Apa Itu Ekonomi Makro? Konsep, Teori, Pelaku, Pasar, hingga Ruang Lingkup Makroekonomi

Pernahkah kamu melihat berita dan bertanya-tanya mengapa harga-harga barang terus saja naik seiring waktu? Dan mengapa pemerintah begitu khawatir dengan angka pengangguran?

Atau bagaimana sebuah kebijakan suku bunga yang berasal dari Bank Indonesia bisa mempengaruhi bisnis? Semua pertanyaan ini berkaitan erat dengan yang namanya ilmu ekonomi makro.

Maka dari itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada artikel ini kita akan menjelajahi dunia ekonomi makro secara mendalam dengan mengeksplorasi berbagai elemen dialamnya namun tetap mudah dipahami.

Konesp Ekonomi Makro

Pengertian Konsep Ekonomi Makro

Ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku dan kinerja ekonomi secara keseluruhan atau agregat. Berbeda dengan melihat suatu entitas individu, ekonomi makro lebih kepada mengamati gambaran besar dari suatu negara atau bahkan dunia.

Fokus utama ekonomi makro adalah memahami bagaimana perekonomian suatu negara bekerja secara menyeluruh, termasuk isu-isu seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, inflasi, dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi variabel-variabel tersebut.

Ekonomi makro mencoba menjawab pertanyaan fundamental seperti bagaimana menciptakan kemakmuran bagi seluruh masyarakat? Bagaimana menjaga stabilitas harga? Dan bagaimana menciptakan lapangan kerja yang cukup?

Nah tujuan akhir dari analisis ekonomi makro adalah memberikan pemahaman kepada para pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah ataupun bank sentral untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola perekonomian negara.

Lahirnya Ekonomi Keynesian dan Kritiknya terhadap Ekonomi Klasik

Untuk memahami akar dibalik ekonomi makro modern, kita perlu mengenal tokoh penting bernama John Maynard Keynes. Sebelum Keynes muncul, pemikiran ekonomi klasik mendominasi dunia akademis dan kebijakan ekonomi sejak abad ke-18 hingga awal abad ke-20.

Ekonomi Keynesian lahir sebagai respons terhadap fenomena Great Depression yang pada tahun 1930-an, saat itu dunia mengalami krisis ekonomi terparah dalam sejarah modern. Jutaan orang kehilangan pekerjaan, bisnis bangkrut, dan perekonomian banyak negara kolaps.

Yang  paling mengejutkan adalah teori ekonomi klasik yang ada dan mendominasi dunia akademis dan kebijakan ekonomi kala itu tidak mampu menjelaskan mengapa krisis ini terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.

Keynes melontarkan kritik keras terhadap ekonomi klasik dalam bukunya yang legendaris "The General Theory of Employment, Interest and Money" (1936). Beberapa kritik utamanya adalah:

1. Kritik terhadap Asumsi Pasar yang Selalu Seimbang

Saat itu para ekonom klasik percaya bahwa pasar akan selalu mencapai keseimbangan dengan sendirinya melalui mekanisme harga. Menurut mereka, jika ada pengangguran, upah akan turun dan perusahaan akan mempekerjakan lebih banyak orang.

Keynes membantah pernyataan ini dengan bukti nyata yaitu pada masa Depresi, di mana fakta dilapangkan menunjukkan bahwa pengangguran tetap tinggi dalam waktu lama meskipun upah sudah turun.

2. Kritik terhadap Hukum Say

Kemudian kritik berikutnya para ekonom klasik percaya pada "Hukum Say" yang menyatakan bahwa "supply creates its own demand" atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Artinya, jika produksi meningkat, otomatis akan ada permintaan untuk menyerap produksi tersebut.

Keynes menunjukkan bahwa pernyataan itu tidak selalu benar. Dalam kondisi resesi, meskipun barang diproduksi, tidak ada jaminan orang akan membelinya karena pendapatan mereka turun atau mereka lebih memilih menabung.

