Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa ada orang yang bisa membangun bisnis dari nol hingga jadi besar, sementara yang lain justru malah stuck di tempat yang sama bertahun-tahun?
Atau kenapa sih bisa ada beberapa startup bisa yang bisa
tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat serta menarik banyak investor, tapi
disisi lain juga banyak yang gulung tikar di tahun pertama?
Nah jawaban dari pertanyaan itu bukan cuma soal modal atau
ide bisnis yang brilliant. Kunci sesungguhnya terletak pada kepemimpinan dan
motivasi yang kuat.
Tanpa kemampuan memimpin, baik memimpin diri sendiri maupun tim seorang wirausahawan akan kesulitan membawa bisnisnya ke level berikutnya.
Pada
artikel ini akan menyelami bagaimana sih kepemimpinan dan motivasi menjadi
fondasi utama kesuksesan berwirausaha.
Memahami Esensi Kepemimpinan dalam Konteks Wirausaha
Sebelum kita melangkah lebih jauh, penting untuk memahami
apa sebenarnya kepemimpinan itu, terutama dalam konteks kewirausahaan.
Siapa Itu Pemimpin?
Pemimpin secara sederhana dapat diartikan sebagai individu
yang memiliki kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dalam dunia wirausaha, pemimpin bukan cuma bos yang memberi
perintah, tapi seseorang yang mampu menginspirasi tim, mitra, bahkan pelanggan
untuk percaya pada visi yang dia bawa.
Seorang wirausahawan yang juga pemimpin efektif akan
menunjukkan sikap dan perilaku yang memotivasi individu maupun kelompok untuk
mencapai tujuan bisnis melalui kesatuan pemahaman dan kerja sama.
Contohnya Steve Jobs yang berhasil membuat timnya percaya
bahwa mereka sedang "membuat sejarah" dengan setiap produk Apple,
atau Jack Ma yang menginspirasi ribuan karyawan Alibaba untuk terus berinovasi
meski menghadapi kompetisi global yang ketat.
Empat Pilar Pemimpin yang Efektif
Seorang pemimpin yang baik, dan sangat relevan bagi
wirausahawan, setidaknya harus memenuhi empat kriteria krusial
1. Pengaruh
Seorang wirausahawan yang berperan sebagai pemimpin memiliki
orang-orang yang mendukungnya, dan turut membesarkan nama serta brand yang dia
bangun.
Pengaruh ini bukan didapat dari jabatan, tapi dari
kepercayaan dan respek yang dia peroleh melalui track record dan integritasnya.
2. Kekuasaan atau Power
Ini bukan soal otoritas formal, tapi tentang power yang
membuat orang lain menghargai keberadaannya. Dalam startup misalnya, pendiri
yang punya power adalah yang idenya dihargai, pendapatnya didengar, dan
keputusannya dipercaya oleh tim dan investor.
3. Wewenang
Ini adalah hak yang dimiliki wirausahawan untuk menetapkan
keputusan strategis, mau itu pivot atau tetap pada model bisnis yang ada, mau
ekspansi atau konsolidasi dulu, dan keputusan-keputusan krusial lainnya yang
menentukan arah bisnis.
4. Pengikut
Seorang wirausahawan mungkin bisa punya ide brilliant dan
modal besar, tapi kalau gak ada tim yang percaya dan mau mengikuti visinya,
bisnis itu akan sulit berkembang. Pengikut di sini bisa berupa co-founder,
karyawan, investor, bahkan customer loyal yang jadi brand advocate.
Selain keempat pilar itu, pemimpin wirausaha yang efektif
juga harus memiliki pengetahuan yang luas, bertanggung jawab, dapat dipercaya,
tertib dan teratur dalam mengelola bisnis, bisa mengatur waktu dengan baik,
serta mampu memberi contoh nyata kepada timnya.
Kepemimpinan: Seni Mempengaruhi Tanpa Memaksa
Kepemimpinan pada dasarnya adalah kekuasaan untuk
mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan
sesuatu.
Tapi yang perlu digarisbawahi terutama dalam konteks
wirausaha, bahwa pengaruh ini dilakukan tanpa paksaan.
Dua hal penting yang perlu dipahami tentang kepemimpinan pertama,
kepemimpinan sangat berkaitan erat dengan kemampuan mempengaruhi. Kedua,
kepemimpinan adalah tentang bagaimana mempengaruhi orang lain secara sukarela,
bukan dengan ancaman atau intimidasi.
Perspektif Para Ahli tentang Kepemimpinan
Banyak ahli manajemen mendefinisikan kepemimpinan dari
berbagai sudut pandang. Contohnya Koontz & O'Donnell melihatnya sebagai
proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
Nah dalam konteks perusahaan startup atau usaha rintisan,
ini berarti membuat tim willing to go the extra mile karena mereka percaya pada
misi perusahaan.
Wexley & Yuki mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga dalam
tugasnya atau mengubah tingkah laku mereka.
Bagi wirausahawan, ini tentang bagaimana mengubah mindset
tim dari "nine-to-five employee" menjadi "passionate team
member" yang peduli dengan pertumbuhan bisnis.
George R. Terry sendiri menyebutnya sebagai kegiatan
mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
Sementara Soelistya menekankan bahwa kepemimpinan juga
merupakan gaya atau seni yang diterapkan dalam mempengaruhi anggota untuk
mencapai tujuan organisasi.
Sudut Pandang Relasional dalam Kepemimpinan
Ada juga ahli yang melihat kepemimpinan dari perspektif
relational. Seperti Fiedler yang mengatakan kepemimpinan pada dasarnya
merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan
pengaruhnya terhadap kelompok agar bekerja bersama mencapai tujuan.
