Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana sebuah keluhan yang viral di media sosial bisa berubah menjadi kebijakan pemerintah?
Misalnya banyak netizen yang mengeluh soal harga tiket
pesawat yang mahal, lalu pemerintah turun tangan dengan kebijakan batas atas
tiket. Atau ketika banyak orang protes soal kualitas udara Jakarta, kemudian
muncul kebijakan pembatasan kendaraan. Menarik, bukan?
Di balik setiap kebijakan publik yang kita lihat hari ini,
ada sebuah proses panjang didalamnya yang kita sebut sebagai perencanaan
kebijakan publik.
Proses ini dimulai dari sebuah isu kecil yang terjadi di
masyarakat, kemudian berkembang menjadi perdebatan publik, hingga akhirnya
masuk ke meja pemerintah untuk dijadikan agenda kebijakan resmi.
Tapi tunggu dulu, perlu di ingat yah tidak semua keluhan
atau masalah akan otomatis menjadi kebijakan loh! Ada beberapa tahapan-tahapan
tertentu yang harus dilalui sebelum menjadi kebijakan.
Tahapan-tahapan dalam proses ini begitu krusial karena
menentukan apakah sebuah kebijakan akan efektif memecahkan masalah atau justru
menambah masalah baru.
Penasaran bagaimana prosesnya? Yuk, kita kupas tuntas dari A
sampai Z tentang perencanaan dalam kebijakan publik.
Mengapa Perencanaan Kebijakan Itu Sangat Penting?
Sebelum masuk ke pembahasan inti, mari kita pahami dulu
kenapa perencanaan kebijakan publik ini begitu vital.
Sekarang bayangkan bahwa kamu mau membangun rumah. Apa yang akan
pertama kali kamu lakukan? Pasti buat desain dan rencana dulu, bukan?
Jika ingin membangun rumah kamu tidak mungkin tib-tiba
langsung beli bahan bangunan dan mulai nyemen tanpa tahu mau bikin rumah kayak
apa. Nah, hal ini sama halnya dengan
kebijakan publik.
Perencanaan kebijakan adalah proses menyiapkan keputusan
tentang apa yang diharapkan terjadi entah itu peristiwa, keadaan, atau suasana
tertentu. Perencanaan bukan soal mengira-ngira atau teori tanpa data. Semuanya
harus berbasis fakta dan informasi yang aktual dan konkret.
Tapi kenapa begitu penting sampai bahkan negara-negara maju
rela menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk merancang
sebuah kebijakan sebelum menerapkannya?
Hal itu sederhananya karena perencanaan dapat menentukan
keberhasilan suatu program, Mereka paham betul bahwa perencanaan yang matang
adalah setengah dari kesuksesan.
Memahami Isu Kebijakan Publik: Awal dari Segalanya
Setalah kita memahami mengapa perencanaan penting sekarang
kita mulai dari titik awal isu kebijakan publik. Apa sih sebenarnya yang
dimaksud dengan isu dalam konteks kebijakan?
Apa Itu Isu Kebijakan Publik?
Isu kebijakan publik adalah masalah publik yang saling
bertentangan dan menimbulkan kontroversi. Lebih sederhananya, isu muncul ketika
ada perbedaan pendapat di masyarakat tentang bagaimana melihat suatu masalah
dan bagaimana seharusnya masalah itu dipecahkan.
Menurut William Dunn seorang pakar analisis kebijakan, isu
kebijakan merupakan produk dari perdebatan baik tentang rumusan, penjelasan,
maupun penilaian atas masalah tertentu.
Jadi, intinya isu kebijakan tidak cuma soal ketidaksepakatan
tentang solusi yang akan diambil, tapi juga mencerminkan perbedaan pandangan
tentang hakikat masalahnya itu sendiri.
Contohnya? Ambil kasus kenaikan harga BBM. Ada yang bilang
ini masalah subsidi yang kebanyakan, ada yang bilang ini masalah daya beli
masyarakat, ada juga yang bilang ini soal ketergantungan pada energi fosil.
