagalan karyawan untuk hadir di
tempat kerja ketika dijadwalkan. Tingkat ketidakhadiran yang tinggi dapat
mengganggu operasi organisasi dan menurunkan produktivitas.
Pemahaman mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakhadiran, seperti stres kerja, ketidakpuasan, atau masalah kesehatan,
dapat membantu organisasi mengembangkan strategi untuk mengurangi absenteeism
dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.
3. Turnover (Pergantian Karyawan)
Turnover merujuk pada tingkat di mana karyawan meninggalkan
organisasi dan perlu digantikan. Pergantian karyawan yang tinggi tentu akan sangat
merugikan organisasi, hal ini karena biaya rekrutmen, seleksi, dan pelatihan
karyawan baru sangat tinggi.
Dengan kita memahami faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi
keputusan karyawan untuk tetap atau meninggalkan organisasi, akan membantu kita
untuk mengembangkan strategi retensi yang efektif.
4. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Menciptakan lingkungan kerja yang mendorong Organizational
Citixenship Behavior, OCB adalah perilaku diskresioner yang tidak secara
langsung diakui oleh sistem penghargaan formal organisasi, namun secara
kolektif meningkatkan fungsi organisasi.
Contohnya termasuk membantu rekan kerja, menjadi sukarelawan
untuk tugas tambahan, dan mempromosikan citra positif organisasi. Mendorong OCB
dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan mendukung.
5. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang dihasilkan dari evaluasi terhadap karakteristiknya. Karyawan
yang puas cenderung lebih produktif, memiliki tingkat absensi dan turnover yang
lebih rendah, dan menunjukkan lebih banyak OCB.
Dengan pemahaman yang mendalam mengenai faktor-faktor yang
berkontribusi pada kepuasan kerja memungkinkan kita untuk dapat menciptakan
lingkungan kerja yang lebih memuaskan.
6. Counterproductive Workplace Behavior (CWB)
CWB adalah perilaku yang sengaja merugikan organisasi atau
anggotanya, seperti pencurian, sabotase, pelecehan, atau penundaan pekerjaan.
Memahami penyebab CWB dan mengembangkan strategi untuk mencegahnya sangat
penting untuk menjaga kesehatan organisasi dan kesejahteraan karyawan.
Faktor yang Mempengaruhi dan Manfaat Organization
Behavior
Pada praktiknya perilaku organisasi dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor, baik itu internal maupun eksternal. Faktor-faktor ini
terbilang cukup kompleks dalam mempengaruhi bagaimana perilaku organisasi.
Faktor internal meliputi kepemimpinan, budaya organisasi,
struktur, sistem penghargaan, dan kebijakan manajemen sumber daya manusia.
Pemimpin yang efektif menginspirasi dan memotivasi karyawan,
sementara budaya organisasi yang positif menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung produktivitas dan inovasi.
Sementara itu yang termasuk ke dalam Faktor eksternal
perilaku organisasi antara lain seperti kondisi ekonomi, perubahan teknologi,
globalisasi, dan perubahan sosial-budaya.
Maka dari itu organisasi yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan eksternal lebih mungkin untuk bertahan dan berkembang
dalam jangka panjang.
Dengan pemahaman mengenai bagaimana faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
perilaku karyawan akan memungkinkan buat kita untuk mengantisipasi tantangan
dan mengembangkan strategi yang efektif.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip perilaku organisasi kita
dapat memperoleh manfaat yang signifikan. Misalnya organisasi jadi bisa
meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui desain pekerjaan yang lebih
baik dan sistem manajemen kinerja yang efektif.
Selain itu, pemahaman tentang perilaku organisasi akan
sangat membantu kita dalam mengelola perubahan organisasi dengan meminimalkan
resistensi dan memaksimalkan penerimaan.