John Pfiffner menekankan pada kemampuan mengkoordinasikan
dan memotivasi orang-orang dan kelompok. Bagi wirausahawan, kemampuan
koordinasi ini sangat krusial bagaimana mengelola tim yang semakin besar,
departemen yang semakin banyak, dan operasional yang semakin kompleks.
Davis mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan mengajak
orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat. Ini
yang sering disebut sebagai "infectious enthusiasm" atau antusiasme
yang menular dari pemimpin ke seluruh tim.
Ott melihat kepemimpinan sebagai proses hubungan antar
pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan
terutama perilaku orang lain.
Sedangkan Locke et al. mendefinisikannya sebagai proses
membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama.
Tiga Implikasi Penting dalam Kepemimpinan Wirausaha
Dari berbagai definisi di atas, ada tiga implikasi penting
yang perlu dipahami oleh setiap wirausahawan yang ingin menjadi pemimpin
efektif.
1. Kepemimpinan Menyangkut Orang Lain
Implikasi pertama adalah bahwa kepemimpinan selalu
menyangkut orang lain baik itu bawahan, partner, atau pengikut. Kesediaan
mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin adalah yang membuat proses
kepemimpinan bisa berjalan.
Dalam konteks startup, misalnya, co-founder dan early
employees adalah orang-orang yang rela bekerja keras dengan kompensasi di bawah
market rate karena mereka percaya pada visimu.
Tanpa orang-orang ini, semua kualitas kepemimpinanmu jadi
tidak relevan. Kamu bisa saja jadi visionary, strategic, dan brilliant, tapi
kalau gak ada yang mau mengikuti, visi itu hanya akan jadi mimpi.
2. Pembagian Kekuasaan yang Tidak Seimbang
Implikasi kedua adalah tentang pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang antara pemimpin dan anggota kelompok. Sebagai founder atau CEO,
kamu punya wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan tim, mengalokasikan sumber
daya, dan membuat keputusan strategis.
Namun, tim tidak bisa mengarahkan kegiatanmu secara langsung,
meskipun mereka bisa memberikan feedback atau influence secara tidak langsung
melalui performa mereka, ide-ide yang mereka sampaikan, atau bahkan dengan
memilih resign kalau gak setuju dengan arahmu.
Dalam praktik wirausaha modern yang lebih flat dan
collaborative, gap ini memang semakin menyempit. Tapi tetap saja, ultimate
responsibility dan decision-making power ada di tangan pemimpin.
3. Kemampuan Mempengaruhi Cara Kerja
Implikasi ketiga adalah bahwa pemimpin tidak hanya bisa
memerintah apa yang harus dilakukan, tapi juga mempengaruhi bagaimana hal itu
dilaksanakan. Ini yang membedakan pemimpin transaksional dengan
transformasional.
Wirausahawan yang efektif bukan cuma assign task ke tim,
tapi juga melatih mereka tentang cara terbaik menyelesaikannya, memberikan
context yang lebih luas, dan memberdayakan mereka untuk menemukan solusi
kreatif.
Melalui penerapan hal tersebut akan menciptakan kultur
ownership dan innovation yang sangat penting untuk pertumbuhan bisnis.
Ruang Lingkup Kepemimpinan dalam Ekosistem Bisnis
Kalau dirincikan, ruang lingkup kepemimpinan meliputi empat
area penting yang sangat relevan bagi wirausahawan.
- Pertama, kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh, bahwa semua hubungan dapat melibatkan pemimpin. Dalam ekosistem startup, ini berarti influence bukan hanya ke internal tim, tapi juga ke investor, mitra bisnis, supplier, bahkan media dan publik.
- Kedua, kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi. Kejelasan dan keakuratan komunikasi sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikut. Miscommunication adalah salah satu penyebab utama kegagalan karena visi tidak tersampaikan dengan baik dan tim jadi bingung.
- Ketiga, kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang ingin dicapai. Wirausahawan yang efektif selalu jelas tentang tujuan mereka, apa yang mau dicapai dalam 6 bulan, 1 tahun, atau 5 tahun ke depan.
- Keempat, pemimpin yang efektif harus bisa menyeimbangkan antara berbagai tujuan baik itu individu, kelompok, dan organisasi. ini karena karyawan punya personal goals, tim punya departmental targets, dan perusahaan punya business objectives.
Enam Prinsip Kepemimpinan untuk Wirausahawan Sukses
Menurut Toman Sony Tambunan, ada beberapa prinsip
kepemimpinan yang sangat fundamental. Mari kita explore bagaimana
prinsip-prinsip ini dapat diaplikasikan ke dalam dunia kewirausahaan.
1. Melayani: Foundation of Servant Leadership
Prinsip pertama dan paling penting adalah melayani. Ini
mungkin terdengar counterintuitive. bukankah sebagai founder, kamu yang
seharusnya dilayani? Sayangnya ternyata tidak.
Pemimpin wirausaha yang efektif adalah servant leader
artinya mereka mengutamakan kebutuhan tim, customer, dan stakeholder di atas
kepentingan pribadi.
Northouse mengatakan bahwa kepemimpinan yang melayani adalah
pendekatan yang berfokus pada sudut pandang pemimpin dan perilakunya dalam
menunjukkan empati serta mengembangkan pengikut.
Pemimpin seperti ini mengutamakan, memberdayakan, dan
membantu dalam mengembangkan kapasitas pribadi secara penuh dari para
pengikutnya.
Larry C. Spears, mengacu pada pemikiran Greenleaf,
mengidentifikasi sepuluh karakteristik inti dari kepemimpinan yang melayani.
Mari kita bahas bagaimana karakteristik ini relevan bagi wirausahawan.
