Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana pemerintah mengatur perekonomian negara? Mengapa kadang harga-harga naik, kadang turun? Atau bagaimana pemerintah memastikan agar perekonomian tetap stabil dan rakyat sejahtera?
Jawabannya terletak pada dua instrumen kebijakan ekonomi
yang sangat penting yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kedua
kebijakan ini ibarat dua tangan pemerintah dalam mengendalikan laju
perekonomian.
Namun yang menarik, bagaimana sebenarnya konsep kebijakan
ini diterapkan dalam perspektif ekonomi Islam, terutama di Indonesia sebagai
negara dengan mayoritas penduduk Muslim?
Di tengah perkembangan ekonomi syariah yang semakin pesat di
Indonesia, memahami bagaimana kebijakan fiskal dan moneter bekerja sesuai
prinsip Islam menjadi sangat relevan.
Nah pada artikel ini kita akan mengeksplorasi mulai dari konsep, fungsi, dan implementasi kedua kebijakan tersebut dalam bingkai ekonomi Islam di Indonesia. Jadi mari kita pelajari bersama!
Memahami Kebijakan Ekonomi: Fondasi Kesejahteraan Negara
Sebelum masuk ke pembahasan spesifik, penting untuk memahami
terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebijakan ekonomi dan
mengapa hal ini krusial bagi sebuah negara.
Apa Itu Kebijakan Ekonomi?
Kebijakan ekonomi adalah serangkaian tindakan yang diambil
oleh pemerintah, otoritas moneter, atau lembaga terkait untuk mempengaruhi dan
mengarahkan jalannya perekonomian suatu negara.
Kebijakan ini bukan sekadar aturan yang dibuat tanpa tujuan,
melainkan strategi terukur untuk mencapai target-target ekonomi tertentu.
Tujuan utama dari kebijakan ekonomi sangat jelas yakni untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Nah hal Ini dapat mencakup berbagai aspek seperti
mengendalikan inflasi, mengatur pertumbuhan ekonomi yang stabil, mengelola
tingkat pengangguran, mengendalikan defisit anggaran, dan masih banyak lagi.
Yang menarik, kebijakan ekonomi tidak bisa diterapkan secara
sembarangan. Pemerintah harus mempertimbangkan kondisi ekonomi saat ini, target
jangka pendek dan panjang, serta kebutuhan riil masyarakat.
Kebijakan yang baik dan tepat sasaran akan membawa dampak
positif berupa pertumbuhan ekonomi yang sehat, distribusi pendapatan yang adil,
stabilitas ekonomi yang terjaga, dan peningkatan kesejahteraan sosial.
Sistem Ekonomi Indonesia: Campuran yang Unik
Indonesia menerapkan sistem ekonomi campuran yang unik.
Sistem ini menggabungkan elemen-elemen dari ekonomi pasar yang memberikan
kebebasan kepada mekanisme supply-demand,
Ekonomi terencana di mana pemerintah memiliki peran dalam
mengatur, serta ekonomi tradisional yang masih mempertahankan nilai-nilai lokal.
Dalam konteks ini, Indonesia menggunakan dua instrumen utama
untuk mengatur perekonomiannya yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Kebijakan fiskal berkaitan dengan pengelolaan pendapatan dan pengeluaran
pemerintah, termasuk pajak, belanja publik, dan subsidi.
Sementara itu kebijakan moneter mencakup pengaturan suku
bunga dan jumlah uang yang beredar di pasar, yang dijalankan oleh Bank
Indonesia.
Indonesia dan Ekonomi Islam: Sebuah Perjalanan
Meskipun Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk
Muslim terbesar di dunia, sistem ekonominya secara keseluruhan bukanlah sistem
ekonomi Islam murni.
Namun, sektor ekonomi syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat dalam dua dekade terakhir.
Pada tahun 2021, Indonesia memiliki sejumlah bank syariah
besar dan lembaga-lembaga keuangan syariah yang aktif.
Pemerintah dan regulator terus mendukung pengembangan sektor
ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin bertransaksi sesuai dengan
prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Yang lebih menarik lagi, pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan berbagai regulasi dan kebijakan yang mendukung implementasi
prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam sektor-sektor tertentu, terutama di bidang
keuangan dan ekonomi.
Indonesia memiliki lembaga-lembaga yang khusus mengawasi dan
mengatur keuangan syariah, seperti Dewan Syariah Nasional dan Komite Perbankan
Syariah.
Dengan demikian, meskipun sistem ekonomi Indonesia secara
umum masih bersifat campuran, ada upaya dan perkembangan yang sangat signifikan
dalam mengintegrasikan nilai-nilai dan prinsip ekonomi Islam ke dalam sistem
ekonomi yang lebih luas.
Inilah yang membuat sistem Indonesia unik dimana kita
menjalankan ekonomi modern akan tetapi tetap sambil memperhatikan nilai-nilai
keislaman.
Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam Indonesia
Mari kita mulai dengan membahas instrumen pertama kebijakan
fiskal. Bagaimana konsep ini diterapkan dalam perspektif ekonomi Islam di
Indonesia?
Mengenal Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah salah satu kebijakan makroekonomi
yang bertujuan memengaruhi sisi permintaan agregat dalam jangka pendek dan sisi
penawaran dalam jangka panjang.
Lebih sederhananya, kebijakan fiskal adalah cara pemerintah
menggunakan instrumen pajak dan belanja negara untuk mengatur perekonomian.
Menurut teori ekonomi Keynes, kebijakan fiskal mampu
menggerakkan perekonomian melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atau
pemotongan pajak.
Efek multiplier dari kebijakan ini bisa menstimulasi
tambahan permintaan untuk barang konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya
akan menggerakkan roda ekonomi.
Kebijakan fiskal bisa bersifat ekspansif untuk mereduksi
inflasi dengan mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak atau kontraktif
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menambah belanja atau menurunkan
pajak.
Pemerintah menggunakan kebijakan ini untuk mengatasi
berbagai masalah ekonomi yang dihadapi negara.
Dalam konteks yang lebih luas, kebijakan fiskal dianggap
sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi perilaku ekonomi masyarakat melalui
insentif yang disediakan.
Pengaturan dan pengawasan ini dilakukan baik dengan
meningkatkan pendapatan pemerintah melalui perpajakan, pinjaman, atau jaminan
maupun melalui pengaturan pengeluaran pemerintah.
Konsep Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Islam di
Indonesia
Ketika berbicara tentang kebijakan fiskal dalam konteks
ekonomi Islam di Indonesia, kita berbicara tentang upaya mencapai tujuan
ekonomi yang selaras dengan prinsip-prinsip syariah.
Prinsip dasar ekonomi Islam mencakup keadilan,
keberlanjutan, dan keseimbangan antara kepentingan individual dan kolektif.
Mari kita telusuri konsep-konsep penting dalam kebijakan
fiskal Islam yang diterapkan di Indonesia. Berikut adalah beberapa diantaranya :
1. Zakat dan Infaq: Pilar Redistribusi Kekayaan
Zakat adalah kewajiban memberikan sebagian harta kepada yang
berhak menerimanya, dan ini adalah salah satu rukun Islam yang fundamental.
Dalam konteks kebijakan fiskal, pemerintah dapat
mengoptimalkan pengelolaan dana zakat untuk mendukung program-program sosial,
pendidikan, dan kesehatan yang menguntungkan masyarakat luas.
Indonesia memiliki Badan Amil Zakat Nasional atau BAZNAS yang
bertugas mengelola zakat secara nasional.
Dana zakat yang terkumpul dapat digunakan untuk mengentaskan
kemiskinan, membiayai pendidikan anak-anak kurang mampu, memberikan bantuan
kesehatan, hingga memberdayakan ekonomi masyarakat melalui program-program
produktif.
Selain zakat yang bersifat wajib, ada juga infaq atau
sumbangan sukarela yang dapat digunakan untuk mendukung proyek-proyek
pembangunan yang bersifat amal.
Pengelolaan zakat dan infaq yang baik dapat menjadi
instrumen fiskal alternatif yang sangat efektif dalam mengurangi kesenjangan
ekonomi di masyarakat.
2. Sistem Perpajakan yang Adil dan Proporsional
Dalam ekonomi Islam, pajak harus diterapkan dengan prinsip
keadilan dan proporsinya. Pemungutan pajak tidak boleh memberatkan golongan
masyarakat yang lemah dan harus dilakukan dengan transparan. Ini sejalan dengan
prinsip Islam tentang keadilan distributif dalam ekonomi.
Sistem perpajakan Islam harus memastikan bahwa beban pajak
utama dipikul oleh golongan yang kaya dan makmur atau mereka yang memiliki
kelebihan harta.
Pajak progresif, di mana semakin tinggi penghasilan maka
semakin tinggi pula tarif pajaknya, lebih sejalan dengan prinsip keadilan dalam
Islam.
Pendapatan dari pajak kemudian digunakan untuk mendanai
proyek-proyek pembangunan dan pelayanan publik yang bermanfaat bagi seluruh
masyarakat, terutama golongan yang membutuhkan.
3. Transparansi dalam Pengelolaan Keuangan Negara
Prinsip transparansi sangat ditekankan dalam Islam.
Pemerintah diharapkan memberikan informasi yang jelas dan terbuka kepada
masyarakat tentang pengelolaan keuangan negara, termasuk dari mana pendapatan
berasal dan untuk apa saja pengeluaran dilakukan.
Transparansi ini bukan hanya soal akuntabilitas, tetapi juga
tentang membangun kepercayaan publik.