Nah, perbedaan persepsi inilah yang membuat masalah BBM menjadi isu kebijakan.
Kenapa Isu Kebijakan Bersifat Subjektif?
Yang menarik dari isu kebijakan adalah sifatnya yang subjektif.
Artinya, isu tersebut sangat dipengaruhi oleh persepsi masing-masing pihak. Apa
yang kamu anggap sebagai masalah serius, belum tentu dianggap serius oleh orang
lain.
Persepsi ini kemudian memengaruhi status peringkat dari
suatu isu. Berdasarkan peringkatnya, isu kebijakan dapat dibagi menjadi empat
kategori yaitu:
- Isu
Utama (Primary Issues): Isu yang dianggap paling krusial dan mendesak,
biasanya mendapat perhatian media massa dan publik secara luas.
- Isu
Sekunder (Secondary Issues): Isu yang penting tapi tidak sepenting isu
utama, biasanya menjadi perhatian kelompok tertentu.
- Isu
Fungsional (Functional Issues): Isu yang berkaitan dengan fungsi teknis
atau operasional pemerintahan.
- Isu
Minor: Isu yang dampaknya kecil dan hanya memengaruhi kelompok sangat
terbatas.
Semakin tinggi peringkat suatu isu, semakin strategis
posisinya secara politik, dan semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke
agenda pemerintah.
Mengapa Isu Kebijakan Perlu Dicermati?
Ada dua alasan utama kenapa kita perlu mencermati isu
kebijakan yakni:
Pertama, proses pembuatan kebijakan dalam sistem politik di
mana pun selalu berawal dari kesadaran akan suatu masalah atau isu tertentu.
Tanpa ada isu yang jelas, kebijakan tidak akan pernah terbentuk.
Kedua, derajat keterbukaan suatu sistem politik bisa diukur
dari bagaimana mekanisme mengalirnya isu menjadi agenda kebijakan. Sistem yang
demokratis akan memberikan ruang bagi berbagai isu dari masyarakat untuk
didengar dan diproses menjadi kebijakan.
Lalu Kapan Suatu Isu Layak Menjadi Agenda Kebijakan?
Tidak semua isu akan mendapat respons dari pembuat
kebijakan. Menurut para ahli ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu isu dijadikan agenda kebijakan publik antara lain :
Mencapai Titik Kritis: artinya isu tersebut sudah mencapai
level yang mengancam dan jika tidak segera diatasi akan menimbulkan krisis yang
lebih besar.
Dampak Dramatis: Isu telah mencapai tingkat tertentu yang
menimbulkan dampak nyata dan dramatis di masyarakat.
Menyentuh Emosi Publik: Isu tersebut menyangkut kepentingan
banyak orang dan mendapat liputan media massa yang luas.
Jangkauan Luas: Dampak dari isu tersebut dirasakan oleh
banyak pihak, tidak hanya kelompok tertentu.
Menyangkut Kekuasaan dan Legitimasi: Isu tersebut berkaitan
dengan pertanyaan tentang kewenangan dan keabsahan dalam masyarakat.
Fashionable: Isu tersebut sedang menjadi perhatian atau
trending di masyarakat pada waktu tertentu.
Agenda Kebijakan Publik: Dari Keluhan Menjadi Prioritas
Setelah memahami tentang apa itu isu kebijakan, sekarang
kita melangkah ke tahap berikutnya tentang agenda kebijakan publik.
Bagian ini sangat penting karena di sinilah isu-isu tersebut
akan disaring dan diprioritaskan oleh pemerintah
Apa Itu Agenda Kebijakan?
Agenda kebijakan dapat didefinisikan sebagai daftar
tuntutan-tuntutan yang membuat para pembuat kebijakan merasa terdorong untuk
mengambil tindakan tertentu. Sederhananya, agenda kebijakan adalah daftar
prioritas masalah yang akan ditangani pemerintah.
Menurut Anderson, agenda kebijakan merupakan tahapan awal
dalam proses kebijakan. Di tahap ini, pemerintah memilah-milah berbagai
permasalahan publik dan menentukan mana yang menjadi prioritas utama
berdasarkan dampak yang ditimbulkan.