- Mendengarkan (Listening) adalah kemampuan fundamental. Wirausahawan sukses tidak hanya bicara tentang visi mereka, tapi juga mendengarkan feedback customer, ide dari tim, concern dari investor, dan sinyal dari market. Kemampuan mendengarkan ini yang membuat mereka bisa pivot dengan tepat atau double down pada strategi yang efektif.
- Empati berarti benar-benar memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Dalam konteks bisnis, ini tentang memahami pain point customer, frustrasi tim ketika menghadapi deadline , atau kekhawatiran investor tentang burn rate. Empati ini yang membuat keputusan bisnis lebih human-centric.
- Menyembuhkan (Healing) merujuk pada kepedulian terhadap kesehatan pribadi pengikut. Wirausahawan yang peduli dengan mental health dan work-life balance tim mereka akan memiliki retention rate yang lebih tinggi. Burnout adalah musuh utama produktivitas dan pemimpin yang baik aware akan hal ini.
- Penyadaran (Awareness), terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang melayani. Wirausahawan yang self-aware tahu kekuatan dan kelemahan mereka, sehingga bisa mendelegasi dengan tepat dan merekrut orang sesuai dengan skill mereka butuhkan.
- Persuasif (Persuasive) adalah tentang komunikasi yang jelas dan ulet yang meyakinkan orang lain untuk berubah. Dalam pitching ke investor, negosiasi dengan klien besar, atau meyakinkan top talent untuk join startup kamu, kemampuan persuasi ini sangat krusial.
- Konseptualitas (Conceptualization) adalah kemampuan berpandangan jauh ke depan dan memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan dan arah. Wirausahawan visioner bisa melihat 5-10 tahun ke depan, tidak hanya fokus pada target jangka pendek.
- Peramalan (Foresight) meliputi kemampuan mengetahui atau memprediksi masa depan. Dalam dunia bisnis yang dinamis, kemampuan mengantisipasi trends, predict market movement, dan prepare untuk berbagai skenario adalah competitive advantage.
- Tugas mengurus (Stewardship) artinya memiliki tanggung jawab untuk peran yang dipercayakan. Wirausahawan adalah steward dari modal investor, kepercayaan dari customer, dan karir dari karyawan mereka. Tanggung jawab ini tidak boleh dianggap enteng.
- Komitmen terhadap pembelajaran (Commitment to the growth of people) sangat penting. Wirausahawan yang berinvestasi dalam training dan development tim mereka akan memiliki kapabilitas organisasi yang kuat untuk scale.
- Membangun komunitas (Building community) bukan hanya tentang internal team bonding, tapi juga membangun ekosistem komunitas konsumen, network dengan fellow entrepreneurs, dan kolaborasi dengan berbagai partner.
2. Membuat Keputusan: Core Competency Wirausahawan
Pembuatan keputusan adalah tugas paling utama seorang
pemimpin wirausaha. Setiap hari, wirausahawan dihadapkan pada puluhan keputusan
dari yang kecil seperti menyetujui desain logo sampai yang besar seperti memutuskan
mau raise funding atau bootstrap.
Membuat keputusan merupakan fungsi dasar dari berpikir, di mana proses penggunaan pikiran mengarahkan pada tindakan untuk menetapkan pilihan.
Dalam konteks startup yang serba cepat, kemampuan membuat keputusan
yang cepat dan tepat (bahkan dengan informasi yang incomplete) adalah skill
yang sangat valuable.
Nah kabar baiknya untuk mempermudah kamu memahami hal ini
berikut adalah lima langkah proses pengambilan keputusan yang baik.
- Pertama, mengidentifikasi masalah dan peluang. Wirausahawan yang jeli bisa melihat problem sebagai peluang, komplain konsumen bisa jadi insight untuk product improvement, sementara competitor move bisa jadi trigger untuk inovasi.
- Kedua, pengumpulan dan analisis data yang relevan. Di era data-driven decision making, wirausahawan perlu menyeimbangkan antara intuisi dengan data analytics. Terlalu terpaku pada data bisa bikin paralysis by analysis, tapi menolak data juga bukan keputusan yang tepat.
- Ketiga, pengembangan dan evaluasi alternatif. Jangan pernah berasumsi bahwa hanya ada satu solusi. Brainstorm berbagai opsi, evaluasi masing-masing, dan pertimbangkan juga second-order effects dari setiap pilihan.
- Keempat, pemilihan alternatif terbaik. Ini saatnya commit ke satu pilihan. Gunakan framework seperti cost-benefit analysis, expected value calculation, atau simple prioritization matrix untuk membantu.
- Kelima, implementasi keputusan dan evaluasi hasil. Keputusan yang baik harus diikuti dengan eksekusi yang konsisten. Dan yang gak kalah penting, adalah evaluate hasilnya kalau ternyata keputusan itu salah maka harus berani pivot.
3. Keteladanan: Walk the Talk
Pemimpin yang menunjukkan pengaruh baik dan memberikan nilai
positif akan mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam dunia startup, culture is set from the top. Jadi kalau
founder selalu datang telat, jangan berakseptasi tim untuk disiplin. Kalau
founder saja tidak on time, jangan kaget kalau culture deadline di perusahaan
jadi longgar.
Keteladanan seorang pemimpin wirausaha ditunjukkan melalui
sikap dalam memberikan inspirasi, membimbing, dan memotivasi.
Contoh nyata Elon Musk yang tidur di pabrik Tesla saat
production hell, atau Jack Dorsey yang konsisten dengan morning routine-nya
meski memimpin dua perusahaan besar Twitter dan Square Merekalah yang langsung
memberikan contoh.