3. Kritik terhadap Peran Pemerintah yang Minimal

Kemudian kritikan lainya yakni para ekonom klasik percaya bahwa pemerintah sebaiknya tidak terlalu ikut campur dalam perekonomian atau laissez-faire.

Sementara itu keynes berpendapat sebaliknya yakni dalam kondisi krisis, pemerintah justru harus aktif mengintervensi ekonomi melalui kebijakan fiskal (belanja pemerintah dan pajak) untuk merangsang permintaan agregat dan mengurangi pengangguran.

Keynes berargumen bahwa dalam jangka pendek, perekonomian bisa terjebak dalam kondisi keseimbangan di bawah tingkat kesempatan kerja penuh (under-employment equilibrium). Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi pemerintah untuk mendorong permintaan agregat melalui pengeluaran publik.

Perbedaan Pandangan Ekonomi Klasik dan Ekonomi Keynesian

Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai akar di dari ekonomi makro modern, mari kita bandingkan kedua aliran pemikiran ekonomi yang ada antara ekonomi klasik dan keynesian secara lebih sistematis:

1. Mekanisme Pasar

Pada pandangan klasik pasar dinilai memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan dirinya sendiri (self-correcting mechanism). Jika ada ketidakseimbangan, harga dan upah akan menyesuaikan dengan cepat untuk mengembalikan ekonomi ke kondisi keseimbangan penuh.

Pandangan keynesian menyatakan pasar tidak selalu bisa menyeimbangkan dirinya sendiri, terutama dalam jangka pendek. Harga dan upah bersifat kaku (rigid) ke bawah, sehingga penyesuaian pasar berjalan lambat. Ekonomi bisa terjebak dalam resesi berkepanjangan tanpa intervensi.

2. Fokus Analisis

Pandangan klasik lebih fokus pada analisis jangka panjang. Mereka percaya bahwa "in the long run, everything will be fine." Variabel-variabel seperti teknologi, modal, dan tenaga kerja menentukan output ekonomi dalam jangka panjang.

Sementara pandangan keynesian lebih fokus pada jangka pendek. Keynes terkenal dengan pernyataannya: "In the long run, we are all dead." Maksudnya, kebijakan ekonomi harus mengatasi masalah saat ini, bukan hanya berpikir tentang keseimbangan jangka panjang.

3. Peran Permintaan vs Penawaran

Pada pandangan klasik sisi penawaran (supply-side) adalah kunci pertumbuhan ekonomi. Produksi akan menciptakan permintaannya sendiri. Yang penting adalah meningkatkan kapasitas produksi.

Sedangkan pada pandangan keynesian sisi permintaan (demand-side) sangat penting, terutama dalam jangka pendek. Jika permintaan agregat rendah, produksi akan menurun dan pengangguran meningkat. Pemerintah perlu merangsang permintaan melalui belanja publik.

4. Peran Pemerintah

Untuk Peran pemerintah pandangan klasik menganggap pemerintah sebaiknya membatasi perannya dalam ekonomi. Intervensi pemerintah justru bisa mengganggu mekanisme pasar yang efisien. Anggaran pemerintah sebaiknya selalu seimbang.

Sedangkan keynesian menganggap pemerintah memiliki peran penting dalam menstabilkan ekonomi. Dalam masa resesi, pemerintah boleh melakukan defisit anggaran untuk membiayai program stimulus. Kebijakan fiskal adalah alat yang ampuh untuk mengatasi pengangguran.

5.Pengangguran

Pandangan klasik terhadap pengangguran berkeyakinan bahwa pengangguran yang terjadi hanyalah pengangguran sukarela atau friksional (sementara). Jika ada pengangguran, itu karena upah terlalu tinggi. Solusinya adalah menurunkan upah hingga pasar tenaga kerja seimbang.

Sementara keynesian percaya bahwa pengangguran bisa bersifat involuntary (tidak sukarela). Bahkan jika upah turun, pengangguran masih bisa tetap tinggi karena kurangnya permintaan agregat dalam ekonomi. Solusinya adalah meningkatkan permintaan, bukan menurunkan upah.