Di samping itu penerapan prinsip perilaku organisasi juga
dapat meningkatkan kepuasan dan retensi karyawan melalui penciptaan lingkungan
kerja yang lebih memuaskan dan mendukung. Ini mengarah pada peningkatan
loyalitas karyawan sehingga dapat mengurangi turnover.
Pada akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa sebuah organisasi
yang mampu menerapkan prinsip-prinsip perilaku organisasi secara efektif dapat
mencapai keunggulan kompetitif melalui sumber daya manusia mereka.
Nah, berikutnya mari kita bahas hubungan antara sikap dalam
diri karyawan dengan perilaku mereka, dimana hal ini merupakan contoh konkrit bagaimana
sebuah sikap dapat mempengaruhi tindakan karyawan, hal tersebut sangat
berhubungan erat dengan perilaku organisasi.
Hubungan antara Attitudes dan Job Performance
Sikap seorang karyawan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja kerja mereka. Berikut ini adalah beberapa komponen sikap utama yang
memengaruhi kinerja:
1. Job Satisfaction (Kepuasan Kerja)
Kepuasan kerja adalah evaluasi positif seseorang terhadap
pekerjaannya berdasarkan persepsi dan pengalaman mereka. Karyawan yang puas
cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik dan mempunyai rasa kepemilikan organisasi
yang lebih tinggi.
Faktor-faktor yang berkontribusi pada kepuasan kerja
termasuk gaji yang kompetitif, peluang untuk kemajuan, pengakuan atas prestasi,
kondisi kerja yang baik, dan hubungan yang positif dengan rekan kerja dan
atasan.
2. Job Involvement (Keterlibatan Kerja)
Keterlibatan kerja merujuk pada sejauh mana seseorang
mengidentifikasi diri secara psikologis dengan pekerjaannya. Karyawan dengan
keterlibatan tinggi menganggap pekerjaan mereka sebagai bagian penting dari diri
mereka dan sangat peduli tentang jenis pekerjaan yang mereka lakukan.
Mereka cenderung lebih termotivasi, berkomitmen, dan
menunjukkan tingkat kinerja yang lebih tinggi. Organisasi dapat meningkatkan
keterlibatan kerja dengan memberikan pekerjaan yang bermakna, otonomi dalam
pengambilan keputusan, dan umpan balik yang konstruktif.
3. Organizational Commitment (Komitmen Organisasi)
Selain kepuasan dan keterlibatan kerja komponen utama
lainnya adalah komitmen organisasi, hal ini melibatkan penerimaan tujuan dan
nilai organisasi, kemauan untuk mengerahkan upaya yang signifikan atas nama
organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.
Karyawan yang memiliki komitmen organisasi kuat cenderung menunjukkan tingkat kehadiran
yang lebih tinggi dan kinerja yang lebih baik. Organisasi dapat membangun
komitmen dengan memberikan dukungan kepada karyawan, melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan, dan menciptakan budaya yang selaras dengan nilai-nilai
karyawan.
4. Employee Engagement (Keterlibatan Karyawan)
Berbeda dengan keterlibatan kerja, keterlibatan karyawan mengacu
tingkat antusiasme, dedikasi, dan koneksi karyawan dengan organisasi mereka dan
peran mereka di dalamnya. Karyawan yang secara emosional terhubung dengan organisasi
akan sangat termotivasi untuk berkontribusi pada keberhasilan organisasi
Tingkat keterlibatan karyawan memiliki korelasi yang sangat
erat dengan peningkatan produktivitas, profitabilitas, dan kepuasan pelanggan,
serta pengurangan turnover.
Maka organisasi dapat meningkatkan keterlibatan karyawan
dengan memberikan pekerjaan yang bermakna dan mengakui kontribusi mereka serta
memastikan bahwa karyawan memahami bagaimana pekerjaan mereka berkontribusi
pada tujuan organisasi yang lebih besar.