Pemimpin wirausaha juga harus memiliki kemampuan luas,
kreatif, visioner, bekerja secara jujur dan ikhlas, serta memiliki perhatian
dan kepedulian. Integritas adalah mata uang dalam bisnis sekali kamu kehilangan
kepercayaan, sangat sulit untuk mendapatkannya kembali.
4. Bertanggung Jawab: Ultimate Accountability
Menjadi pemimpin wirausaha adalah tanggung jawab besar. Ini
bukan cuma amanah dari investor yang sudah invest uang mereka, tapi juga dari
karyawan yang percayakan karir mereka, konsumen yang percayakan kebutuhan
mereka, dan keluarga yang mendukung perjalanan bisnis kamu.
Tanggung jawab seorang pemimpin wirausaha terdiri dari dua
tahap.
Pertama, bertanggung jawab menyelesaikan tugas dan mencapai
target yang sudah ditetapkan baik itu revenue target, user growth, atau product
launch timeline.
Kedua, mempertanggungjawabkan kepada stakeholder mengenai
hasil yang telah dicapai. Ini termasuk laporan transparan ke investor, komunikasi
jujur ke tim tentang kondisi perusahaan, dan akuntabel kepada konsumen tentang
kualitas produk.
Yang menantang dalam dunia wirausaha adalah bahwa tanggung
jawabnya seringkali melewati jam kerja. Sebagai founder, kamu akan siaga on-call
24/7. Tapi justru di situlah letak komitmen dan dedikasi yang membedakan
wirausahawan sukses dengan yang medioker.
5. Bekerja Sama: Power of Collaboration
Pemimpin wirausaha yang efektif mampu menciptakan budaya
kerja sama tim yang baik, melakukan komunikasi efektif, dan menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif.
Dalam ekosistem startup yang modern, kolaborasi bukan cuma
internal tapi juga eksternal. partnership dengan perusahaan lain, kolaborasi
dengan komunitas, dan co-creation dengan konsumen.
West menetapkan tiga indikator kerja sama tim yang efektif,
antara lain sebagai berikut :
Pertama, tanggung jawab bersama menyelesaikan pekerjaan.
Dalam startup, mentalitas "that's not my job" harus dihilangkan. Semua
orang dalam organisasi harus mau berkeinginan melakukan apa pun untuk membantu
organisasi sukses.
Kedua, saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran.
Dalam sesi brainstorming atau strategic planning, semua suara haruslah
didengar. Diversity of thought akan menghasilkan solusi yang lebih robust.
Ketiga, pengarahan kemampuan secara maksimal. Setiap orang
punya kekuatan unik masing-masing. Pemimpin yang baik harus bisa mengoptimalkan
kontribusi setiap anggota tim yang sesuai dengan kekuatan mereka masing-masing.
Dengan kerja sama yang baik, pekerjaan diselesaikan tepat
waktu, tujuan tercapai dengan lebih efisien, dan moral tim tetap tinggi.
Melalui kolaborasi juga dapat meredam single point of failure, jadi kalau satu
orang gak bisa, ada yang lain yang bisa backup.
6. Menciptakan Perubahan: Innovation Mindset
Pemimpin wirausaha harus mampu membuat terobosan-terobosan
baru untuk mencapai pembaharuan fundamental baik di tubuh organisasi, produk,
maupun dalam mengembangkan orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin yang inovatif dan kreatif akan menghindari pola
kerja yang monoton dan rutinitas yang tidak memberikan arah perkembangan. Dalam
dunia startup, status quo adalah musuh. Kalau kamu gak berinovasi secara
konsisten, kompetitor akan menyalip.
Dengan kreativitas, pemimpin wirausaha juga akan berani
menciptakan peluang-peluang dan menghadapi tantangan besar. Mereka gak takut
bereksperimen dengan bisnis model baru, explore market baru, atau adopsi
teknologi cutting-edge meski ada risiko.
Inovasi bukan hanya tentang produk atau teknologi, tapi juga
tentang proses inovasi, bisnis model inovasi, dan organizational innovation.
Wirausahawan yang bisa berinovasi di berbagai dimensi akan memiliki sustainable
competitive advantage.
Motivasi: Fuel yang Menggerakkan Perjalanan Wirausaha
Setelah membahas tentang kepemimpinan, sekarang kita masuk
ke komponen yang gak kalah penting yaitu motivasi. Karena sejujurnya,
kepemimpinan tanpa motivasi yang kuat akan sulit dalam jangka panjang.
Memahami Esensi Motivasi
Malayu SP. Hasibuan mengatakan motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya bekerja dengan
giat dan mencapai hasil yang optimal.
Dalam konteks wirausaha, motivasi adalah yang membuat
seseorang willing to take the leap, meninggalkan zona nyaman dan bekerja dengan
sangat keras untuk mewujudkan visinya.
Pengertian ini menunjukkan bahwa motivasi bisa menggerakkan
perilaku manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya goal yang
ingin dicapai, seseorang jadi termotivasi, terdorong, dan bergerak untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
Wexley dan Yukl mengatakan motivasi mendesak seseorang untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Sutarto Wijono menambahkan
bahwa motivasi adalah apa yang menggerakkan, mengakibatkan munculnya, memberi
arah, dan menginterpretasikan perilaku seseorang.
Sementara itu Edy Sutrisno mendefinisikan motivasi sebagai
cara mendorong gairah kerja agar orang mau memberikan semua kemampuan dan
keterampilan untuk mewujudkan tujuan.
Dia juga menambahkan bahwa motivasi adalah kerelaan berusaha
seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha
memuaskan beberapa kebutuhan individu.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kuat
lemahnya upaya seseorang untuk mencapai tujuan itu menggambarkan tinggi
rendahnya motivasi orang tersebut.