6.Fleksibilitas Harga dan Upah

Kemudian pada sektor harga dan upah pandangan klasik menyatakan bahwa harga dan upah bersifat fleksibel dan menyesuaikan dengan cepat terhadap perubahan permintaan dan penawaran.

Sementara itu pada pandangan keynesian menyatakan bahwa harga dan upah bersifat kaku (sticky), terutama ke arah bawah. Pekerja dan perusahaan resisten terhadap penurunan upah dan harga, sehingga penyesuaian pasar berjalan lambat.

Perlu di catat bahwa saat ini seiring dengan perkembangan modern, muncul aliran-aliran baru seperti New Keynesian dan New Classical yang mencoba menjembatani kedua pandangan ini dengan memasukkan ekspektasi rasional dan fondasi mikro yang lebih kuat.  Aliran-aliran ini mungkin bisa kita bahas di lain waktu.

Perbedaan Ekonomi Makro dan Mikro

Perbedaan Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro

Nah untuk memahami ekonomi makro dengan lebih baik, kita harus bisa membedakannya dengan ekonomi mikro, kamu mungkin sering mendengar kedua istilah ini baik di media sosial maupun dalam berita di televisi.

Yang sebenarnya kedua istilah itu adalah dua sisi mata uang yang sama karena memang sama-sama mempelajari elemen-elemen yang mempengaruhi ekonomi, namun keduanya memiliki fokus yang berbeda.

Ekonomi Mikro

Ekonomi mikro mempelajari perilaku individu unit ekonomi seperti konsumen, perusahaan, dan pasar individual. Fokusnya adalah pada keputusan-keputusan kecil dan spesifik yang dilakukan oleh unit-unti ekonomi.

Contohnya bagaimana seorang konsumen memutuskan berapa banyak membeli barang tertentu? Bagaimana sebuah perusahaan menentukan harga dan jumlah produksi? Bagaimana pasar beras atau pasar smartphone mencapai keseimbangan?

Ekonomi Makro

Sementara ekonomi makro, sebaliknya, melihat gambaran besar. Ia mempelajari agregat atau total dari seluruh aktivitas ekonomi tentang bagaimana perekonomian nasional tumbuh? Berapa tingkat pengangguran secara keseluruhan? Bagaimana inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat?

Perbedaan Utama

Agar lebih mudah di pahami berikut adalah beberapa perbedaan utama antara ekonomi makro dengan ekonomi mikro :

  1. Pertama pada cakupan analisis ekonomi mikro fokus pada individu unit ekonomi (konsumen, perusahaan), sedangkan makro fokus pada agregat nasional (total output, tingkat pengangguran nasional)
  2. Kemudian yang kedua pada variabel yang di pelajari ekonomi mikro mempelajari harga individual, permintaan dan penawaran pasar spesifik. Sementara ekonomi makro mempelajari tingkat harga umum (inflasi), output nasional (PDB), pengangguran agregat.
  3. Selanjutnya tujuan kebijakan mikro bertujuan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya dalam pasar individual. Sedangkan makro bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, dan kesempatan kerja penuh.
  4. Yang keempat alat analisis yang digunakan mikro menggunakan kurva permintaan-penawaran, teori perilaku konsumen, teori produksi perusahaan. makro menggunakan model permintaan agregat-penawaran agregat, kebijakan fiskal dan moneter.

Namun, penting untuk dipahami bahwa ekonomi mikro dan makro saling terkait. Keputusan mikro dari jutaan konsumen dan perusahaan pada akhirnya membentuk fenomena makro. Sebaliknya, kondisi makro seperti resesi atau inflasi tinggi mempengaruhi keputusan mikro setiap orang.

