Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa pelanggan beli dari kompetitor padahal produk kita lebih bagus? Jawabannya ada di kepala mereka. Nah berikut adalah contoh cerita bahwa pelanggan tidak hanya membeli produknya.
Dua tahun lalu, Mbak Yuni punya toko kue kering online
dengan kualitas juara. Kuenya renyah, packaging rapih, harga kompetitif. Tapi
kenapa penjualannya stagnan sementara kompetitor yang kuenya biasa aja justru selalu
sold out?
Setelah "menyelidiki" lebih dalam, Mbak Yuni sadar
satu hal yaitu kompetitornya selalu posting foto proses pembuatan kue dengan
caption emosional seperti "Kue ini dibuat dengan cinta untuk keluarga
Indonesia" atau "Resep turun temurun dari nenek yang sudah 50
tahun".
Sementara Mbak Yuni cuma posting foto produk jadi dengan
spek teknis: "Kue kering premium, 100% butter, tanpa pengawet’. Setelah
mengetahui hal tersebut mbak Yuni mengubah strategi komunikasinya dengan lebih
"menyentuh hati", hasilnya omzetnya naik 150% dalam 3 bulan!
Apa yang terjadi? Pelanggan tidak membeli produk, mereka membeli perasaan.
Lalu bagaimana strategi untuk mengatasi fenomena ini? Tengan saja! pada artikel kali ini kita akan menyelami "Rahasia" psikologi di balik keputusan pembelian pelanggan guna membuat strategi yang efektif.
Rahasia 1 : Otak Manusia Punya 3 "Ruang Keputusan"Dari cerita di atas kita bisa menyimpulkan bahwa keputusan
pelanggan dalam membeli sesuatu tidak hanya semata-mata didasarkan pada produk
itu sendiri melainkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.
Hal ini tentu sangat normal mengingat otak manusia memiliki
tiga ruang dalam mengambil keputusan. Nah, untuk mengetahui hal itu pada
pelanggan, sederhana saja bayangkan otak pelanggan seperti rumah bertingkat 3
antara lain :
1. Lantai Pertama : Otak Primitif (Brain Stem)
Fungsi lantai ini adalah untuk survival dan keamanan, contoh
pemikiran yang ada dalam ruang ini seperti “Apakah ini aman? Apakah ini
menguntungkan saya?". Respon pada ruang ini yakni cepat, insting dan fight
or flight.
Untuk menyiasati ruang pemikiran ini penerapan untuk UMKM
agar optimal adalah
- Tampilkan
testimoni dan rating tinggi (safety signal)
- Gunakan
kata-kata seperti "terpercaya", "aman",
"terbukti"
- Hindari
harga yang terlalu murah (trigger "ada yang mencurigakan")
Contoh real: Toko online yang pajang sertifikat halal, logo
payment gateway terkenal, dan alamat lengkap lebih dipercaya dibanding yang
cuma ada nomor HP.
2. Lantai Kedua : Otak Emosional (Limbic System)
Fungsi otak ini adalah untuk perasan dan memori sedangkan
contoh hasil pemikiran pada ruang ini seperti “Bagaimana rasanya punya produk
ini? Apakah ini membuat saya bahagia”, responnya sendiri bisanya bersifat
subjektif dan berdasarkan pengalaman masa lalu.
Untuk penerapan bagi UMKM, contoh paling gamblang seperti
cerita sebelumnya dimana perasaan lebih diperhitungkan dibandingkan dengan
produk itu sendiri, namun kamu juga bisa melakukan beberapa hal lain agar
optimal seperti :
- Storytelling
yang relatable
- Visual
yang memicu emosi positif
- Kaitkan
produk dengan momen-momen spesial
Contoh nyata: Kedai kopi yang branding-nya "Tempat
ngopi para pejuang mimpi" lebih menyentuh dibanding "Kopi premium
berkualitas tinggi".
3. Lantai Ketiga : Otak Rasional (Neocortex)
Kemudian pada tingkatan lantai 3 ada ruang dengan otak
rasional fungsinya adalah untuk menganalisis dan logika. Contoh pemikiran yang
muncul pada otak ini adalah “Apakah ini worth it? Bandingkan dengan alternatif
lain”. Karena memerlukan analisis respon otak ini lamat dan butuh data serta
pertimbangan.