Proses Agenda Setting: Dari Masalah Pribadi ke Agenda
Pemerintah
Nah, yang menarik adalah bagaimana sebuah masalah bisa
berevolusi dari urusan pribadi hingga menjadi agenda resmi pemerintah. Anderson
menjelaskan ada beberapa tahapan dalam proses ini:
1. Masalah Privat (Private Problems)
Ini adalah tahap paling awal. Masalah yang muncul di
masyarakat masih dianggap sebagai masalah pribadi atau individual yang
dampaknya terbatas hanya menyangkut satu atau sejumlah kecil orang yang
terlibat langsung.
Contoh: Pak Budi kesulitan membayar biaya sekolah anaknya
karena penghasilannya menurun.
2. Masalah Publik (Public Problems)
Ketika masalah yang sama dialami oleh banyak orang dan mulai melibatkan publik yang lebih luas, maka masalah pribadi tadi bertransformasi menjadi masalah publik.
Masalah publik memiliki akibat yang luas, termasuk
memengaruhi orang-orang yang tidak terlibat secara langsung.
Contoh: Ratusan orang tua kesulitan membayar biaya sekolah
anak-anak mereka karena krisis ekonomi.
3. Isu Politik (Political Issues)
Tahap ini adalah ketika masalah publik mulai menimbulkan
perdebatan dan konflik. Muncul perbedaan pendapat tentang bagaimana masalah
tersebut harus dipahami dan diselesaikan. Di sinilah masalah berubah menjadi
isu politik.
Contoh: Sebagian orang menuntut pemerintah memberikan
subsidi pendidikan, sementara yang lain berpendapat bahwa sekolah swasta
seharusnya menurunkan biaya operasional mereka.
4. Agenda Sistematis (Systematic Agenda)
Isu yang sudah matang dan memiliki pengaruh luas akan masuk
ke dalam agenda sistematis—yaitu daftar perhatian pemerintah terhadap
permasalahan dan isu publik yang berada dalam yuridiksi kewenangan mereka.
Isu yang bisa masuk ke tahap ini harus memiliki
karakteristik khusus seperti:
- Spesifisitas:
Jelas dan terukur
- Signifikansi
sosial: Penting bagi masyarakat luas
- Relevansi
temporal: Mendesak untuk ditangani saat ini
- Kompleksitas:
Memerlukan intervensi pemerintah
Contoh: Pemerintah memasukkan isu biaya pendidikan ke dalam
agenda pembahasan kebijakan pendidikan nasional.
Jenis-Jenis Agenda Kebijakan
Untuk jenis-jenis agenda kebijakan menurut Cobb dan Elder ,
ada dua jenis utama agenda yang perlu kita pahami:
1. Agenda Sistemis
Ini adalah semua isu yang dirasakan oleh anggota masyarakat
yang patut mendapat perhatian publik dan berada dalam kewenangan pemerintah.
Agenda sistemis sifatnya lebih luas dan umum.
Contohnya masalah kriminalitas, kemiskinan, kesehatan
masyarakat, pendidikan dan transportasi.
2. Agenda Institusional
Ini adalah serangkaian masalah yang secara spesifik
membutuhkan pertimbangan aktif dan serius dari pembuat keputusan yang sah.
Agenda institusional lebih spesifik dan konkret dibanding agenda sistemis.
Contohnya pencurian kendaraan bermotor, kemiskinan di
kawasan kumuh perkotaan, kesehatan ibu dan anak, kualitas pendidikan vokasi
hingga kemacetan di jalan protokol.
Perbedaan utamanya adalah agenda sistemis itu seperti
"daftar keinginan" yang luas, sementara agenda institusional adalah
"to-do list" yang sudah masuk ke meja kerja pemerintah.
Perumusan Masalah: Kunci Kebijakan yang Tepat Sasaran
Sampai di sini, kita sudah memahami bagaimana isu menjadi
agenda. Tapi tunggu dulu, masih ada satu tahap krusial lagi yaitu perumusan
masalah. Ini adalah aktivitas yang sangat menentukan dalam proses kebijakan
publik.