Pelaku-Pelaku Ekonomi Makro

Setelah kita memahami apa perbedaan antara ekonomi makro dan mikro selanjutnya mari kita bahas aktor-aktor di balik ekonomi makro. Dalam perekonomian, ada lima pelaku utama yang saling berinteraksi dan membentuk aktivitas ekonomi secara keseluruhan:

1. Rumah Tangga (Households)

Rumah tangga adalah unit konsumen dalam ekonomi. Mereka menyediakan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah kepada produsen dan menerima pendapatan berupa gaji, bunga, sewa, atau keuntungan.

Pendapatan ini kemudian digunakan untuk konsumsi barang dan jasa, menabung, atau membayar pajak. Keputusan rumah tangga untuk mengonsumsi atau menabung sangat mempengaruhi permintaan agregat dalam ekonomi.

Nah dalam konteks ekonomi makro, kita tidak melihat satu keluarga tertentu, tetapi perilaku agregat dari seluruh rumah tangga dalam suatu negara.

2. Produsen (Perusahaan/Firms)

Produsen atau perusahaan adalah unit yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka menggunakan faktor-faktor produksi dari rumah tangga untuk menghasilkan output yang dapat dijual ke pasar.

Keputusan investasi perusahaan seperti pembelian mesin baru, pembangunan pabrik, dan lain-lain adalah komponen penting dari permintaan agregat.

Tingkat produksi agregat dari seluruh perusahaan menentukan output nasional (PDB) dan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Dalam ekonomi makro, kita melihat sektor korporasi secara keseluruhan, bukan hanya satu perusahaan.

3. Pemerintah

Pemerintah sebagai aktor ekonomi makro memiliki peran ganda dalam ekonomi yaitu sebagai regulator dan sebagai pelaku ekonomi aktif. Sebagai regulator, pemerintah membuat aturan main dalam ekonomi.

Sedangkan sebagai pelaku ekonomi, pemerintah melakukan pengeluaran untuk barang dan jasa seperti membangun infrastruktur, membayar gaji pegawai negeri, menyediakan layanan publik dan mengumpulkan pendapatan melalui pajak.

Kebijakan-kebijakan fiskal yang dikeluarkan pemerintah seperti keputusan tentang pengeluaran dan pajak adalah alat penting untuk mempengaruhi aktivitas ekonomi makro, terutama dalam pandangan Keynesian.

4. Lembaga-Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan pasar modal berperan sebagai perantara antara pihak yang memiliki surplus dana (penabung) dengan pihak yang membutuhkan dana (peminjam).

Bank komersial menciptakan uang melalui mekanisme pinjaman, sehingga mempengaruhi jumlah uang beredar dalam ekonomi. Bank sentral mengatur kebijakan moneter dengan mengendalikan suku bunga dan jumlah uang beredar untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Sistem keuangan yang sehat sangat penting untuk kelancaran aktivitas ekonomi makro.

5. Negara-Negara Lain (Sektor Luar Negeri)

Dalam ekonomi terbuka modern yang saling terkoneksi, tidak ada negara yang terisolasi. Negara-negara lain berinteraksi dengan ekonomi domestik melalui perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan aliran modal (investasi asing).

Nilai tukar mata uang, neraca perdagangan, dan aliran modal internasional adalah variabel penting dalam ekonomi makro terbuka. Kebijakan perdagangan dan nilai tukar dapat mempengaruhi daya saing ekonomi domestik.

Kelima aktor atau pelaku ini saling berinteraksi dalam berbagai pasar ekonomi makro, yang akan kita bahas selanjutnya.

Pasar Ekonomi Makro

Pasar-Pasar dalam Ekonomi Makro

Seperti yang sudah di jelaskan setiap aktor atau pelaku dalam ekonomi makro berinteraksi satu sama lain dalam berbagai pasar, nah berikut adalah empat pasar utama yang saling terkait:

1. Pasar Barang dan Jasa

Pasar barang dan jasa adalah tempat di mana output ekonomi yaitu barang maupun jasa diperjualbelikan. Dalam pasar ini, permintaan agregat atau total permintaan dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri bertemu dengan penawaran agregat atau total produksi dari seluruh perusahaan.