Ketika masyarakat tahu bahwa uang pajak mereka dikelola
dengan baik dan digunakan untuk kepentingan umum, maka kepatuhan pajak akan
meningkat dan dukungan terhadap kebijakan pemerintah akan semakin kuat.
Di era digital seperti sekarang, pemerintah Indonesia telah
mulai menerapkan sistem transparansi keuangan melalui berbagai platform online
yang memungkinkan masyarakat untuk memantau anggaran dan realisasi belanja
negara.
4. Pembangunan Infrastruktur untuk Kesejahteraan Bersama
Pengembangan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat merupakan bagian penting dari kebijakan
fiskal dalam Islam.
Infrastruktur yang baik seperti jalan, jembatan, pelabuhan,
bandara, sistem irigasi, dan fasilitas publik lainnya dapat meningkatkan
aksesibilitas, efisiensi, dan produktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Dalam perspektif Islam, pembangunan infrastruktur bukan
sekadar proyek fisik, tetapi juga investasi untuk kemaslahatan umum atau maslahah
'ammah.
Melalui infrastruktur yang baik akan memudahkan masyarakat
dalam beraktivitas ekonomi, mengakses pendidikan dan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas hidup secara umum.
Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan anggaran yang
signifikan untuk pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir.
Dari perspektif ekonomi Islam, yang penting adalah
memastikan bahwa proyek-proyek infrastruktur ini benar-benar memberikan manfaat
maksimal bagi masyarakat, tidak korup, dan berkelanjutan.
5. Pengentasan Kemiskinan: Prioritas Utama
Salah satu tujuan utama ekonomi Islam adalah pengentasan
kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial-ekonomi. Kebijakan fiskal dalam
Islam harus mendukung program-program yang bertujuan mengurangi jurang pemisah
antara si kaya dan si miskin.
Program-program seperti bantuan sosial, subsidi untuk
kebutuhan pokok, pendidikan gratis atau murah, layanan kesehatan yang
terjangkau, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat harus menjadi prioritas dalam
alokasi anggaran negara.
Di Indonesia, pemerintah telah menjalankan berbagai program
pengentasan kemiskinan seperti Program Keluarga Harapan, Bantuan Pangan
Non Tunai, dan berbagai program pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Dari perspektif Islam, program-program ini sangat sejalan
dengan tujuan maqasid syariah dalam menjaga kehidupan atau hifz al-nafs dan
harta atau hifz al-mal.
6. Pengelolaan Utang yang Bijaksana
Dalam ekonomi Islam, konsep utang dan piutang harus dikelola
dengan sangat bijaksana. Pemerintah perlu memastikan bahwa pengelolaan utang
negara tidak mengakibatkan beban yang tidak adil bagi masyarakat dan generasi
mendatang, serta tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Islam memperbolehkan utang selama ada kebutuhan mendesak dan
ada kemampuan untuk membayar kembali. Namun, utang tidak boleh digunakan untuk
pemborosan atau proyek-proyek yang tidak produktif.
Maknanya utang yang dilakukan haruslah digunakan untuk
aktivitas produktif atau investasi yang akan menghasilkan return dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lebih penting lagi, dalam konteks ekonomi Islam, instrumen
utang harus bebas dari riba. Inilah tantangan bagi Indonesia dalam mengelola
utang negara.
Pemerintah perlu terus mengeksplorasi alternatif pembiayaan
yang sesuai syariah, seperti penerbitan sukuk atau obligasi syariah yang semakin
populer di Indonesia.
7. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk
program-program yang mendorong kemandirian ekonomi masyarakat, terutama melalui
pendidikan, pelatihan keterampilan, dan dukungan untuk kewirausahaan.
Konsep "memberi kail, bukan ikan" sangat sejalan
dengan prinsip ekonomi Islam. Ketika masyarakat diberdayakan untuk memiliki
keterampilan dan kemampuan mencari nafkah sendiri, mereka tidak hanya lepas
dari kemiskinan tetapi juga bisa berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara.
Program-program seperti pelatihan vokasi, bantuan modal
usaha mikro, pendampingan UMKM, dan pengembangan koperasi syariah adalah contoh
konkret dari kebijakan fiskal yang bersifat memberdayakan.
Indonesia memiliki potensi besar dalam hal ini, mengingat
jumlah UMKM yang sangat banyak dan perlu dukungan berkelanjutan.
8. Pengembangan Ekonomi Syariah
Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk
mendorong perkembangan ekonomi syariah melalui kebijakan fiskal.
Hal ini termasuk memberikan insentif pajak untuk industri
halal, mendukung pengembangan produk-produk keuangan syariah, memberikan
subsidi atau kemudahan untuk lembaga-lembaga keuangan syariah, dan mendukung
industri-industri yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pusat
ekonomi syariah global. Dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan
pertumbuhan ekonomi syariah yang pesat, dukungan kebijakan fiskal yang tepat
dapat mempercepat pencapaian tujuan ini.