Motivasi Berwirausaha: The Driving Force
Berdasarkan pengertian motivasi di atas, motivasi
berwirausaha adalah dorongan seseorang untuk berwirausaha sehingga dari
kegiatan berwirausaha itu ada sesuatu yang ingin dicapai, di mana hal itu
merupakan tujuannya.
Yang menarik adalah bahwa motivasi berwirausaha itu sangat
personal dan bervariasi antar individu. Ada yang termotivasi karena finansial,
ada yang karena keinginan membuat impact sosial, ada yang karena passion
terhadap produk atau industry tertentu, dan ada yang simpel karena gak suka
bekerja untuk orang lain.
Jadi understanding your "why" dalam berwirausaha
sangat penting karena ini yang akan membuat kamu bertahan saat menghadapi
masa-masa sulit.
setiap wirausahawan pasti akan menghadapi ups and downs,
penolakan dari investor, kehilangan karyawan kunci, produk yang gagal di
market, atau kompetitor yang agresif.
Nah pada saat-saat seperti itulah sebuah motivasi intrinsik
yang kuat akan membuatmu untuk keep you going.
14 Motif Kuat yang Mendorong Seseorang Berwirausaha
Mari kita explore berbagai motif yang bisa memotivasi
seseorang untuk terjun ke dunia wirausaha. Menariknya, motif-motif ini juga
closely related dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang sudah kita bahas
sebelumnya.
1. Memperoleh Penghasilan yang Lebih Baik
Salah satu motif paling fundamental adalah keinginan
memperoleh penghasilan atau laba yang lebih besar daripada bekerja sebagai
karyawan. Banyak orang yang merasa bahwa potensi penghasilan mereka di-cap
ketika jadi karyawan ada salary range, ada ceiling tertentu.
Dengan berwirausaha, secara teknik income yang didapat bisa
menjadi unlimited. Kamu bisa mendapatkan sesuai dengan value yang kamu ciptakan
dan scale yang kamu capai.
Success story seperti Mark Zuckerberg yang jadi billionaire
di usia 20-an, atau Brian Chesky yang membawa Airbnb dari ide sederhana jadi
unicorn, menunjukkan potensi financial upside dari wirausaha.
Namun perlu diingat, motivasi financial ini harus seimbang dengan
value creation. Wirausahawan yang hanya mengejar uang tanpa create genuine
value untuk konsumen biasanya gak sustainable. Yang terbaik adalah ketika
financial gain menjadi byproduct dari solving real problems.
2. Memperoleh Kebebasan dalam Bekerja
Motif kedua adalah freedom dan fleksibilitas. Berwirausaha
itu berbeda dengan bekerja di kantor yang terikat jam kerja 9 to 5, harus izin
kalau mau ambil cuti, atau harus laporan ke atasan untuk setiap keputusan
kecil.
Sebagai wirausahawan, kamu punya kebebasan menentukan kapan
mau kerja, di mana mau kerja, dan bagaimana cara kerja. Kamu bisa work from a
beach in Bali, atau bekerja saat malah hari kalau memang kamu lebih produktif
di malam hari. Kamu bisa membuat jadwalmu sendiri.
Tapi freedom ini juga datang dengan tanggung jawab. Justru
banyak wirausahawan yang kerja lebih panjang dan lebih keras dibanding karyawan
karena mereka fully accountable untuk hasil bisnisnya. Freedom bukan berarti
kerja seenak hati, tapi lebih ke fleksibilitas dalam organizing your work.
3. Kemandirian: Be Your Own Boss
Motif ketiga adalah keinginan untuk mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Ada kepuasan tersendiri ketika kamu bisa menggapai
kehidupanmu sendiri, membuat keputusan sendiri dan gak perlu nunggu persetujuan
dari boss.
Kemandirian ini juga mencakup financial independence. Banyak
wirausahawan yang termotivasi untuk membangun kekayaan sendiri sehingga gak
perlu depend on monthly paycheck atau worried about job security. Mereka ingin
be the master of their own destiny.
Dalam konteks kepemimpinan, kemandirian ini sangat terkait dengan
prinsip bertanggung jawab. Ketika kamu mandiri, semua keputusan dan
konsekuensinya adalah tanggung jawabmu. Gak ada yang bisa disalahkan selain
diri sendiri.
4. Memperoleh Laba dan Pertumbuhan Bisnis
Setiap orang yang berwirausaha tentu ingin memperoleh laba
atau keuntungan. Dengan laba yang diperoleh, ada dorongan dalam dirinya untuk
menjadi lebih maju dan scale up usahanya.
Laba itu bukan hanya sekedar angka di laporan keuangan, tapi
juga validasi bahwa produk atau jasa yang kamu tawarkan memang dibutuhkan
market. Profit adalah signal bahwa kamu menciptakan nilai dan konsumen willing
to pay for it.
Dan yang menarik, profit ini bisa di-reinvest untuk
pertumbuhan, bisa dengan hire more people, expand ke market baru, develop
produk baru, atau improve infrastructure.
5. Mewujudkan Impian Personal
Banyak orang berwirausaha karena mereka punya impian
personal atau cita-cita yang ingin dicapai. Impian ini bisa berupa ingin jadi
industry leader, ingin membuat produk yang mengubah dunia, atau bisa juga
sesimpel ingin membuktikan bahwa mereka bisa sukses .
Impian personal ini powerful banget sebagai motivator karena
sifatnya sangat personal dan emotional. Ketika kamu driven by dreams, kamu
willing to sacrifice banyak hal dan overcome berbagai obstacle.
Dalam konteks kepemimpinan, impian personal seorang founder
harus bisa translated menjadi shared vision yang menginspirasi seluruh tim.