Attitudes and Consistency
Konsistensi antara sikap dan perilaku adalah aspek penting
dalam memahami perilaku organisasi. Hal ini
karena ketika terjadi inkonsistensi, umumnya orang akan mengalami
ketidaknyamanan psikologis yang disebut disonansi kognitif, sehingga memotivasi
mereka untuk mencari keselarasan.
Nah dalam konteks organisasi, karyawan cenderung berusaha
untuk menjaga konsistensi antara sikap mereka terhadap pekerjaan dan perilaku
kerja mereka. Misalnya, seorang karyawan yang percaya bahwa organisasi mereka
menghargai kerja keras kemungkinan akan bekerja dengan tekun untuk mencapai
tujuan organisasi.
Namun sebaliknya, jika mereka menemukan bahwa upaya mereka lakukan
tidak diakui atau dihargai, mereka mungkin mengalami disonansi kognitif dan
menyesuaikan sikap atau perilaku mereka untuk mengurangi ketidaknyamanan
tersebut.
Maka dari itu kita harus mampu konsistensi sikap mengingat implikasinya terhadap manajemen. Dengan
memahami implikasinya terhadap manajemen akan membantu kita menciptakan
perilaku yang diharapkan. Nah, beberapa implikasinya adalah :
Pertama, kita harus memastikan untuk memberikan sinyal yang
konsisten kepada karyawan tentang apa yang dihargai dan diharapkan.
Kedua, perubahan sikap sering mendahului perubahan perilaku,
sehingga upaya untuk mengubah perilaku karyawan mungkin lebih efektif jika
dimulai dengan fokus pada mengubah sikap.
Ketiga, sikap yang terbentuk melalui pengalaman langsung
lebih mungkin untuk memprediksi perilaku dari pada sikap yang terbentuk melalui
informasi tidak langsung.
Attitude Measurement
Lalu bagaimana sih cara mengukur sikap karyawan secara
akurat? Mengingat peranya yang sentral dalam menentukan perilaku karyawan ke
depannya. Jadi ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur sikap
terebut diantaranya :
1. Survei Sikap Karyawan
Survei sikap adalah alat yang paling umum digunakan untuk
mengukur sikap karyawan. Survei ini umumnya terdiri dari serangkaian pernyataan
atau pertanyaan yang dirancang untuk mengukur sikap karyawan terhadap berbagai
aspek pekerjaan dan organisasi mereka.
Pada praktiknya karyawan akan diminta untuk menunjukkan
tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan mereka dengan pernyataan tersebut. Melalui survei kita dapat memperolah data
kuantitatif yang dapat dianalisis untuk mengidentifikasi tren dan area yang
memerlukan perhatian.
2. Wawancara
Wawancara tatap muka dengan karyawan dapat memberikan
wawasan yang mendalam tentang sikap mereka. Berbeda dengan survei wawancara memungkinkan
untuk mengeksplorasi lebih dalam alasan di balik sikap tertentu dan dapat
mengungkapkan nuansa yang mungkin tidak tertangkap oleh survei. Namun,
wawancara memakan waktu dan mungkin tidak praktis untuk organisasi besar.
3. Fokus Grup
Fokus grup melibatkan diskusi terstruktur dengan sekelompok
kecil karyawan, dipimpin oleh seorang fasilitator. Metode ini dapat
mengungkapkan sikap kolektif dan dinamika sosial yang memengaruhi sikap. Fokus
grup juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana sikap terbentuk dan
disebarkan dalam organisasi.
4. Pengamatan Perilaku
Pengamatan perilaku karyawan dapat memberikan indikasi tidak
langsung tentang sikap mereka. Misalnya, tingkat ketidakhadiran yang tinggi
atau konflik interpersonal yang sering terjadi mungkin menunjukkan sikap
negatif terhadap pekerjaan atau organisasi. Pengamatan perilaku dapat melengkapi
metode pengukuran sikap lainnya.