Fungsi Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam
Kebijakan fiskal menurut ekonomi Islam diharapkan
melaksanakan tiga fungsi utama dalam negara yakni alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
Namun ketiga fungsi ini memiliki ciri khas tertentu yang
berbeda dari ekonomi konvensional, karena didasarkan pada nilai orientasi,
dimensi etik dan sosial dalam pendapatan dan pengeluaran negara Islam.
1. Fungsi Alokasi
Alokasi berkaitan dengan bagaimana pemerintah mengalokasikan
sumber daya ekonomi untuk berbagai sektor dan program. Dalam Islam, alokasi
harus dilakukan berdasarkan prioritas kemaslahatan dan bukan sekadar efisiensi
ekonomi semata.
Kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, sandang, papan,
pendidikan, dan kesehatan harus diprioritaskan.
2. Fungsi Distribusi
Distribusi adalah inti dari ekonomi Islam. Prinsip Islam
tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja bertujuan mengembangkan
masyarakat yang didasarkan pada distribusi kekayaan yang berimbang.
Artinya pemerintah harus bisa menempatkan nilai-nilai
material dan spiritual pada tingkat yang sama. Kekayaan tidak boleh hanya
beredar di kalangan orang kaya saja.
3. Fungsi Stabilisasi
DI dalam ekonomi Islam bukan hanya tentang stabilitas harga
dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga stabilitas sosial dan moral.
Kebijakan fiskal digunakan untuk mengatur dan mengawasi
perilaku ekonomi masyarakat melalui insentif yang tepat, dengan tujuan
menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Yang membedakan pendekatan Islam adalah bahwa sistem perpajakan harus menjamin bahwa hanya golongan kaya dan makmur yang memiliki kelebihan harta yang memikul beban utama pajak. Ini untuk memastikan keadilan dan tidak membebani masyarakat yang sudah kesulitan.
Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam Indonesia
Setelah memahami kebijakan fiskal, mari kita beralih ke
instrumen kedua yang tidak kalah penting yaitu kebijakan moneter. Bagaimana
konsep ini diterapkan dalam kerangka ekonomi Islam di Indonesia?
Memahami Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah salah satu kebijakan ekonomi makro
yang diterapkan sejalan dengan siklus kegiatan ekonomi.
Menurut Mishkin kebijakan moneter adalah semua upaya atau
tindakan bank sentral dalam memengaruhi perkembangan variabel moneter seperti
jumlah uang beredar, suku bunga, kredit, dan nilai tukar.
Lebih sederhananya, kebijakan moneter adalah cara yang
digunakan negara dalam mengendalikan dan mengarahkan keadaan uang beredar, suku
bunga, kredit, dan nilai tukar agar tercapai tujuan ekonomi tertentu.
Dengan kebijakan ini, pemerintah melalui bank sentral bisa
menambah, mengurangi, atau mempertahankan sejumlah uang yang beredar dalam
perekonomian.
Kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan penting dalam
ekonomi makro, di antaranya mendorong pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan
kerja, menjaga stabilitas harga mengendalikan inflasi, dan mencapai
keseimbangan neraca pembayaran.
Di Indonesia, Bank Indonesia bertanggung jawab menjalankan
kebijakan moneter untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Konsep Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam
Kebijakan moneter dalam ekonomi Islam memiliki karakteristik
yang sangat berbeda dari sistem konvensional. Perbedaan fundamental ini
terletak pada instrumen dan tujuan yang digunakan.
1. Bebas dari Riba dan Bunga
Pertama prinsip paling fundamental dalam kebijakan moneter
Islam adalah harus bebas dari unsur riba dan bunga bank.
Dalam sistem moneter konvensional, bunga merupakan instrumen
utama yang digunakan untuk mengatur peredaran uang dalam masyarakat bank
sentral menaikkan atau menurunkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi atau
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun dalam Islam, riba termasuk bunga bank diharamkan
secara tegas dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman, "Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah: 275). Karena itu, sistem
moneter Islam tidak menggunakan instrumen bunga sama sekali.
Lantas, bagaimana Islam mengatur kebijakan moneter tanpa
bunga? Jawabannya adalah dengan menggunakan prinsip bagi hasil atau profit-loss
sharing. Dalam sistem ini, pemilik modal dan pengusaha berbagi risiko dan
keuntungan secara adil.
Artinya tidak ada jaminan return yang pasti seperti dalam
sistem bunga, tetapi ada potensi keuntungan yang lebih besar jika bisnis
berhasil, dan kerugian yang ditanggung bersama jika bisnis gagal.
2. Fokus pada Ekonomi Riil
Kedua tujuan utama kebijakan moneter syariah adalah menjaga
agar sumber daya ekonomi tetap beredar dan produktif.
Berbeda dengan sistem konvensional yang memungkinkan uang
bekerja untuk menghasilkan uang, Islam menekankan bahwa uang harus digunakan
untuk kegiatan ekonomi riil yang menghasilkan barang dan jasa.