Keseimbangan pasar barang menentukan tingkat output nasional (PDB) dan tingkat harga umum (inflasi). Model IS (Investment-Saving) dalam ekonomi makro menggambarkan keseimbangan di pasar barang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar barang termasuk konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.

2. Pasar Uang

Pasar uang yaitu tempat di mana aset diperjualbelikan adalah uang. Di pasar ini, permintaan uang berupa keinginan masyarakat untuk memegang uang tunai bertemu dengan penawaran uang atau jumlah uang yang disediakan oleh bank sentral dan sistem perbankan.

Keseimbangan pasar uang menentukan suku bunga, yang merupakan "harga" dari uang. Suku bunga sangat penting karena mempengaruhi keputusan investasi perusahaan dan konsumsi rumah tangga.

Maka dari itu bank sentral mengatur pasar uang melalui kebijakan moneter, seperti mengubah suku bunga acuan atau melakukan operasi pasar terbuka.

3. Pasar Tenaga Kerja

Kemudian pasar tenaga kerja adalah tempat di mana permintaan tenaga kerja dari perusahaan bertemu dengan penawaran tenaga kerja dari rumah tangga. Keseimbangan pasar tenaga kerja menentukan tingkat kesempatan kerja dan tingkat upah.

Tingkat pengangguran adalah salah satu indikator makro paling penting yang dihasilkan dari pasar tenaga kerja. Ada berbagai jenis pengangguran seperti friksional (sementara/pencari kerja), struktural (ketidakcocokan keterampilan), dan siklikal (akibat resesi ekonomi).

Oleh karena itu melalui kebijakan pemerintah seperti pelatihan kerja, upah minimum, dan stimulus ekonomi dapat mempengaruhi kondisi pasar tenaga kerja.

4. Pasar Luar Negeri (Valuta Asing)

Selanjutnya yang terakhir adalah pasar luar negeri atau pasar valuta asing merupakan tempat di mana mata uang domestik diperdagangkan dengan mata uang asing.

Di pasar ini, permintaan valuta asing (untuk membayar impor atau investasi ke luar negeri) bertemu dengan penawaran valuta asing (dari ekspor atau investasi asing masuk). Keseimbangan pasar ini menentukan nilai tukar mata uang.

Nilai tukar mempengaruhi daya saing ekspor dan harga impor, sehingga berdampak pada neraca perdagangan. Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar, sedangkan dalam sistem nilai tukar tetap, bank sentral melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar pada tingkat tertentu.

Keempat pasar ini tidak beroperasi secara terpisah, melainkan saling mempengaruhi. Misalnya, perubahan di pasar uang (kenaikan suku bunga) akan mempengaruhi pasar barang (menurunkan investasi) dan pasar tenaga kerja (mengurangi kesempatan kerja).

Ruang Lingkup Ekonomi Makro

Nah untuk memahami lebih dalam apa saja yang dipelajari dalam ekonomi makro, mari kita telusuri ruang lingkup dalam ekonomi makro, berikut adalah beberapa diantaranya :

Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah ukuran total nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun.

Konsep ini dikenal dengan berbagai istilah seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), Produk Nasional Bruto (PNB), Pendapatan Nasional, dan sebagainya.

Untuk PDB sendiri dapat dihitung dengan tiga pendekatan yakni pendekatan produksi (total nilai tambah dari semua sektor), pendekatan pendapatan (seluruh pendapatan faktor produksi), dan pendekatan pengeluaran ( total konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto).

Analisis pendapatan nasional membantu kita memahami ukuran ekonomi, struktur ekonomi, dan perbandingan antar negara atau antar waktu.

Inflasi

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum secara terus-menerus dalam periode tertentu. Inflasi menggerogoti daya beli uang, sehingga dengan uang yang sama, kita bisa membeli lebih sedikit barang dibanding sebelumnya.

 Nah untuk penyebabnya sendiri ada berbagai macam contohnya demand-pull inflation (permintaan agregat melebihi penawaran), cost-push inflation (kenaikan biaya produksi), dan built-in inflation (ekspektasi inflasi yang terjadi secara berulang).