Nah untuk penerapan pada UMKM kita bisa melakukan
hal-hal berikut :
- Sediakan
informasi detail produk
- Comparison
table dengan kompetitor
- Benefit
yang jelas dan terukur
Yang menarik adalah meski otak rasional yang "terlihat" membuat keputusan, 95% keputusan sebenarnya dibuat oleh otak emosional, lalu dicari pembenaran oleh otak rasional.
Rahasia 2 : Motivasi Dasar Pembelian Pelanggan
Nah setelah kita memahami bagaimana cara otak manusia
berpikir dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi mereka dalam membuat
keputusan maka selanjutnya mari kita bahas motivasi apa yang menjadi dasar
kenapa pelanggan membeli sesuatu.
1. Motivasi Ingin Diterima Kelompok (Social Acceptance)
Motivasi pertama adalah motivasi social acceptance hal ini
didasarkan karena manusia adalah makhluk sosial. Kita beli sesuatu untuk fit in
atau stand out.
Ciri-ciri pelanggan jenis ini adalah sering bertanya “apakah
ini lagi trending”, sensitif terhadap review dan rating kemudian suka
produk-produk yang instagram-able
Strategi yang dapat diterapkan UMKM untuk mendapatkan pelanggan
jenis ini adalah membuat produk atau packaging yang photogenic, user-generated
content campaign, testimoni dari influencer micro dan local celebrity.
Contohnya brand fashion lokal yang campaign-nya
"Outfit OOTD hits anak Jakarta" langsung viral di kalangan anak muda.
2. Motivasi Ingin Merasa Istimewa (Ego Enhancement)
Kemudian motivasi yang ke 2 adalah ego enchancement atau
ingin merasa istimewa, motivasi ini tumbuh dari perasaan dimana setiap orang
ingin merasa spesial dan berbeda dari yang lain.
Ciri-ciri pelanggan jenis ini adalah mereka mencari produk
limited edition atau custom, willing to pay premium untuk exclusivity, dan suka
cerita tentang keunikan produk.
Strategi yang dapat diterapkan UMKM antara lain membuat
variasi terbatas atau seasonal, personalisasi produk, dan positioning yang
untuk tidak seperti yang lain.
Contoh aplikasinya sebuah toko sepatu custom yang tagline-nya
"Sepatu seunik kepribadian Anda" dengan sistem pre-order, lebih laku
dibanding toko sepatu ready stock biasa.
3. Motivasi Ingin Menyelesaikan Masalah (Problem
Solving)
Selanjutnya motivasi yang ketiga adalah problem solving,
motivasi ini merupakan jenis motivasi yang paling sering muncul dalam proses
pembelian. Dimana produk terbaik adalah yang memecahkan masalah nyata
pelanggan.
Ciri-ciri pelanggan dengan motivasi ini adalah mereka fokus
pada fungsi dan manfaat, membandingkan spesifikasi detail dan mereka juga cukup
concern terhadap garansi dan layanan after sales.
Untu menyiasatinya UMKM dapat menerapkan strategi dengan
mengidentifikasi pain points spesifik target market, mengkomunikasikan solusi
dengan jelas dan before-after comarison.
Contohnya jasa laundry yang fokus pada "Solusi baju
bersih untuk karyawan yang overtime terus" lebih menarik dibanding
"Laundry murah dan cepat".
4. Motivasi Ingin Menghemat Waktu/Effort (Convenience)
Motivasi yang ke empat yakni motivasi menghemat waktu atau
effort, motivasi didasarkan pada keinginan untuk memperoleh kemudahan. Hal ini karena di era serba cepat, convenience
sering kali beats price.
Beberapa tanda-tanda yang umum melekat pada pelanggan ini
adalah prioritaskan kemudahan dibandingkan harga, suka bundling dan paket
lengkap, repeat customer untuk produk yang praktis.
Strategi yang dapat di terapkan oleh UMKM antara lain
steamline proses pembelian, offering yang “all in one” delivery/pickup service.
Contoh nyata warung makan yang sistem pre-order lewat WA
dengan menu tetap per hari, omzetnya lebih stabil dibanding yang menu lengkap
tapi pelanggan harus mikir mau pesan apa.
5. Motivasi Ingin Mendapat Value/Deal Bagus (Value
Seeking)
Sedangkan motivasi yang ke lima yaitu motivasi untuk
mendapatkan nilai terbaik, atau biasanya kita menyebut pelanggan jenis konsumen
‘’mendang-mending’ mereka bukan cuma soal harga murah, tapi value for money.