Kenapa penting? Karena kebijakan yang disusun dengan baik,
dilaksanakan secara efisien oleh lembaga yang kompeten, tidak akan berarti
apa-apa jika didasarkan pada masalah yang dirumuskan secara salah.
Ibarat kata gini, kamu punya obat yang super manjur tapi malah
salah diagnosis penyakitnya, ya akan percuma bukan?
Empat Tahap Perumusan Masalah
Nah, agar sebuah masalah kebijakan publik dirumuskan dengan
benar. Ada empat sub-metode yang harus dilalui antara lain :
1. Pengenalan Masalah → Situasi Masalah
Tahap pertama adalah mengenali bahwa ada sesuatu yang tidak
beres. Situasi problematik muncul ketika ada jarak atau gap antara keadaan yang
diinginkan dengan kenyataan yang ada.
Lalu bagaimana caranya? Bisa mulai dari membaca laporan
media massa, menganalisis hasil penelitian, mempelajari laporan dari
dinas-dinas pemerintah dan mendengar keluhan masyarakat
Contohnya data menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di
daerah X meningkat 15% dalam setahun terakhir, sementara target pemerintah
adalah mengurangi kemiskinan sebesar 10%.
2. Pencarian Masalah → Pemetaan Masalah
Setelah situasi masalah teridentifikasi, tahap berikutnya
adalah mencari akar masalahnya. Di sini, situasi masalah ditransformasi menjadi
pemetaan masalah yang lebih detail.
Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab munculnya masalah kemudian melihat keterkaitan masalah tersebut dengan
masalah lain dan memahami hubungan sebab-akibat secara komprehensif.
Contohnya Setelah dipetakan, ternyata peningkatan kemiskinan
di daerah X disebabkan oleh penutupan pabrik utama, kekeringan yang mengurangi
hasil panen, dan kurangnya akses ke pendidikan.
3. Pendefinisian Masalah → Masalah Substantif
Tahap ketiga adalah mendefinisikan masalah secara
substantif. Di sini, kita perlu mengkonseptualisasikan apa sebenarnya inti dari
masalah tersebut.
Pertanyaan kunci untuk mengidentifikasi masalah seperti apakah
ini masalah ekonomi, sosial, atau politik? Apakah ini masalah struktural atau
kultural? Dan siapa yang paling terdampak?
Misalnya masalah kemiskinan di daerah X didefinisikan
sebagai masalah struktural yang berakar pada kurangnya diversifikasi ekonomi
dan ketergantungan berlebihan pada satu sektor industri.
4. Spesifikasi Masalah → Masalah Formal
Tahap terakhir adalah mengspesifikasikan masalah menjadi
bentuk formal yang terukur dan dapat ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret.
Yang perlu dilakukan adalah membuat target yang spesifik dan
terukur, menentukan indikator keberhasilan dan menetapkan timeline yang jelas
Contohnya berdasarkan definisi masalah, pemerintah
merumuskan target formal: "Menciptakan 5.000 lapangan kerja baru dalam
sektor UMKM dalam waktu 12 bulan untuk mengurangi tingkat kemiskinan sebesar
8%."
Persyaratan Perumusan Masalah yang Baik
Nah, agar suatu perumusan masalah benar-benar efektif, ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
- Jelas dan Tidak Ambigu: Rumusan masalah harus dapat dipahami dengan mudah dan tidak menimbulkan interpretasi ganda.
- Up-to-Date: Produk analisis harus terbaru dan mencerminkan kondisi terkini.
- Valuable: Analisis harus bernilai dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
- Tidak Kontroversial: Proses analisis menggunakan teknik-teknik yang diakui dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
- Memiliki Daya Motivasi: Hasil analisis harus mendorong tindakan nyata.
- Berkesinambungan: Analisis harus mempertimbangkan dampak jangka panjang.