Inflasi yang terlalu tinggi berbahaya bagi ekonomi, tetapi deflasi (penurunan harga) juga bisa bermasalah karena menunda konsumsi dan investasi. Target inflasi yang moderat dan stabil (di Indonesia sekitar 2-4% per tahun) dianggap ideal untuk pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Pengangguran

Pengangguran terjadi ketika seseorang yang aktif mencari pekerjaan tidak dapat memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang menganggur.

Pengangguran memiliki dampak ekonomi seperti kehilangan output potensial dan sosial yang dapat berupa kemiskinan, kriminalitas, masalah kesehatan mental yang serius.

Jenis-jenis pengangguran seperti pengangguran friksional (sementara/mencari pekerjaan), pengangguran struktural (ketidakcocokan keterampilan dengan kebutuhan pasar), pengangguran siklikal (akibat resesi), dan pengangguran musiman (terkait musim tertentu).

Natural rate of unemployment adalah tingkat pengangguran yang tidak dapat dihilangkan karena adanya pengangguran friksional dan struktural, bahkan dalam kondisi ekonomi yang sehat.

Uang dan Bank

Uang adalah segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai alat pembayaran. Fungsi uang meliputi alat tukar atau medium of exchange, satuan hitung,  penyimpan nilai store of value, dan standar pembayaran tertunda.

Dalam ekonomi makro bank komersial berperan penting dalam sistem moneter melalui fungsi intermediasi keuangan yakni menghubungkan penabung dan peminjam dan penciptaan uang melalui mekanisme kredit.

Ketika bank memberikan pinjaman, mereka "menciptakan" uang baru dalam bentuk deposito, yang meningkatkan jumlah uang beredar dalam ekonomi. Money multiplier menjelaskan bagaimana tambahan cadangan bank dapat melipatgandakan jumlah uang beredar melalui proses pinjaman berulang.

Bank Sentral, OJK, dan LPS

Bank sentral  adalah lembaga independen yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter dengan tujuan utama menjaga stabilitas nilai mata uang suatu negara.

Di Indonesia. Bank Indonesia mengatur jumlah uang beredar dan suku bunga melalui berbagai instrumen seperti penetapan suku bunga acuan (BI Rate), operasi pasar terbuka, dan reserve requirement.

Berbeda dengan Bank Indonesia OJK atau Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan seperti perbankan, pasar modal, asuransi untuk memastikan sistem keuangan berjalan secara sehat dan melindungi konsumen.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bertugas menjamin simpanan nasabah bank hingga jumlah tertentu untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan dan mencegah bank run atau penarikan dana massal saat terjadi krisis.

Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output riil atau PDB riil dari tahun ke tahun, biasanya diukur dalam persentase. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan produksi barang dan jasa, yang idealnya diikuti oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi akumulasi modal (investasi), pertumbuhan tenaga kerja, dan kemajuan teknologi (produktivitas).

Sementara itu, pembangunan ekonomi adalah konsep yang lebih luas, mencakup tidak hanya pertumbuhan output tetapi juga perubahan struktural ekonomi, pemerataan pendapatan, pengurangan kemiskinan, peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan berkelanjutan.

Sebuah negara bisa mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi pembangunan ekonominya stagnan jika pertumbuhan tersebut tidak inklusif dan tidak merata.

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa antar negara. Neraca perdagangan adalah selisih antara ekspor (penjualan ke luar negeri) dan impor (pembelian dari luar negeri).

Surplus perdagangan terjadi ketika ekspor melebihi impor, sedangkan defisit perdagangan terjadi sebaliknya. Neraca pembayaran mencatat semua transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain, termasuk perdagangan barang dan jasa, aliran investasi, dan aliran keuangan.

Kebijakan pemerintah dalam perdagangan internasional seperti tarif, kuota, dan perjanjian perdagangan bebas mempengaruhi pola perdagangan dan daya saing ekonomi.