Kemudian ciri-ciri pelanggan ini adalah mereka suka sekali
membandingkan harga di berbagai tempat, mencari promo dan cashbcak serta mereka
sangat cermat dalam hitung-hitungan cost per usage.
Nah, untuk mengakali pelanggan jenis ini UMKM bisa
menerapkan langkah-langah seperti transparansi dalam pricing bundle deals yang
win-win serta loyalty program yang bermakna.
Contoh cerdasnya salon yang paket "Perawatan
bulanan 4x = gratis 1x treatment facial" lebih menarik dibanding diskon
20%.
Itulah beberapa motivasi yang mendasari keputusan pelanggan untuk membeli atau menggunakan suatu produk dan jasa. Sebenarnya ada banyak lagi motivasi yang mendasari keputusan pelanggan, motivasi-motivasi diatas adalah beberapa contohnya.
Rahasia 3 : "Trigger Psikologis" yang Bikin
Pelanggan Action
Nah, selain motivasi ada juga faktor yang dapat mentrigger
seseorang untuk melakukan pembelian, yakni triger psikologis. Berikut adalah
beberapa contoh triggernya :
1. Trigger : Scarcity (Kelangkaan)
Kenapa kelangkaan dapat menjadi salah satu triger? Yah hal
ini masih berhubungan dengan otak manusia, karena otak primitive manusia
berpikir takut untuk kehilangan kesempatan.
Yang bisa dilakukan oleh UMKM untuk memanfaatkan hal ini
baik adalah dengan memberikan informasi bahwa stock terbatas, seperti limited
time offer atau hanya untuk 50 pelanggan pertama. Ini akan membuat pelanggan
tertrigger untuk segera melakukan transaksi.
Namun penting sekali untuk menghindari fake scarcity atau
kebohongan bahwa produk tersebut langka hal ini karena dapat merusak
kepercayaan bila ketahuan berbohong.
2. Trigger : Social Proof (Bukti Sosial)
Kemudian trigger yang kedua ada bukti sosial hal ini karena
manusia cenderung suka mengcopy perilaku orang lain agar merasa aman di
lingkungan sosial.
Contoh-contoh dari strategi untuk social proof seperti
testimoni dengan foto pelanggan, memberi label bestseller atau customer
favorite, membuat user generated content dan menunjukkan jumlah customer yang
telah dilayani ini efektif untuk jasa.
3. Trigger : Authority (Otoritas)
Trigger yang ketiga adalah otoritas, masih berhubungan
dengan otak. Otak manusia cenderung menghargai keahlian dan pengalaman.
Cara membangun otoritas ini adalah dengan menggunakan
sertifikat atau penghargaan, media coverage atau liputan, kolaborasi dengan
ahli dan membagikan pengetahuan dan tips.
4. Trigger : Reciprocity (Timbal Balik)
Kemudian trigger yang ke empat adalah timbal balik, kenapa
di sebut timbal balik? Hal ini karena manusia cenderung untuk merasa
“berhutang” ketika mereka sudah di berikan kebaikan dalam hal ini bisa sesuatu
yang gratis.
Nah implementasi praktis untuk trigger ini adalah dengan
membuat free sample atau trial, tips atau tutorial gratis, kejutan untuk
pelanggan atau bahkan sentuhan personal dalam pelayanan.
5. Trigger : Commitment & Consistency
Dan trigger yang kelima adalah commitment dan consistency
hal ini karena manusia ingin terlihat konsisten dengan keputusan sebelumnya.
Strategi yang bisa kita terapkan adalah memberikan tantangan
atau komitmen kecil, membuat program loyalitas dengan milestone atau tingkatan
level, atau bisa juga membuat brand komunitas yang menarik.
Itulah akhir dari artikel kali ini jadi perlu dipahami bahwa
memahami psikologi pelanggan bukan tentang manipulasi, tapi tentang komunikasi
yang lebih efektif dan empatis. Ketika kita understand what makes them tick,
kita bisa serve them better.
UMKM yang sukses adalah yang bisa balance antara rasional
(produk bagus, harga fair) dengan emosional (bikin pelanggan merasa senang,
dihargai, dan connected).
Perlu di ingat bahwa di balik setiap keputusan pembelian,
ada manusia dengan mimpi, ketakutan, dan harapan. Treat them as human, bukan
sebagai ATM berjalan.
Posting Komentar