- Komprehensif: Analisis harus melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
Tantangan dalam Perencanaan Kebijakan Publik
Setelah memahami proses teoretisnya, sekarang mari kita
bicara tentang realita di lapangan. Perencanaan kebijakan publik di Indonesia
masih menghadapi berbagai tantangan diantaranya adalah :
1. Minimnya Partisipasi Masyarakat
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, banyak kebijakan
yang dibuat tanpa melibatkan masyarakat secara langsung. Padahal, masyarakatlah
yang paling tahu apa yang mereka butuhkan.
Dampaknya kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak sesuai
dengan kondisi riil dan sulit diimplementasikan.
Untuk mengatasinya pemerintah perlu membuka ruang dialog
yang lebih luas, mengadakan forum-forum publik, dan memanfaatkan teknologi
untuk menampung aspirasi masyarakat.
2. Bias Politik dan Kepentingan
Proses perumusan agenda sering kali dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu. Isu yang seharusnya prioritas bisa terpinggirkan
karena tidak menguntungkan secara politik.
Dampaknya kebijakan yang dihasilkan tidak benar-benar
memecahkan masalah masyarakat.
Solusinya perlu ada mekanisme check and balance yang kuat,
serta transparansi dalam proses pengambilan keputusan.
3. Kurangnya Data dan Riset
Banyak kebijakan dibuat berdasarkan asumsi atau data yang
tidak akurat, bukan berdasarkan riset yang mendalam.
Dampaknya tentu saja kebijakan yang diambil jadi tidak
efektif atau bahkan kontraproduktif.
Solusi untuk masalah ini dapat melalui investasi yang lebih
besar dalam riset kebijakan dan pengembangan sistem data yang terintegrasi.
4. Koordinasi Antar Lembaga
Masalah publik yang timbul sering kali bersifat lintas
sektoral, namun sayangnya koordinasi antar lembaga pemerintah masih saja lemah.
Dampaknya kebijakan yang dihasilkan parsial dan tidak
menyelesaikan masalah secara komprehensif.
Untuk mengatasinya pemerintah perlu membentuk tim koordinasi
lintas sektoral dan penggunaan platform digital untuk memudahkan kolaborasi.
Tips Praktis: Bagaimana Agar Kita Bisa Terlibat dalam
Proses Kebijakan
Sebagai warga negara yang baik, kamu juga bisa kok
berkontribusi dalam proses perencanaan kebijakan publik. Berikut beberapa
caranya:
1. Aktif Menyampaikan Aspirasi
Jangan hanya mengeluh di media sosial. Sampaikan aspirasi
kamu melalui jalur resmi seperti ada Forum Musyawarah Rencana Pembangunan,
mengirim surat kepada anggota DPRD/DPR atau melalui portal aspirasi online yang
disediakan pemerintah.
2. Bergabung dengan Organisasi Masyarakat Sipil
Banyak LSM dan organisasi masyarakat sipil yang fokus pada
isu-isu kebijakan tertentu. Kamu bisa bergabunglah dan berkontribusi sesuai
keahlian.
3. Meningkatkan Literasi Kebijakan
Pahami bagaimana sistem pemerintahan bekerja, bagaimana
kebijakan dibuat, dan apa hak-hak kamu sebagai warga negara.
4. Gunakan Media Sosial Secara Cerdas
Media sosial bisa menjadi alat yang sangat powerful untuk
mengangkat isu. Tapi ingat gunakanlah dengan bijaksana, sajikan data yang
akurat dan hindari menyebarkan hoax.
5. Pantau dan Evaluasi Kebijakan
Jangan hanya protes saat kebijakan baru dibuat. Terus pantau
implementasinya dan berikan feedback yang konstruktif.
Itulah akhir dari pembahasan kita pada artikel kali ini.
Perlu di ingat, bahwa kebijakan publik yang baik bukan hanya soal keputusan
yang pintar dari pemerintah, tapi juga tentang keterlibatan aktif masyarakat
dalam prosesnya.
Jadi, jangan ragu untuk menyuarakan pendapat kamu, karena
suara kamu penting dalam membentuk kebijakan yang lebih baik untuk kita semua.




Posting Komentar