Regulator dalam sistem Islam perlu memastikan adanya badan
usaha ekonomi dan instrumen keuangan syariah yang dapat menyerap potensi
investasi masyarakat.
Jadi, kebijakan moneter dalam Islam dapat diartikan sebagai
pengelolaan mata uang berdasarkan nilai-nilai Islam untuk menciptakan ekonomi
yang stabil dan menguntungkan, yang memfasilitasi pencapaian tujuan pembangunan
ekonomi negara.
Dengan kata lain, kebijakan moneter Islam adalah pelengkap untuk sektor riil, bukan sektor yang berdiri sendiri atau bahkan dominan seperti dalam sistem konvensional.
Dalam hal ini uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan
hitung, bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan.
Prinsip-Prinsip Dasar Kebijakan Moneter Islam
Menurut Imam Turmudi, kebijakan moneter dalam Islam
berlandaskan pada beberapa prinsip dasar yang sangat fundamental:
Pertama, kekuasaan tertinggi adalah milik Allah SWT. Ini
berarti segala kebijakan ekonomi harus sejalan dengan perintah dan
larangan-Nya. Manusia hanya menjalankan amanah dalam mengelola ekonomi sesuai
tuntunan syariah.
Kedua, manusia adalah khalifah atau pemimpin di bumi, namun
bukan pemilik sejati. Harta yang dimiliki manusia sejatinya adalah titipan dari
Allah yang harus dikelola dengan baik dan bertanggung jawab. Konsep kepemilikan
dalam Islam bersifat relatif, bukan absolut.
Ketiga, segala sesuatu yang diperoleh manusia adalah atas
izin Allah. Rezeki yang didapat adalah karunia-Nya, sehingga harus disyukuri
dengan menggunakannya sesuai aturan-Nya dan berbagi dengan sesama yang
membutuhkan.
Keempat, tidak boleh menumpuk kekayaan. Islam melarang keras
penimbunan harta yang tidak produktif. Uang dan kekayaan harus terus beredar
dalam ekonomi untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
Kelima, menghapus jurang perbedaan antara individu dalam
perekonomian. Kebijakan moneter harus dirancang untuk mengurangi kesenjangan
ekonomi, bukan memperparahnya. Sistem yang membuat yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin bertentangan dengan prinsip Islam.
Keenam, menetapkan kewajiban yang bersifat harus seperti
zakat dan sukarela seperti infaq dan sedekah bagi semua anggota masyarakat,
termasuk bantuan untuk yang miskin. Ini adalah mekanisme redistribusi kekayaan
yang built-in dalam sistem ekonomi Islam.
Instrumen Kebijakan Moneter Syariah
Karena instrumen konvensional yang berbasis bunga tidak
dapat digunakan, maka ekonomi syariah mengembangkan instrumen alternatif untuk
kebijakan moneter.
Instrumen utama dalam kebijakan moneter syariah adalah hukum
syariah itu sendiri, yang kemudian diturunkan menjadi berbagai instrumen
teknis.
Beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam kebijakan
moneter syariah antara lain seperti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
yang menggunakan akad ju'alah, Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), pembiayaan
langsung (qardh) untuk bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek,
dan giro wajib minimum yang diatur sesuai prinsip syariah.
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia telah
mengembangkan berbagai instrumen moneter syariah untuk mengatur likuiditas
perbankan syariah. Ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengembangkan
sistem moneter yang sesuai dengan prinsip Islam.
Keadilan dalam Kemitraan
Pelarangan riba dalam Islam bukan tanpa alasan. Tujuan utamanya adalah agar hubungan mitra kerja antara pemilik modal dan pelaku usaha berlaku adil.
Dalam sistem bunga, pemilik modal selalu mendapat keuntungan
tetap atau bunga meskipun usaha mengalami kerugian. Ini jelas tidak adil bagi
pengusaha yang menanggung semua risiko.
Dalam sistem bagi hasil, risiko dan keuntungan ditanggung bersama. Jika usaha untung, keduanya berbagi keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.
Jika rugi, kerugian finansial ditanggung pemilik modal, sementara
kerugian waktu dan tenaga ditanggung pengusaha. Ini adalah sistem yang lebih
adil dan mendorong kedua belah pihak untuk bekerja sama memajukan usaha.
Fungsi Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Kebijakan moneter dalam ekonomi Islam berfungsi sebagai penyeimbang antara aspek ekonomi, sosial, dan moral.
Ini adalah pendekatan
holistik yang tidak hanya fokus pada angka-angka ekonomi semata, tetapi juga
pada kesejahteraan sosial dan nilai-nilai etika.
1. Pengaturan Pasar yang Adil
Kebijakan moneter Islam bertujuan mengatur pasar agar tetap
fair dan tidak ada pihak yang dirugikan.