Fluktuasi Ekonomi Jangka Pendek (Business Cycle)

Seperti yang kita tahu ekonomi tidak selalu tumbuh secara mulus, tetapi mengalami fluktuasi atau siklus bisnis yang terdiri dari fase ekspansi yaitu pertumbuhan tinggi, pengangguran rendah dan fase kontraksi atau resesi diaman pertumbuhan rendah atau negatif, pengangguran tinggi.

Puncak siklus adalah titik tertinggi aktivitas ekonomi sebelum mulai menurun, sedangkan palung adalah titik terendah sebelum mulai pulih.

Fluktuasi jangka pendek yang terjadi pada ekonomi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan permintaan agregat (konsumsi, investasi), shock eksternal (krisis minyak, pandemi), perubahan ekspektasi, atau kebijakan ekonomi.

Maka dari itu pemahaman yang baik akan siklus bisnis ini penting untuk merancang kebijakan stabilisasi yang tepat.

Indikator Ekonomi Makro

Indikator-Indikator Ekonomi Makro

Mengingat pentingnya ekonomi makro berdasarkan semua yang telah kita bahas tentu tidak afdal jika kita tidak mempelajari bagaimana cara untuk mengukur kinerja ekonomi makro. Nah para ekonom dan pembuat kebijakan telah menggunakan berbagai indikator untuk mengukurnya :

1. Indikator Output

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator utama yang mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Pertumbuhan PDB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi.

PDB per kapita (PDB dibagi jumlah penduduk) mengukur rata-rata output atau pendapatan per orang, sering digunakan sebagai proksi kesejahteraan.

2. Indikator Harga

Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) mengukur perubahan harga sekeranjang barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga, dan digunakan untuk menghitung tingkat inflasi.

Indeks Harga Produsen mengukur perubahan harga di tingkat produsen. GDP Deflator adalah rasio antara PDB nominal dan PDB riil, menunjukkan tingkat harga keseluruhan output ekonomi.

3. Indikator Ketenagakerjaan

Tingkat Pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi aktif mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mengukur proporsi penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Tingkat Kesempatan Kerja menunjukkan persentase angkatan kerja yang bekerja.

4. Indikator Moneter dan Keuangan

Untuk mengukur kinerja pada sektor moneter dan keuangan digunakanlah suku Bunga seperti BI Rate, suku bunga deposito, suku bunga kredit adalah harga uang dan mempengaruhi keputusan konsumsi dan investasi.

Jumlah Uang Beredar mengukur total uang dalam ekonomi. Nilai Tukar menunjukkan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Indeks Harga Saham (seperti IHSG) mencerminkan kondisi pasar modal.

5. Indikator Eksternal

Contoh indikator eksternal seperti Neraca Perdagangan yaitu selisih antara ekspor dan impor barang. Neraca Transaksi Berjalan mencakup perdagangan barang, jasa, pendapatan, dan transfer berjalan.

Cadangan Devisa adalah simpanan mata uang asing yang dimiliki bank sentral, penting untuk stabilitas nilai tukar dan kepercayaan internasional.

6. Indikator Fiskal

Defisit/Surplus Anggaran menunjukkan selisih antara pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Rasio Utang terhadap PDB mengukur beban utang pemerintah relatif terhadap ukuran ekonomi.

7. Indikator Sentimen dan Ekspektasi

Yang termasuk dalam indikator ini adalah Indeks Keyakinan Konsumen mengukur optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi, yang mempengaruhi keputusan konsumsi.

Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) mengukur aktivitas sektor manufaktur dan jasa, sering digunakan sebagai indikator petunjuk arah ekonomi ke depan

Ekspektasi Inflasi menunjukkan perkiraan masyarakat tentang inflasi masa depan, yang dapat mempengaruhi perilaku ekonomi saat ini.

8. Indikator Kesejahteraan Sosial

Meskipun bukan indikator ekonomi murni, beberapa indikator ini melengkapi gambaran makro misalnya Tingkat Kemiskinan mengukur proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Indeks Gini mengukur ketimpangan distribusi pendapatan.