Ketika impian pribadimu resonates dengan impian orang lain, di situlah magic
happens dan semua orang jadi berjalan to the same direction.
6. Menciptakan Lapangan Kerja
Motif keenam adalah keinginan untuk berkontribusi secara
sosial dengan menciptakan lapangan kerja. Banyak wirausahawan yang bangga
ketika bisnis mereka berkembang dan bisa mempekerjakan banyak orang.
Hal ini sangat terkait dengan prinsip kepemimpinan yang
melayani. Wirausahawan yang motivated by job creation biasanya sangat peduli tentang
kesejahteraan karyawannya, bukan cuma memperlakukan mereka sepeti sumber daya.
Mereka sadar bahwa di balik setiap karyawan ada keluarga yang bergantung pada
income tersebut.
Di Indonesia, dengan tingkat pengangguran yang masih cukup
tinggi, wirausahawan yang bisa create jobs adalah hero sejati. Mereka gak hanya
enrich diri sendiri tapi juga memberikan peluang bagi orang lain untuk earn
decent living.
7. Mengatasi Pengangguran
Terkait dengan poin sebelumnya, banyak orang memilih
berwirausaha karena mereka ingin mengatasi pengangguran dimulai dari diri
sendiri. Ketika lapangan kerja terbatas dan kompetisi untuk mendapat pekerjaan
sangat ketat, berwirausaha menjadi alternatif yang viable.
Dengan berwirausaha, seseorang tidak hanya menyelesaikan
masalah unemployment untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain ketika
bisnisnya scale up. Ini adalah solusi bottom-up untuk masalah struktural di
level makro ekonomi.
Dalam konteks kepemimpinan, wirausahawan yang born from
necessity baik itu karena terpaksa atau gak dapat kerja harus bisa transform
mindset mereka dari survival mode menjadi growth mode. Mereka harus develop
kepemimpinan yang visioner, bukan hanya fokus bertahan hidup hari ini.
8. Pemanfaatan Sumber Daya yang Tersedia
Kewirausahaan bisa merupakan proses pemanfaatan sumber daya
yang tersedia baik itu sumber daya alam, skill yang dimiliki, network yang ada,
atau bahkan waktu luang yang bisa dioptimalkan.
Orang dengan mentalitas wirausahawan akan melihat peluang di
mana orang lain melihat batasan. Mereka bisa spot underutilized resources dan
figuring out cara untuk monetize atau create value dari sumber daya tersebut tersebut.
Contohnya, seseorang yang tinggal di daerah penghasil kopi
melihat peluang untuk membuat sepesial coffee brand. Atau seseorang dengan
background programming memanfaatkan skillnya untuk build SaaS product. Atau bahkan
seorang ibu rumah tangga yang punya resep turun-temurun dan memutuskan untuk
mengkomersialkanya.
Dalam kepemimpinan, kemampuan untuk resource optimization
ini sangat penting, terutama untuk bootstrapped startup yang harus bekerja
dengan sumber daya yang terbatas. Creative problem solving dan resourcefulness
adalah traits yang sangat valuable.
9. Adanya Modal
Modal terutama modal finansial adalah enabler penting untuk
berwirausaha. Orang yang memiliki cukup modal uang akan termotivasi untuk
berwirausaha karena mereka punya makna untuk merealisasikan ide mereka.
Namun perlu dicatat, modal bukan hanya uang. Ada juga social
capital seperti network dan connections, human capital seperti knowledge dan
skills, dan reputational capital seperti track record dan credibility.
Wirausahawan yang sukses biasanya bisa leverage berbagai jenis modal ini.
Di era modern, opsi pendanaan juga semakin diverse, ada
bootstrapping, angel investors, venture capital, crowdfunding, dan bahkan
government grants. Jadi lack of money bukan lagi excuse untuk tidak memulai
bisnis.
Dalam konteks kepemimpinan, kemampuan untuk secure funding
dan manage capital efficiently adalah skill yang krusial. Wirausahawan harus
bisa pitch dengan convincing, build trust dengan investor, dan demonstrate
stewardship yang bertanggungjawab terhadap modal yang dipercayakan.
10. Karena Kreatif dan Inovatif
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar untuk mencari peluang menuju sukses. Banyak orang berwirausaha
karena mereka naturally creative dan innovative artinya mereka suka experiment,
create something new, dan challenge status quo.
Orang-orang dengan creative mindset sering kali merasa
suffocated di corporate environment yang rigid dan bureaucratic. Mereka butuh
freedom untuk explore ideas dan implement innovation dengan cepat. Wirausaha
memberikan ruang untuk itu.
Kreativitas dan inovasi ini closely aligned dengan prinsip
kepemimpinan "menciptakan perubahan". Pemimpin wirausaha yang kreatif
akan constantly push boundaries, explore new possibilities, dan nggak puas
dengan mediocrity.
11. Memiliki Mentalitas Wirausahawan
Ada orang yang lahir dengan atau develop mentalitas
wirausahawan artinya mereka punya traits seperti visi bisnis yang jelas,
kreatif dan inovatif, berani mengambil risiko yang terkalkulasi, persistent
dalam menghadapi kegagalan, dan optimis tentang masa depan.
Mental wirausahawan ini bukan sesuatu yang fixed. Bisa
dikembangkan melalui exposure, learning, dan pengalaman. Banyak successful
entrepreneur yang awalnya gak punya background bisnis tapi mereka develop
entrepreneurial mindset through trial and error.
Dalam kepemimpinan, mentalitas wirausahawan ini manifests
dalam bentuk sikap yang proaktif, solution-oriented thinking, dan bias for
action. Mereka gak menunggu kondisi sempurna akan tetapi mulai dengan apa yang
ada dan iterate along the way.