Ini termasuk mencegah manipulasi harga, monopoli, dan
praktik-praktik tidak adil lainnya. Bank sentral memiliki peran untuk
memastikan bahwa mekanisme pasar berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip
syariah.
2. Distribusi Kekayaan yang Adil
Salah satu fungsi penting kebijakan moneter Islam adalah
memastikan bahwa kekayaan tidak hanya beredar di kalangan orang kaya. Melalui
berbagai instrumen dan kebijakan, bank sentral dapat mendorong penyaluran dana
ke sektor-sektor produktif yang melibatkan masyarakat luas, termasuk UMKM dan
sektor riil.
3. Bantuan kepada yang Membutuhkan
Kebijakan moneter Islam juga mempertimbangkan aspek sosial
dengan memastikan adanya mekanisme untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Ini bisa melalui pembiayaan qardhul hasan atau pinjaman
kebajikan tanpa bunga untuk usaha produktif masyarakat miskin, atau melalui
kewajiban lembaga keuangan syariah untuk mengalokasikan sebagian dananya untuk
program sosial.
4. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Yang tidak kalah penting, kebijakan moneter Islam
mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan etika
dan nilai-nilai Islam.
Pertumbuhan bukan hanya diukur dari angka PDB, tetapi juga
dari seberapa inklusif pertumbuhan tersebut, seberapa besar manfaatnya bagi
masyarakat luas, dan seberapa berkelanjutan dari sisi lingkungan dan sosial.
Kebijakan moneter yang baik harus menciptakan kondisi di
mana investasi mengalir ke sektor-sektor yang produktif dan halal, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga stabilitas
nilai mata uang semuanya dalam kerangka prinsip-prinsip syariah.
Sinergi Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam
Kebijakan fiskal dan moneter bukanlah dua hal yang terpisah,
melainkan harus bekerja secara sinergis untuk mencapai tujuan ekonomi yang
optimal.
Dalam perspektif ekonomi Islam, sinergi ini bahkan lebih
penting karena keduanya harus sejalan dengan maqasid syariah atau tujuan-tujuan
syariah.
1. Komplementer, Bukan Kompetitif
Dalam praktiknya, kebijakan fiskal dan moneter harus saling
melengkapi. Ketika pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansif misalnya
meningkatkan belanja untuk infrastruktur.
Bank Indonesia harus memastikan bahwa likuiditas di pasar
cukup untuk mendukung kebijakan tersebut tanpa menyebabkan inflasi berlebihan.
Sebaliknya, ketika Bank Indonesia mengetatkan kebijakan
moneter untuk mengendalikan inflasi, pemerintah perlu menyesuaikan kebijakan
fiskalnya agar tidak kontraproduktif.
Koordinasi yang baik antara otoritas fiskal atau Kementerian
Keuangan dan otoritas moneter yakni Bank Indonesia merupakan kunci keberhasilan
pengelolaan ekonomi makro.
2. Keseimbangan antara Pertumbuhan dan Stabilitas
Dalam ekonomi Islam, tujuan utama bukan hanya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, tetapi pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan.
Kebijakan fiskal dan moneter harus bekerja sama untuk
menciptakan keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga
stabilitas.
Pertumbuhan tanpa stabilitas akan menciptakan bubble ekonomi
yang berbahaya. Sebaliknya, stabilitas tanpa pertumbuhan akan membuat ekonomi
stagnan. Ekonomi Islam mengajarkan jalan tengah: pertumbuhan yang stabil,
inklusif, dan berkelanjutan.
3. Fokus pada Sektor Riil
Baik kebijakan fiskal maupun moneter dalam ekonomi Islam
harus sama-sama fokus pada penguatan sektor riil.
Kebijakan fiskal melalui belanja infrastruktur, pendidikan,
dan kesehatan menciptakan fondasi untuk pertumbuhan sektor riil. Sementara
kebijakan moneter memastikan bahwa likuiditas tersalurkan ke sektor produktif,
bukan terperangkap dalam spekulasi finansial.
Dalam sistem ekonomi Islam, sektor keuangan adalah pelayan
bagi sektor riil, bukan sebaliknya. Uang dan instrumen keuangan harus
difungsikan untuk memfasilitasi transaksi ekonomi riil yang menghasilkan barang
dan jasa, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tantangan dan Peluang Implementasi di Indonesia
Meskipun konsep kebijakan fiskal dan moneter dalam ekonomi
Islam sangat ideal, implementasinya di Indonesia menghadapi berbagai tantangan
sekaligus peluang.
Tantangan yang Dihadapi
1. Sistem Ekonomi Ganda
Indonesia menjalankan sistem ekonomi ganda di mana sistem konvensional dan syariah berjalan beriringan. Ini menciptakan kompleksitas dalam formulasi dan implementasi kebijakan.
Bank
Indonesia harus mengembangkan instrumen moneter yang berbeda untuk perbankan
konvensional dan syariah.