 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) menggabungkan indikator kesehatan, pendidikan, dan pendapatan untuk mengukur pembangunan manusia secara komprehensif.

Kombinasi dari berbagai indikator ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi ekonomi makro. Tidak ada satu indikator yang sempurna, sehingga analisis ekonomi makro memerlukan pemahaman holistik terhadap berbagai data dan tren.

Kebijakan Ekonomi Makro

Terakhir untuk melengkapi pemahaman kita tentang ekonomi makro, penting untuk mengenal dua jenis kebijakan utama yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian suatu negara yakni

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal ekspansif yakni meningkatkan pengeluaran atau menurunkan pajak untuk merangsang ekonomi saat resesi, atau kebijakan fiskal kontraktif yaitu mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak untuk mendinginkan ekonomi saat terjadi overheating atau inflasi tinggi.

Instrumen kebijakan fiskal meliputi belanja pemerintah untuk infrastruktur dan layanan publik, transfer pembayaran semisal subsidi, bantuan sosial, dan perubahan tarif pajak.

Kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung melalui perubahan pendapatan disposabel rumah tangga akibat perubahan pajak.

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan bank sentral yang berkaitan dengan pengaturan jumlah uang beredar dan suku bunga untuk mencapai tujuan ekonomi makro, terutama stabilitas harga.

Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter ekspansif yakni menurunkan suku bunga, meningkatkan uang beredar untuk merangsang ekonomi, atau kebijakan moneter kontraktif yaitu menaikkan suku bunga, mengurangi uang beredar untuk mengendalikan inflasi.

Instrumen kebijakan moneter meliputi penetapan suku bunga acuan (BI Rate), operasi pasar terbuka (jual-beli surat berharga), penetapan giro wajib minimum (reserve requirement), dan fasilitas pinjaman untuk bank.

Kebijakan moneter mempengaruhi ekonomi melalui berbagai saluran transmisi seperti suku bunga mempengaruhi investasi dan konsumsi, kredit perbankan, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi.

Koordinasi Kebijakan

Dalam praktiknya, kebijakan fiskal dan moneter perlu dikoordinasikan untuk mencapai hasil optimal. Jika keduanya tidak sejalan misalnya, kebijakan fiskal ekspansif tetapi moneter kontraktif, efektivitas kebijakan bisa berkurang atau bahkan saling meniadakan.

Maka dari itu penting untuk memiliki koordinasi yang baik antara pemerintah dan bank sentral sangat penting, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi.

Itulah akhir dari artikel kita kali ini berdasarkan semua yang telah kita bahas kita dapat memahami bahwa ekonomi makro adalah ilmu yang dinamis dan terus berkembang, mencoba memahami kompleksitas ekonomi modern yang saling terhubung secara global.

Dari perdebatan klasik antara ekonom klasik dan Keynesian, kita belajar bahwa tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua situasi. Konteks dan kondisi ekonomi menentukan kebijakan mana yang paling tepat.

Memahami ekonomi makro tidak hanya penting bagi pembuat kebijakan dan ekonom, tetapi juga bagi masyarakat umum. Keputusan-keputusan ekonomi makro mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari seperti apakah kita bisa mendapat pekerjaan? Berapa harga barang yang kita beli? Berapa nilai investasi kita?

Dengan memahami konsep-konsep dasar ekonomi makro, kita dapat menjadi warga negara yang lebih informed dan membuat keputusan ekonomi pribadi yang lebih baik.

Ekonomi makro mengajarkan kita bahwa ekonomi adalah sistem yang kompleks di mana berbagai pelaku dan pasar saling berinteraksi. Perubahan di satu bagian ekonomi dapat berdampak luas ke bagian lain.

Oleh karena itu, kebijakan ekonomi memerlukan pemahaman yang mendalam, kehati-hatian, dan fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan kondisi yang selalu berubah.

 

 

Posting Komentar