12. Karena Ingin Berbuat Kebaikan dan Berbuat Sosial
Banyak orang berwirausaha karena ingin membuat impact sosial
yang positif. Mereka driven bukan hanya by profit motive tapi juga tujuan, keinginan
untuk menyelesaikan sosial problem, membantu underserved communities, atau
contribute to sustainability.
Ini adalah era social entrepreneurship di mana business and
social impact bukan mutually exclusive. Contohnya TOMS Shoes dengan model
"one for one", atau Gojek yang memberikan livelihood untuk jutaan
driver.
Motif sosial ini sangat aligned dengan prinsip kepemimpinan
yang melayani. Wirausahawan dengan social consciousness akan build business
yang gak hanya enrich shareholders tapi juga create value untuk all
stakeholders seperti employees, customers, communities, dan environment.
13. Karena Ada Peluang Usaha
Menurut Z. Heflin Frinces, wirausahawan adalah orang yang
selalu bekerja keras dan kreatif untuk mencari peluang bisnis, mendayagunakan
peluang yang diperoleh, dan merekayasa penciptaan alternatif sebagai peluang
bisnis baru dengan faktor keunggulan.
Banyak orang termotivasi berwirausaha ketika mereka melihat
peluang di market gap yang belum terisi, membutuhkan yang belum terpenuhi, atau
trend yang emerging. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan capitalize on
opportunities adalah hallmark dari successful entrepreneur.
Dalam konteks kepemimpinan, opportunity recognition ini
related dengan karakteristik foresight kemampuan untuk see what's coming dan
position the company accordingly. Pemimpin yang visioner bisa mengantisipasi market
shifts dan mempersiapkan organization.
14. Adanya Keberanian
Motif terakhir tapi sangat fundamental adalah keberanian.
Banyak orang sebenarnya punya ide bagus, punya skill, bahkan punya modal, tapi
gak pernah memulai karena takut gagal, takut rugi, atau takut dengan penilaian dari
orang lain.
Keberanian untuk take the leap, untuk meninggalkan
perkerjaan yang aman, untuk invest savings, atau untuk menghadapi
ketidakpastian adalah yang membedakan wannabe entrepreneur dengan entrepreneur
sesungguhnya. Courage is not absence of fear, but action despite fear.
Dalam kepemimpinan, keberanian ini manifests dalam bentuk
decisive action, willingness to make tough calls, dan resilience dalam
menghadapi adversity. Pemimpin yang berani akan menginspirasi kepercayaan diri dalam
tim dan stakeholders.
Menghubungkan Kepemimpinan dan Motivasi dalam Perjalanan Wirausaha
Setelah membahas panjang lebar tentang kepemimpinan dan
motivasi, sekarang mari kita hubungkan the dots dan bagaimana keduanya saling
related dan reinforcing dalam perjalanan wirausaha.
Motivasi sebagai Starting Point
Motivasi adalah what gets you started. Apa pun motif yang
mendorong kamu berwirausaha entah itu
financial gain, freedom, social impact, atau creative expression itu adalah
spark yang ignite the entrepreneurial journey.
Tanpa motivasi yang kuat, seseorang gak akan berani ambil
risiko meninggalkan zona nyaman. Motivasi adalah bahan bakar yang memberikan
energy untuk overcome inertia dan start moving.
Kepemimpinan sebagai Sustainability Factor
Sementara motivasi menjadi langkah awal, kepemimpinan itu
tentang what keeps you going dan takes you further. Setelah starting phase,
wirausahawan akan menghadapi berbagai challenges dari managing team, dealing
dengan investor, navigating competition, sampai scaling operations.
Di sinilah kepemimpinan menjadi skill yang krusial. Tanpa skill
kepemimpinan yang solid, bisnis akan struggle untuk grow beyond one-man show.
Kemampuan mempengaruhi orang lain, membuat keputusan
strategis, menjadi teladan, bertanggung jawab, membangun kolaborasi, dan drive
innovation semua prinsip kepemimpinan ini yang akan determine apakah bisnis
kamu sustain dan scale atau stuck dan eventually fail.
Feedback Loop Positif
Yang menarik adalah ada positive feedback loop antara
kepemimpinan dan motivasi. Ketika kamu develop leadership skills dan mulai see
results tim yang solid, traction yang bagus, recognition dari market ini akan
boost motivasi kamu untuk push even harder.
Sebaliknya, motivasi yang kuat akan drive kamu untuk
continuously improve leadership capabilities. Kamu akan seek learning
opportunities, find mentors, dan invest in personal development karena kamu
deeply committed untuk succeed.
From Solo Entrepreneur to Team Leader
Di early stage, wirausahawan often working solo atau dengan
very small team. Di fase ini, motivasi personal sangat dominan kamu practically
doing everything sendiri dan self-motivation adalah kuncinya.
Tapi ketika bisnis scale up dan kamu mulai building team,
leadership becomes increasingly important. Kamu gak lagi bisa rely on personal
motivation alone kamu harus bisa motivate dan lead others. Di sinilah
transformasi dari entrepreneur menjadi leader terjadi.
Banyak wirausahawan yang struggle saat proses transisi ini.
Mereka luar biasa sebagai kontributor individual akan tetapi struggle sebagai
leader. Yang sukses adalah mereka yang sadar akan gap ini dan actively develop
leadership competencies.
Leading with Purpose
Yang paling powerful adalah ketika motivasi personal kamu berevolusi
menjadi shared purpose yang bigger than yourself. Ini adalah highest form dari
entrepreneurial leadership.
Contohnya, Nadiem Makarim yang awalnya termotivasi karena
rasa frustrasi pribadi dengan transportasi di Jakarta, kemudian perkembangan
itu menjadi vision untuk improve livelihood sejuta driver dan mentransformasi
urban transportation.