2. Skala Ekonomi Syariah yang Masih Kecil
Meskipun berkembang pesat, ekonomi syariah di Indonesia masih relatif kecil dibanding ekonomi konvensional.
Per 2023, pangsa perbankan syariah masih sekitar 6-7%
dari total aset perbankan nasional. Ini membuat pengaruh kebijakan moneter
syariah masih terbatas.
3. Literasi Ekonomi Islam yang Rendah
Banyak
masyarakat, bahkan yang Muslim, belum memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam
dengan baik. Ini membuat sosialisasi dan implementasi kebijakan yang berbasis
syariah memerlukan edukasi masif.
4. Infrastruktur dan Instrumen yang Masih Terbatas
Infrastruktur dan instrumen kebijakan fiskal dan moneter syariah masih terus dikembangkan.
Bank Indonesia dan pemerintah terus berinovasi menciptakan
instrumen-instrumen baru yang sesuai syariah namun tetap efektif.
5. Koordinasi Antarlembaga
Implementasi kebijakan ekonomi Islam yang efektif memerlukan koordinasi yang kuat antara berbagai lembaga baik Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, Dewan Syariah Nasional, dan lain-lain.
Koordinasi yang setengah-setengah atau belum optimal bisa malah menghambat efektivitas kebijakan.
Peluang yang Dapat Dimanfaatkan
Di balik tantangan tersebut, Indonesia memiliki peluang luar
biasa untuk menjadi pemimpin ekonomi Islam global.
1. Populasi Muslim Terbesar
Dengan lebih dari 230 juta
Muslim, Indonesia memiliki pasar potensial yang sangat besar untuk produk dan
layanan ekonomi syariah. Ini adalah aset yang tidak dimiliki negara lain.
2. Pertumbuhan Ekonomi Syariah yang Pesat
Industri
keuangan syariah di Indonesia tumbuh rata-rata di atas 10% per tahun, jauh
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Ini menunjukkan antusiasme dan
potensi yang besar.
3. Dukungan Pemerintah yang Kuat
pemerintah Indonesia
telah menunjukkan komitmen kuat dalam mengembangkan ekonomi syariah, termasuk
melalui pembentukan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah yang
langsung di bawah presiden.
4. Ekosistem yang Semakin Lengkap
Indonesia telah
memiliki ekosistem ekonomi syariah yang semakin lengkap mulai dari perbankan syariah,
asuransi syariah, pasar modal syariah, hingga fintech syariah. Kelengkapan
ekosistem ini memudahkan implementasi kebijakan.
5. Inovasi dan Teknologi
Perkembangan teknologi
finansial membuka peluang baru untuk pengembangan produk dan layanan
ekonomi syariah yang lebih accessible dan efisien. Indonesia memiliki industri
fintech syariah yang sangat inovatif.
6. Sumber Daya Manusia
Indonesia memiliki banyak ahli
dan praktisi ekonomi syariah yang kompeten. Perguruan tinggi juga semakin
banyak yang membuka program studi ekonomi Islam, menghasilkan SDM berkualitas
untuk industri ini.
Tips Praktis: Mendukung Kebijakan Ekonomi Islam di
Indonesia
Sebagai masyarakat, kita juga bisa berkontribusi dalam
mendukung implementasi kebijakan ekonomi Islam di Indonesia. Berikut beberapa
tips praktis yang bisa dilakukan:
1. Tingkatkan Literasi Ekonomi Islam
Pelajari
prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam agar kamu bisa membuat keputusan finansial
yang sesuai syariah. Ikuti seminar, baca buku, atau ikuti kursus online tentang
ekonomi Islam.
2. Gunakan Produk dan Layanan Syariah
Mulai beralih ke
produk dan layanan keuangan syariah seperti perbankan syariah, asuransi
syariah, atau investasi syariah. Dengan meningkatnya demand, industri syariah
akan semakin berkembang.
3. Tunaikan Zakat dengan Tertib
Bayarkan zakat melalui lembaga resmi seperti BAZNAS atau LAZ yang terpercaya. Zakat yang
terkelola baik akan menjadi instrumen fiskal yang efektif untuk mengurangi
kemiskinan.
4. Dukung UMKM dan Ekonomi Riil
Prioritaskan membeli
produk lokal dan mendukung UMKM. Ini sejalan dengan prinsip ekonomi Islam yang
mengutamakan sektor riil dan ekonomi kerakyatan.
5. Hindari Riba dalam Transaksi Keuangan
Pastikan
seluruh transaksi keuangan yang kamu lakukan bebas dari riba, baik dalam pinjaman,
investasi, maupun tabungan. Jika terpaksa menggunakan layanan konvensional,
segera beralih ke alternatif syariah.