5. Teknik Proyektif
Kelima teknik proyektif yakni proses pengukuran yang melibatkan
presentasi stimulus tidak terstruktur atau ambigu kepada karyawan dan meminta
mereka untuk merespons. Nah respons mereka dapat dianggap mencerminkan sikap
dan perasaan mereka yang mendasar.
Contohnya termasuk melengkapi kalimat, menafsirkan gambar,
atau menciptakan cerita. Teknik proyektif dapat berguna untuk mengungkapkan
sikap yang mungkin tidak ingin diungkapkan karyawan secara langsung.
Implementasi Organization Behavior dalam Praktik Bisnis
Modern
Seperti yang sudah kita bahas bersama bahwa perilaku organisasi
merupakan suatu hal yang kompleks maka dari itu penerapan prinsip-prinsip perilaku organisasi
dalam praktik bisnis modern memerlukan pendekatan yang holistik dan strategis. Berikut
adalah beberapa strateginya :
1. Pengembangan Budaya Organisasi yang Positif
Mengapa? Karena budaya organisasi yang positif dapat
mendorong komunikasi terbuka, kolaborasi, inovasi, dan rasa memiliki di antara
karyawan. Hal ini bisa dimulai dari kepemimpinan yang memodelkan nilai-nilai
dan perilaku yang diinginkan.
Organisasi dapat mengembangkan budaya positif melalui
penetapan nilai-nilai yang jelas, pengakuan dan penghargaan perilaku yang
selaras dengan nilai-nilai tersebut, dan menciptakan kesempatan untuk interaksi
dan kolaborasi antar karyawan.
2. Program Pengembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif sangat penting untuk implementasi
perilaku organisasi yang sukses. Program pengembangan kepemimpinan harus fokus
pada membangun keterampilan interpersonal, komunikasi, motivasi, dan
pemberdayaan. Pemimpin harus dilatih untuk memahami dinamika kelompok,
mengelola konflik, dan memfasilitasi perubahan organisasi.
3. Sistem Manajemen Kinerja yang Komprehensif
Sistem manajemen kinerja yang efektif tidak hanya berfokus
pada evaluasi kinerja, tetapi juga pada pemberian umpan balik yang konstruktif,
pengaturan tujuan yang jelas, dan pengakuan prestasi. Sistem ini harus
dirancang untuk menyelaraskan tujuan individu dengan tujuan organisasi dan
mendorong pengembangan karyawan.
Masa Depan Organization Behavior
Sebagai penutup bagaimana sih perilaku organisasi di masa
depan akan berkembang mengingat seiring dengan perubahan lanskap bisnis global,
perilaku organisasi tentu akan terus
berkembang. Nah ada beberapa tren yang kemungkinan akan membentuk masa depan OB
yaitu
1. Dampak Teknologi dan Digitalisasi
Kemajuan teknologi dan digitalisasi mengubah cara organisasi
beroperasi dan bagaimana karyawan berinteraksi. Contohnya tren WFH dan otomatisasi
telah menciptakan tantangan dan peluang baru untuk mengelola perilaku
organisasi. Maka memahami bagaimana teknologi memengaruhi dinamika perilaku organisasi
akan menjadi semakin penting.
2. Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi
Dengan cepatnya globalisasi kekuatan kerja menjadi semakin
beragam, memahami dan mengelola keragaman menjadi komponen penting dari
perilaku organisasi. Organisasi perlu mengembangkan praktik yang mendorong
inklusi dan memastikan bahwa semua karyawan merasa dihargai dan dapat
berkontribusi secara optimal.
3. Kesejahteraan Karyawan dan Keseimbangan Kehidupan
Kerja
Meningkatnya fokus pada kesejahteraan karyawan dan
keseimbangan kehidupan kerja mencerminkan pergeseran dalam prioritas organisasi
dan ekspektasi karyawan. Praktik perilaku organisasi perlu beradaptasi untuk
mendukung kesejahteraan holistik karyawan, termasuk kesehatan fisik, mental,
dan emosional.
Posting Komentar