Atau contoh lainya William Tanuwijaya dari Tokopedia yang termotivasi
untuk democratize commerce dan empower millions of UMKM sellers.
Ketika purpose-mu resonates dengan aspirasi banyak orang,
kamu gak hanya jadi boss tapi jadi leader yang benar-benar menginspirasi. Intinya
“people will follow you not because they have to, but because they want to” karena
mereka percaya pada visi dan percaya pada leadership-mu.
Praktik Kepemimpinan dan Motivasi: Tips Actionable
Setelah semua pembahasan teoritis dan konseptual, mari kita
ground it dengan beberapa practical tips yang bisa langsung kamu aplikasikan.
Untuk Calon Wirausahawan
Kalau kamu sedang mempertimbangkan untuk start your
entrepreneurial journey, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah
mengklarifikasi motivasimu. Tanya pada diri sendiri kenapa saya ingin
berwirausaha? Apa yang truly drives me? Apakah motivasi saya cukup kuat untuk
sustain me through tough times?
Selanjutnya, mulai develop leadership skills dari sekarang, bahkan
sebelum benar-benar memulai bisnis. Ambil leadership roles di komunitas,
volunteer untuk lead projects, atau bahkan praktikan kepemimpinan dalam konteks
kehidupan personal.
Find mentors yang sudah pernah go through the
entrepreneurial journey, belajar dari kesuksesan dan kegagalan mereka. Good
mentorship bisa secara signifikan meningkatkan your learning curve.
Untuk Wirausahawan Early Stage
Kalau kamu sudah memulai tapi masih di awal stage, focus on
building strong foundation. Ini termasuk clarify your value proposition,
understand your market deeply, dan establish product-market fit.
Dari sisi leadership, mulai practice servant leadership
bahkan dengan tim kecil. Listen to your co-founders atau early employees,
empathize dengan challenges mereka, dan dukung pertumbuhan mereka. Culture yang
kamu set di early stage akan significantly impact long-term success.
Jangan takut untuk make decisions quickly, bahkan dengan
informasi yang tidak lengkap. Di dunia startup speed lebih penting dari
kesempurnaan. Yang penting adalah kita harus belajar dari setiap keputusan.
Untuk Wirausahawan yang Sedang Scaling
Kalau kamu ada di fase scaling, tantangan utamanya adalah
transition from doing to leading. Kamu gak bisa lagi melakukan semuanya sendiri
kamu harus delegate dan empower team.
Invest besar dalam developing your leadership team. Hire
people who are better than you di area spesifik dan give them autonomy. Role
kamu harus berubah yang tadinya seorang pelaksana menjadi strategic leader.
Build systems and processes yang memungkinkan bisnis untuk
tetap berjalan walau sedang tiadk ada kamu di dalamnya. Scalability requires
systematization. Document processes, create SOPs, dan build organizational
capabilities.
Jangan lupa untuk continuously renew your motivation.
Scaling is tough dan bisa very draining. Maka dari itu temukan cara untuk mengisi
tenaga kita sendiri. Whether through taking breaks, pursuing hobbies, atau
revisiting your original why.
Untuk Semua Wirausahawan
Apapun stage-mu, selalu prioritaskan untuk terus belajar.
Dunia bisnis constantly evolving. Stay curious, read widely, attend
conferences, dan surround yourself dengan people who challenge your thinking.
Jaga kesehatan fisik dan mental health kamu. Menjadi seorang
wirausahawan adalah marathon, bukan sprint. Burnout adalah real threat. Make
time untuk exercise, proper sleep, dan maintain relationships dengan loved
ones.
Build community dengan fellow entrepreneurs.
Entrepreneurship bisa lonely, maka dari memiliki support system sangat
valuable. Kamu bisa bergambung entrepreneur communities, attend meetups, atau bahkan
kamu bisa mulai mastermind groupmu sendiri.
Practice gratitude dan celebrate small wins. It's easy to
always focus on what's next dan apa yang belum tercapai. Tapi penting juga
untuk pause, appreciate how far you've come, dan acknowledge contributions dari
team dan supporters.
Terakhir, be authentic dalam leadership style kamu. Jangan
trying to be someone else atau follow template yang nggak align dengan
personality dan values kamu. Authentic leadership adalah yang paling
sustainable dan inspiring.
Kepemimpinan dan Motivasi sebagai Kunci Sukses
Setelah pembahasan panjang ini, satu hal yang jelas sukses
dalam berwirausaha bukan hanya soal ide brilliant atau modal besar. Kepemimpinan
yang efektif dan motivasi yang kuat adalah foundational elements yang
menentukan apakah perjalanan wirausaha kamu akan berhasil atau gagal.
Kepemimpinan memberikan kamu framework untuk mempengaruhi
orang lain, membuat keputusan strategis, menjadi role model, mengambil tanggung
jawab, membangun kolaborasi, dan drive innovation. Sementara motivasi
memberikan kamu energy, persistence, dan resilience untuk keep going despite
obstacles.
Yang indah adalah bahwa kepemimpinan dan motivasi bukan
fixed traits, keduanya bisa dikembangkan. Kamu gak harus terlahir sebagai
natural leader atau punya extraordinary motivation. Through deliberate
practice, continuous learning, dan real-world experience, siapapun bsa mengembangkan kapabilitas ini.
Dan terakhir ingat juga bahwa perjalanan wirausaha adalah
learning journey. Kamu akan membuat kegagalan, face failures, dan encounter
setbacks. Tapi justru di situlah growth happens. Setiap tantangan adalah peluang
untuk menguatkan your leadership dan deepen your motivation.




Posting Komentar