6. Investasi Produktif, Bukan Spekulatif
Alihkan danamu ke investasi produktif yang menggerakkan sektor riil, bukan sekadar
spekulasi finansial. Investasi syariah seperti sukuk, saham syariah, atau
pembiayaan UMKM adalah pilihan yang baik.
7. Berpartisipasi dalam Program Pemerintah
Manfaatkan
program-program pemerintah yang sesuai syariah seperti pembiayaan KPR syariah,
beasiswa pendidikan, atau program pemberdayaan UMKM.
8. Edukasi Lingkungan Sekitar
Bagikan pengetahuan kamu tentang ekonomi Islam kepada keluarga, teman, dan komunitas. Semakin banyak
orang yang paham, semakin kuat dukungan untuk kebijakan ekonomi Islam.
Masa Depan Kebijakan Ekonomi Islam di Indonesia
Melihat perkembangan yang ada, masa depan ekonomi Islam di
Indonesia sangat cerah. Namun untuk mewujudkan potensi maksimalnya, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan.
1. Penguatan Regulasi dan Kebijakan
Pemerintah perlu terus menyempurnakan regulasi dan kebijakan yang mendukung ekonomi syariah.
HaI ini termasuk harmonisasi berbagai peraturan,
penyederhanaan prosedur, dan penciptaan insentif yang mendorong pertumbuhan
ekonomi syariah.
Koordinasi yang lebih baik antara berbagai regulator OJK,
Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan lain-lain dan juga sangat penting untuk
memastikan kebijakan yang koheren dan efektif.
2. Peningkatan Literasi dan Inklusi
Edukasi massal tentang ekonomi Islam perlu terus digalakkan.
Masyarakat harus memahami bahwa ekonomi syariah bukan hanya untuk orang
religius, tetapi untuk semua orang yang menginginkan sistem ekonomi yang lebih
adil dan berkelanjutan.
Program inklusi keuangan syariah juga harus diperluas,
terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau layanan keuangan syariah.
Teknologi digital bisa menjadi solusi untuk menjangkau masyarakat di pelosok.
3. Inovasi Produk dan Layanan
Industri keuangan syariah perlu terus berinovasi
mengembangkan produk dan layanan yang tidak hanya sesuai syariah, tetapi juga
kompetitif dan menarik bagi masyarakat. Fintech syariah memiliki peran penting
dalam hal ini.
Pengembangan instrumen-instrumen baru untuk kebijakan
moneter syariah juga perlu terus dilakukan agar Bank Indonesia memiliki tools
yang cukup untuk menjalankan kebijakan moneter syariah yang efektif.
4. Penguatan Infrastruktur dan Ekosistem
Infrastruktur ekonomi syariah—mulai dari sistem pembayaran,
pasar modal, hingga lembaga pendukung—perlu terus diperkuat. Ekosistem yang
kuat akan memudahkan implementasi kebijakan dan mendorong pertumbuhan industri.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan
masyarakat sipil juga sangat penting untuk membangun ekosistem ekonomi syariah
yang sehat dan berkelanjutan.
5. Positioning Global
Indonesia memiliki peluang untuk menjadi hub ekonomi syariah
global. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi rujukan bagi
negara-negara lain dalam implementasi kebijakan ekonomi Islam yang efektif.
Ini memerlukan diplomasi ekonomi yang kuat, kolaborasi
internasional, dan tentunya kinerja ekonomi syariah domestik yang cemerlang
sebagai showcase bagi dunia.
Menuju Ekonomi yang Adil dan Berkah
Kebijakan fiskal dan moneter dalam ekonomi Islam menawarkan
alternatif yang menarik untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil,
berkelanjutan, dan membawa keberkahan.
Prinsip-prinsip seperti keadilan distributif, larangan riba,
fokus pada sektor riil, dan keseimbangan antara kepentingan material dan
spiritual adalah fondasi yang kokoh untuk pembangunan ekonomi.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim yang besar,
memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pemimpin dalam implementasi ekonomi
Islam. Perkembangan yang telah dicapai sangat menggembirakan, meskipun masih
banyak tantangan yang harus diatasi.
Yang terpenting, implementasi kebijakan ekonomi Islam bukan
hanya tanggung jawab pemerintah dan regulator, tetapi juga memerlukan
partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.
Dengan pemahaman yang baik, komitmen yang kuat, dan kerja
sama yang solid, Indonesia bisa mewujudkan sistem ekonomi yang tidak hanya
memakmurkan secara material, tetapi juga membawa keberkahan spiritual.
Kebijakan fiskal yang adil, transparan, dan berpihak pada
kesejahteraan rakyat, dipadukan dengan kebijakan moneter yang stabil, bebas
riba, dan mendukung sektor riil, adalah formula menuju ekonomi yang berkah.
Maka dari kita dukung bersama upaya ini, mulai dari langkah
kecil dalam kehidupan finansial kita masing-masing, hingga partisipasi aktif
dalam program-program ekonomi syariah.





Posting Komentar